TALIWANG, KOMPAS – Lomba lari esktrem Tambora Challenge 320K kembali diselenggarakan tahun ini pada 1-4 Mei 2019, di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Berbeda dari empat penyelenggaraan sebelumnya, Tambora Challenge akan berlangsung terpisah dari Festival Pesona Tambora. Hal itu membuat warga lokal penasaran menanti ajang maraton ultra tersebut.
Tahun ini, Festival Pesona Tambora diselenggarakan lebih cepat. Acara pekan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah untuk memperingati letusan Gunung Tambora itu sudah berlangsung pada 9-11 April 2019.
Tambora Challenge 2019 akan melalui rute dari Poto Tano hingga Doro Ncanga. Dalam rute lari sejauh 320 kilometer itu, 56 pelari yang terdaftar akan melalui cuaca ekstrem berupa suhu udara hingga 40 derajat celcius.
Manajer Acara Tambora Challenge Budhi Sarwiadi mengatakan, festival itu sengaja dimajukan jadwalnya untuk menghindari agenda pemilihan umum. Oleh karena itu, Tambora Challenge dalam penyelenggaraan tahun kelima akan berlangsung terpisah kali ini.
Jelang hari lomba, bukan hanya pelari yang tak sabar menanti, warga lokal Sumbawa juga mengaku penasaran. Mereka ingin mengetahui bagaimana penyelenggaraan ajang lari yang kini terpisah dari Festival Pesona Tambora.
Salah satunya Sulistyowati (52), pemilik warung makan, yang tinggal di sekitar Pelabuhan Poto Tano. Dia tidak mengetahui persis Tambora Challenge. Perempuan yang menikah dengan pria asli Sumbawa, Karmidi Susanto (55), itu hanya mengetahui ajang lari yang sudah digelar empat tahun terakhir.
"Oh.. Yang itu. Kalau itu tahu, acara lari yang sampai ke Tambora itu. Kalau itu memang ramai biasanya, seperti tahun lalu juga jadi ramai," kata Sulistyowati saat ditanya tanggapannya tentang Tambora Challenge.
Karena itu, Sulistyowati penasaran dengan penyelenggaraan tahun ini, terutama terkait potensi ekonomi. Adapun, warungnya terletak hanya beberapa ratus meter setelah pelabuhan yang merupakan pintu masuk ke Sumbawa.
Hal serupa dirasakan Arifin, warga asli Poto Tano. Pria berusia 48 tahun ini juga masih awam terkait Tambora Challenge. Dia hanya mengetahui festival daerah yang setiap tahunannya terdapat lomba lari.
Kendati demikian, pria yang berprofesi sebagai pemandu wisata ini berharap keramaian di Tambora Challenge berpengaruh ke pendapatannya. "Ya, semoga lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Biasa sih selalu ramai, tetapi tahun ini semoga makin ramai," kata Arifin yang memiliki tiga buah kapal cepat.
Arifin menawarkan jasa wisata ke Pulau Kenawa. Salah satu tempat wisata di Sumbawa itu berada dekat dengan Pelabuhan Poto Tano. Pulau tersebut bisa dicapai hanya sekitar lima menit dengan menggunakan kapal.
Gempa besar
Selain potensi ekonomi, warga lokal juga berharap Tambora Challenge tahun ini mampu sedikit menghapus kesedihan trauma warga pascagempa. Sebelumnya, Sumbawa terdampak rentetan gempa besar pada Agustus 2018, Januari dan Maret 2019 lalu.
"Harapannya dengan ada acara lari, jadi ramai dan menghilangkan ketakutan warga. Semoga warga bisa senang melihat ada aktivitas yang positif sepert ini," tutur Staf Kecamatan Poto Tano, Burhanuddin.
Gempa beruntun di Sumbawa menyebabkan bangunan umum dan rumah warga rusak. Bahkan, sejumlah bangunan harus dibangun ulang berkali-kali karena rentetan gempa tersebut.