SUMBAWA BESAR, KOMPAS – Status juara bertahan Kompas Tambora Challenge – Lintas Sumbawa 320K tidak membuat William Binjai (33) jemawa. Pelari asal Binjai, Sumatera Utara, yang akan kembali tampil tahun ini, tidak muluk-muluk menargetkan juara dan memecahkan rekor lagi.
William termasuk ke dalam 23 pelari kategori individual yang akan bersaing di Lintas Sumbawa. Pelari yang baru saja berulang tahun pada 25 April ini sangat disegani lawan-lawannya karena aksi heroik tahun lalu.
William merupakan juara Tambora Challenge pada 2018. Saat itu, dia memecahkan rekor Alan Maulana, yang telah bertahan tiga tahun, dengan catatan lebih cepat dua menit, 62 jam 26 menit. Dalam lomba, dia mengalahkan juara 2016 dan 2017, Matheos Berhitu, yang tidak berhasil finis.
Meski kembali menjadi unggulan, William tidak punya target berlebihan. "Motivasinya pengen finis saja, soalnya rute lintas sumbawa ini panjang, saya enggak berani target lain," kata pelari yang pernah mengikuti lari trail dunia Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB) di Perancis.
Jika kondisi memungkinkan, William menargetkan perbaikan waktu dari tahun sebelumnya. Adapun catatan waktunya tahun lalu merupakan yang terbaik dari seluruh kategori di Lintas Sumbawa.
Pecinta lari ekstrem itu lebih ingin menikmati lomba seperti pada 2018. Kala itu, dia tidak menargetkan pemecahan rekor waktu ataupun juara.
"Saat 2018 dua minggu sebelum ikut Lintas Sumbawa saya ikut Titi Ultra 250 km,. Saat lomba saya masih kelelahan dan hanya target finis saja sembari menikmati larinya. Hasilnya jadi lebih tenang," tambah pelari yang sudah dua kali mengikuti Tambora Challenge, pada 2016 dan 2018.
Dalam lomba pada 1-4 Mei 2019, William akan bersaing dengan juara edisi pertama pada 2015, Alan Maulana (33). Alan akan ikut lagi setelah absen selama tiga edisi beruntun.
Pertarungan kedua peserta ini akan diiringi oleh para pelari debutan. Adapun tahun ini, 60 persen dari total peserta merupakan pelari pertama yang mengikuti Lintas Sumbawa.
Persaingan di Tambora Challenge 2019 akan lebih seru. Kejar-kejaran antarpelari bisa disaksikan dari gawai maupun kompetur dalam Live Tracking yang terdapat tamborachallenge.kompas.id.
Tambora Challenge merupakan lomba lari maraton ultra paling ekstrem di Asia Tenggara. Para pelari harus berhadapan dengan perubahan cuaca ekstrem sepanjang 320 km di Sumbawa.
Pelari akan memulai lari dari Poto Tano hingga finis di Doro Ncanga. Pada siang hari, suhu bisa mencapai 40 derajat celsius. Temperatur akan turun pada malam hari, diikuti dengan angin kencang.
Pelari harus berlari siang dan malam, serta dalam kondisi terik maupun hujan. Tahun ini syarat lomba semakin sulit. Peserta individu harus finis dalam waktu 68 jam atau berkurang 4 jam dari batasan waktu edisi sebelumnya.