Rahasia Alan Maulana Cegah Halusinasi Saat Berlari 320 Kilometer
Oleh
AMBROSIUS HARTO, ISMAIL ZAKARIA, KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
SUMBAWA BESAR, KOMPAS — Empat tahun lalu, pelari ekstrem Alan Maulana (33) mengalami halusinasi saat mengikuti lomba lari Tambora Challenge Lintas Sumbawa 320K. Pelari asal Bandung itu akan berlari lagi pada Tambora Challenge 2019 setelah absen dalam tiga edisi. Dia sudah punya rahasia mencegah halusinasi.
Alan merupakan salah satu dari 23 pelari individual yang akan ikut serta pada 1-4 Mei 2019 di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dia akan bersaing dengan pelari lain dalam jarak 320 kilometer dari Poto Tano, Sumbawa Barat, dan finis di Doro Ncanga, kaki Gunung Tambora, Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Juara edisi pertama Tambora Challenge itu belajar banyak dari keikutsertaan pada 2015. Kala itu, di tengah perjalanan, dia mulai berhalusinasi dan tidak dalam kesadaran penuh sedang dalam kompetisi lari. Dia melihat garis jalan seperti ular.
Sejak itu, dia kehilangan tujuan berlari. Pelari yang mampu finis pada lari trail dunia Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB) 2017 di Perancis itu hanya berusaha mencapai titik akhir tanpa motivasi lebih. Meski begitu, Alan tetap mampu finis dan juara. Dia merupakan satu-satunya pelari yang bisa finis pada lomba edisi pertama.
Tahun ini, Alan bertekad mengurangi halusinasinya saat berlari. ”Kalau hilang sepertinya susah karena kurang tidur. Pasti nanti akan halusinasi. Tetapi, itu bisa dikurangi,” katanya saat dihubungi dari Sumbawa Besar, NTB, Senin (29/4/2019).
Menurut Alan, rasa halusinasi itu dapat diminimalkan dengan hidrasi yang cukup. Sebelumnya, dia terlalu memaksa berlari tanpa memikirkan jumlah air yang harus diminum.
Pemegang rekor Tambora Challenge hingga 2018 itu juga menyiapkan makanan dan minuman yang akan menyegarkan pikiran. ”Saya sudah siapin minuman (rasa) asam yang bikin melek,” katanya menambahkan.
Pada 2015, Alan mencatatkan waktu 62 jam 28 menit. Rekor itu sempat bertahan tiga tahun sampai dipecahkan tahun lalu oleh William, juara kategori individual pada Tambora Challenge 2018. Saat itu, William lebih cepat dua menit dari Alan.
Alan punya motivasi besar untuk merebut kembali rekor itu dan memperbaiki catatan waktunya. ”Motivasi tahun ini ingin bisa lebih baik daripada pertama ikut tahun 2015. Semoga bisa di bawah 62 jam,” kata pelari yang terakhir mengikuti maraton ultra pada akhir 2018 itu.
Persiapan
Alan sudah berada di Lombok sejak dua hari lalu. Dia mempersiapkan diri dengan berlari di Lombok. Dia baru akan berangkat ke Sumbawa bersama pelari lain pada Selasa.
Tambora Challenge merupakan lomba lari maraton ultra paling ekstrem di Asia Tenggara. Para pelari harus berhadapan dengan perubahan cuaca ekstrem. Pada siang hari, suhu bisa mencapai 40 derajat celsius. Temperatur akan turun pada malam hari, diikuti dengan angin kencang.
Pelari harus berlari siang dan malam serta dalam kondisi terik ataupun hujan. Tahun ini, syarat lomba semakin sulit. Peserta individu harus finis dalam waktu 68 jam atau berkurang 4 jam dari batasan waktu edisi sebelumnya.