Tiket Pesawat Mahal, Industri Pariwisata Indonesia Lesu
JAKARTA, KOMPAS – Tingginya harga tiket pesawat menyebabkan industri pariwisata Indonesia lesu. Hampir semua destinasi wisata di Indonesia, membutuhkan akses pesawat. Bila pemerintah tak segera bertindak menurunkan tarif pesawat, industri pariwisata Indonesia bisa terancam kolaps.
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat berkunjung ke Menara Kompas, Palmerah, Jakarta, Senin (29/4/2019), mengatakan, tingginya harga tiket menyebabkan industri pariwisata mengalami kelesuan. Penurunan jumlah kunjungan wisata karena harga tiket pesawat yang terlalu mahal, menurut Arief sudah sangat memukul pelaku industri pariwisata di Indonesia.
“Hampir semua destinasi wisata di Indonesia sangat merasakan dampaknya, terutama di luar Pulau Jawa yang memerlukan akses pesawat. Kalau destinasi Pulau Jawa masih ada alternatif kendaraan darat,” kata Arief.
Ia mengatakan, maskapai penerbangan yang menaikan harga tiket berdasarkan batas atas memberikan dampak yang buruk. Ia mengambarkan, jika harga naik 20 persen maka permintaan akan turun 20 persen. Jika harga naik 50 persen, permintaan akan turun 50 persen.
Oleh karena itu, Arief meminta pengertian pihak maskapai penerbangan agar segera menurunkan harga tiket pesawat. “Jika pihak airlines menaikan lebih dari 100 persen maka permintaan akan turun 100 persen. Ini akan mengguncangkan industri pariwisata, dan ini sudah terjadi. Saya menyarankan, pihak maskapai kembalikan harga tiket ke normal, berlakukan harga tiket secara bertahap,” tuturnya.
Jika harga tiket tetap mahal dalam waktu berkepanjangan, Arief khawatir, industri pariwisata yang saat ini sedang tumbuh di berbagai daerah di Indonesia tidak akan berkembang.
Menurut Arief, agar maskapai tak terlalu rugi dan masyarakat juga masih mampu menjangkau harga tiket pesawat, kenaikan tarif sebaiknya hanya sebesar 35 persen dari harga batas bawah. Jika kenaikan tarif hanya 30 persen dari harga batas bawah, meski pun menguntungkan masyarakat, namun maskapai dan industri pariwisata dinilai bakal merugi.
Terkait mahalnya harga tiket yang banyak dikeluhkan konsumen dan pelaku industri pariwisata, Arief sudah bertemu dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Ia juga meminta kepada menteri perhubungan untuk menurunkan batas atas.
Selain itu, perlu ada peraturan agar maskapai tak bisa seenaknya menaikkan harga tiket meski masih dalam rentang batas bawah dan batas atas harga tiket. Menurut Arief, maskapai juga tak boleh menaikkan harga secara mendadak dan mengatur kenaikan pada waktu tertentu seperti Lebaran dan Natal, hanya dalam rentang 20 persen sampai 40 persen dari harga yang berlaku sebelumnya.
“Pemerintah harus mengunakan kekuatannya sebagai regulator untuk mengatur permasalahan yang berimbas pada industri pariwisata. Apalagi sektor inimemiliki sumbangan devisa negara cukup besar,” ujarnya.
Baca juga : Harga Tiket Mahal, Lebaran Diprediksi Sepi Penumpang
Arief menuturkan, pihak maskapai penerbangan memang tidak melampaui harga batas atas tetapi, ada yang namanya kelaziman dan kepatutan. “Patut enggak sih menaikkan harga hingga 100 persen? Dalam praktiknya itu tidak patut," katanya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) David Tobing mengatakan, mahalnya harga tiket pesawat saat ini merupakan dampak dari Peraturan Menteri Perhubungan 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri (PM 16/2016) yang di dalamnya terdapat formula penentuan tarif atas dan tarif bawah.
"Formula penentuan tarif tersebut memberikan kebebasan bagi maskapai untuk menentukan tarif yang dirasakan sangat mahal akhir-akhir ini," kata David
Menurut David, menteri perhubungan jangan hanya mengimbau maskapai menurunkan tarif, tapi seharusnya langsung mengubah formula tarif agar harga tiket bisa turun, batas atas tarif diubah sehingga bisa menekan harga menjadi lebih rendah.
Jika regulasi tidak diubah maka maskapai akan mengatakan, harga tiket pesawat saat ini masih sesuai dengan PM 14/2016 karena mengacu pada tarif batas atas dalam aturan tersebut. "Ini kan jelas, regulasinya memfasilitasi harga tiket yang mahal, jadi harus diubah regulasinya,” lanjutnya
KKI mendesak menteri perhubungan lebih serius mengambil tindakan nyata mengatasi mahalnya harga tiket karena saat ini terlihat adanyapembiaran yang dilakukan Kementerian Perhubungan.
Destinasi wisata kelas dunia
Arief berkepentingan mengatur kembali harga tiket pesawat agar terjangkau oleh masyarakat. Terlebih dalam lima tahun pemerintah tengah membangun sejumlah destinasi wisata unggulan baru yang diharapkan bisa seperti Bali.
Saat ini, Bali masih menjadi destinasi wisata utama bagi wisatawan asing dan domestik. Arief mengatakan, perlu ada Bali-Bali baru agar Indonesia lebih dikenal di mata dunia.
“Ada rumus dalam pariwisata yaitu atraksi, akses, amenitas (akomodasi, transportasi dan hotel dan tempat makan). Kekuatan kita ada di budaya dan alam, itu diakui dunia dan masuk 20 besar dunia. Untuk itu, akses adalah hal yang paling penting dalam menunjang kekuatan budaya dan alam yang sudah ada. Dengan sendirinya amenitas akan mengikuti,"ujar Arief.
Ia memberi contoh, Danau Toba, Samosir, Sumatera Utara memilik atraksi budaya dan alam yang bagus. Danau Toba juga sudah mendapat status Unesco Global Geopark. Untuk itu, akses ke sana perlu dikembangkan sehingga ada investasi yang masuk.
“Salah satu akses dari program pemerintah yaitu New International Airport Silangit, akses jalan tol Kuala Namu ke Tebing Tinggi dilanjutkan ke Siantar-Parapat, ring road di Samosir, serta akses dermaganya. Ada empatdermaga sekarang. Saat ini sudah ada 7 investor dengan total Rp 6 triliun,” kata Arief.
Baca juga : Pelaku Wisata NTB Terpukul Harga Tiket Pesawat
Selain Samosir, Sumatera Utara, tujuan wisata kelas dunia yang akan di kejar dalam rentang waktu 5 tahun ke depan adalah Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, dan Candi Borobudur, Jawa Tengah.
“Akses kelas dunia contohnya New Yogyakarta Internasional Airport, atraksi kelas dunia di Mandalika,Lombok, NTB dengan nilai investasi 2 miliar US dolar, kita paralel akan membangun hotel bintang empat dan lima di Mandalika. Selanjutnya atraksi pesona alam Labuan Bajo, NTT. Semua akan kami jadikan wisata kelas dunia,” kata Arief.