Peningkatan daya baca masyarakat melalui akses perpustakaan menjadi perhatian. Pembangunan perpustakaan kecil atau Microlibrary di setiap kecamatan menjadi target Pemerintah Kota Bandung untuk mendekatkan masyarakat dengan bacaan yang berkualitas dari perpustakaan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Peningkatan daya baca masyarakat melalui akses perpustakaan menjadi perhatian. Pembangunan perpustakaan kecil atau microlibrary di setiap kecamatan menjadi target Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, untuk mendekatkan masyarakat dengan bacaan yang berkualitas dari perpustakaan. Ada banyak potensi perubahan besar yang muncul dari sana.
Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Kearsipan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Bandung Neti Supriati di Bandung, Senin (29/4/2019) menyatakan, pemerintah menargetkan setiap kecamatan setidaknya memiliki satu perpustakaan kecil. Tidak hanya untuk menyimpan dan membaca buku, perpustakaan ini akan menjadi sentral kegiatan masyarakat berbasis kreasi dan sosial.
“Seperti harapan wali Kota Bandung yang ingin meningkatkan daya baca masyarakat, kami berupaya untuk menghadirkan pustaka kecil di setiap lingkungan. Semoga dalam waktu lima tahun ke-30 kecamatan ini memiliki micro library,” ujar Neti, usai peresmian Perpustakaan kecil di lingkungan Kecamatan Kiaracondong.
Daya baca masyarakat dapat dilihat dari kualitas bacaan. Neti berujar, minat baca warga Bandung memang tinggi, tapi tidak semua warga membaca tulisan yang berkualitas. Penggunaan telepon pintar dalam mengakses informasi, tuturnya, kerap tidak diiringi dengan pencarian bacaan yang bermanfaat, seperti artikel yang mengasah keterampilan.
Meskipun begitu, perhatian warga terhadap perpustakaan meningkat setiap tahunnya. Neti memaparkan, jumlah warga yang mengakses perpustakaan di berbagai instansi dan fasilitas umum tahun 2018 mencapai 115.000 orang. Angka ini meningkat dari tahun 2017 yang mencapai 92.000 kunjungan.
Di tahun 2019, Pemerintah Kota Bandung menargetkan 126.000 kunjungan per tahun. untuk mencapai angka tersebut, tutur Neti, pihaknya menurunkan 80 gerobak baca yang akan mengunjungi setiap kelurahan. Selain itu, terdapat ratusan perpustakaan di berbagai instansi yang perlu mendapatkan bimbingan untuk menarik minat mengakses perpustakaan di masyarkat.
“Di Kota Bandung terdapat 600 sekolah dasar yang memiliki perpustakaan. Belum lagi di setiap instansi ada pojok baca yang memiliki bacaan sesuai dengan spesialisasinya. Jadi, semua akan bersinergi,” ujarnya.
Camat Kiaracondong Tarya mengapresiasi upaya penyediaan perpustakaan sebagai infrastruktur penunjang pendidikan itu. Dia juga berterima kasih kepada PT Manila Water yang bersedia membangun infrastuktur Perpustakaan seluas 144 meter persegi.
Bangunan ini dibagi menjadi tiga tingkat. Lantai paling bawah diisi buku-buku. Ruangan ini mampu menyimpan lebih dari 200 buku. Sedangkan untuk lantai dua dan tiga menjadi ruang terbuka hijau untuk tempat baca dan berkegiatan masyarakat.
Perpustakaan kecil ini didirikan dekat dengan keramaian warga, seperti Puskesmas Kiaracondong, Kantor Kecamatan Kiaracondong, dan SDN 158 Babakan Sari. “Posisi ini sangat strategis, apalagi bersebelahan dengan sekolah dan puskesmas. Kalau ada warga yang sedang menunggu, bisa saja anaknya dibawa ke pustaka untuk membaca,” tuturnya.
Menurut Tarya, perpustakaan ini akan dikelola oleh kelompok masyarakat yang aktif seperti Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat dan Karang Taruna setempat. Arie Wandani (26) dari Karang Taruna Babakan Sari menyatakan, untuk mengelola perpustakaan, Dispusip memberikan pelatihan kepada tujuh orang relawan termasuk dirinya. Mereka akan mengelola perpustakaan, mulai dari pelayanan hingga mengurus keanggotaan pustaka.