Fenomena Madden-Julian Oscillation atau MJO yang menyebabkan potensi hujan pada sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Warga diharapkan tetap waspada terhadap hujan lebat yang dapat memicu terjadi banjir dan longsor.
Oleh
Aditya Diveranta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fenomena Madden-Julian Oscillation atau MJO yang menyebabkan potensi hujan pada sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Warga diharapkan tetap waspada terhadap hujan lebat yang dapat memicu terjadi banjir dan longsor.
Kepala Subbidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala mengatakan, aktivitas MJO yang terjadi pada akhir April 2019 ini membawa aliran massa udara basah dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia. Walau Indonesia hampir memasuki musim kemarau secara periodik, belum tampak karakteristik musim kemarau hingga saat ini.
”Sejauh ini, angin musim barat masih dominan sehingga membawa potensi hujan ke sejumlah wilayah Indonesia. Pengaruh hal ini setidaknya terlihat di wilayah pesisir barat Sumatera dan wilayah Jawa bagian barat, termasuk Jabodetabek,” ujar Agie di Jakarta, Minggu (28/4/2019).
Bencana banjir dan longsor yang terjadi di Bengkulu, menurut dia, tidak terlepas dari fenomena MJO. Ia memprediksi, curah hujan masih akan tinggi walau saat ini mulai bergeser ke Indonesia bagian timur.
”Dalam lima hari ke depan, wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua juga perlu waspada terhadap potensi hujan lebat,” ungkapnya.
Ia mengimbau agar warga tetap waspada terhadap informasi potensi bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi setempat. Petugas penanggulangan bencana akan memberikan arahan terkait dengan evakuasi di lapangan.
Jakarta dan Bengkulu
Hujan lebat yang terjadi pada 26 hingga 27 April 2019 menyebabkan banjir serta longsor di Provinsi DKI Jakarta dan Bengkulu. Hingga Minggu sore, sejumlah wilayah masih tergenang banjir.
Di Jakarta, banjir berangsur surut dai 32 lokasi hingga menyisakan tiga lokasi yang masih tergenang. Wilayah tersebut ada di RW 001 Kelurahan Kembangan Utara, RW 002 dan RW 004 Kelurahan Rawa Buaya, Jakarta Barat. Hingga pukul 18.00, tinggi air masih berkisar 10 sentimeter hingga 30 sentimeter.
Menurut data BPBD DKI Jakarta, jumlah pengungsi yang sebelumnya 1.539 orang, pada pukul 18.00 tersisa sekitar 26 orang. Ketua BPBD DKI Jakarta Subejo mengatakan, warga masih diminta waspada apabila terjadi potensi banjir karena luapan air sungai.
”Kami telah menyimpan kontak sebagian warga. Kalau memang Pintu Air Katulampa memasuki status Siaga I, warga akan langsung kami beri tahu. Ada jeda waktu sembilan jam sebelum luapan air dari Katulampa sampai ke Jakarta,” kata Subejo.
Di Bengkulu ada sembilan wilayah kabupaten atau kota yang turut terdampak. Data sementara dari BPBD Provinsi Bengkulu, tercatat 10 orang meninggal, 8 orang hilang, 2 orang luka ringan, dan 12.000 orang mengungsi. Atas peristiwa itu, sebanyak 184 rumah, 4 unit fasilitas pendidikan, 40 titik infrastruktur, serta 9 lokasi perikanan rusak.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, penanganan darurat saat ini mengalami sejumlah kendala. Koordinasi dan komunikasi ke kabupaten atau kota sulit dilakukan karena sebagian besar aliran listrik terputus. Selain itu, distribusi logistik juga terhambat karena banyak akses jalan yang terputus.
”Titik lokasi bencana banjir dan longsor sangat banyak, sedangkan jarak antartitik banjir dan longsor saling berjauhan. Hal ini menyulitkan tim untuk mencapai lokasi. Selain itu, anggaran yang terbatas juga menyulitkan operasional penanganan bencana,” tutur Sutopo melalui keterangan pers.
Posko induk di BPBD Provinsi Bengkulu telah didirikan, tepatnya di Ruang Pusdalops, dan mendirikan posko pengungsian di 12 titik lokasi. Rapat koordinasi terus dilakukan setiap hari.
Sutopo mengatakan, evakuasi dan pencarian korban masih terus dilakukan dengan menggunakan perahu karet. Pengerahan aparat dan sejumlah komunitas telah dilakukan untuk membantu proses evakuasi.
Ia menambahkan, BPBD Bengkulu saat ini masih melakukan pendataan dampak bencana dan penanganan bencana. Sementara itu, warga juga diimbau untuk tetap meningkatkan kewaspadaan.
”Kami mengimbau agar warga tetap waspada. Sementara ini, kebutuhan mendesak warga ialah tenda pengungsian, perahu karet, selimut, makanan siap saji, air bersih, peralatan bayi, lampu darurat, peralatan rumah tangga untuk membersihkan lumpur dan lingkungan. Kami juga masih butuh tenaga sukarelawan,” kata Sutopo.