Banjir di Pasuruan mengakibatkan gangguan sejumlah perjalanan kereta api di bagian timur Jawa. Gangguan ini diklaim oleh PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional 9 sebagai yang terparah dalam 4 tahun terakhir.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO
Wakil Kepala Stasiun Banyuwangi Baru Puji Arifianto (kanan) menjelaskan kondisi perjalanan kereta api kepada penumpang di Stasiun Banyuwangi Baru, Senin (29/4/2019). Banjir di Pasuruan menyebabkan perlintasan kereta api terkikis sehingga menganggu jalur perlintasan kereta api.
BANYUWANGI, KOMPAS - Banjir di Pasuruan, Jawa Timur mengganggu sejumlah perjalanan kereta api di bagian timur Pulau Jawa. Gangguan ini diklaim sebagai yang terparah setidaknya dalam empat tahun terakhir.
Banjir yang diikuti arus deras tersebut menghanyutkan batuan ballast (kricak) dan mengikis tanah di lintasan kereta api. Sejumlah ruas rel dalam kondisi tergantung, kehilangan tumpuan tanah.
"Dalam empat tahun terakhir, beberapa kali rel terendam banjir. Tetapi ini yang paling parah karena merusak jalur dan menghambat perjalanan," ungkap Manager Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional (Daop) 9 Jember Luqman Arif, dihubungi dari Banyuwangi, Senin (29/4/2019).
Penumpang membatalkan perjalanan dan menukarkan biaya pembelian tiket di Stasiun Banyuwangi Baru, Senin (29/4/2019). Banjir di Pasuruan menyebabkan perlintasan kereta api terkikis sehingga menganggu jalur perlintasan kereta api.
Hujan deras yang mengakibatkan banjir di Pasuruan, Jawa Timur, mengganggu perjalanan kereta api rute Banyuwangi-Surabaya dan Banyuwangi-Cilacap. Sedikitnya tiga rute perjalanan kereta tertahan di dua lokasi berbeda.
Banjir yang menutup pelintasan kereta juga memaksa sejumlah penumpang berganti moda transportasi. Atas kejadian itu, PT KAI Daop 9 Jember telah meminta maaf dan mengganti seluruh biaya perjalanan para penumpang.
Banjir yang merendam wilayah Pasuruan juga berimbas pada perjalanan kereta api dari Surabaya ke wilayah Daerah Operasional 7 Madiun. Sedikitnya tiga kereta api yang mengalami keterlambatan perjalanan sekitar 40 menit hingga 229 menit.
Banjir di Pasuruan membuat batu ballast hanyut dan tanah di bawah lintasan terkikis. Tanah yang terkikis sepanjang 100 meter di KM 58, antara Stasiun Pasuruan dan Stasiun Bangil. Di lokasi tersebut, terdapat beberapa titik yang terkikis, masing-masing berkisar 2-3 meter.
Hingga Senin pukul 18.00, ketinggian air sudah mulai berkurang. Semula, ketinggian air mencapai 15 sentimeter dan kini tersisa 5 sentimeter.
Luqman mengatakan, hingga Senin pukul 18.00, ketinggian air sudah mulai berkurang. Semula, ketinggian air mencapai 15 sentimeter dan kini tersisa 5 sentimeter.
Kendati demikian, jalur kereta api belum bisa dilalui. PT KAI Daop 9 Jember memperkirakan perbaikan baru selesai Selasa (30/4) sekitar pukul 04.00.
Wakil Kepala Stasiun Banyuwangi Baru Puji Arifianto (kiri) membantu sejumlah penumpang yang mencari alternatif perjalanan di Stasiun Banyuwangi Baru, Senin (29/4/2019). Banjir di Pasuruan menyebabkan perlintasan kereta api terkikis sehingga menganggu jalur perlintasan kereta api.
Titik yang terkikis tersebut, menurut Luqman, merupakan salah satu dari 18 titik rawan bencana di Daop 9. Berbagai upaya sudah dilakukan PT KAI untuk menanggulangi gangguan tersebut.
"Kami sudah pernah meninggikan lintasan serta melakukan rekayasa teknik dengan membangun daerah penyimbang. Kami juga membangun pemecah arus banjir dan saluran air agar arus air tidak meluap di titik rawan tersebut," tutur Luqman.
Namun upaya tersebut belum cukup. Terkikisnya tanah di perlintasan KA memaksa PT KAI Daop 9 melakukan evaluasi keamanan jalur kereta.