Dua gunungan getuk raksasa memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Ke-1113 Kota Magelang, Jawa Tengah, yang digelar di Alun-alun Magelang, Minggu (28/4/2019). Ditampilkan bersama 17 gunungan sayur-mayur dan palawija, keberadaannya menjadi lambang kesuburan lahan dan kemakmuran masyarakat.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Dua gunungan getuk raksasa memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Ke-1113 Kota Magelang yang digelar di Alun-alun Magelang, Jawa Tengah, Minggu (28/4/2019). Ditampilkan bersama 17 gunungan sayur-mayur dan palawija, keberadaannya jadi lambang harapan kesuburan lahan dan kemakmuran masyarakat.
Dua gunungan itu tersusun atas 2 kuintal getuk. Satu getuk berbentuk runcing di bagian atasnya disebut sebagai gunungan getuk jaler atau laki-laki. Sementara getuk yang pucuknya datar disebut gunungan getuk putri. Keduanya sebagai perwujudan lingga dan yoni, yang bermakna kesuburan dan kemakmuran. Lingga dan yoni adalah artefak yang banyak ditemukan di sekitar candi, termasuk di Magelang.
Kedua gunungan itu menjadi magnet ribuan masyarakat yang hadir di alun-alun. Begitu pagar pembatas arena dibuka, banyak warga yang semula tenang langsung berhambur dan berlomba mengambil getuk. Di sisi lain, sebagian warga juga bersemangat mengambil aneka sayuran dan palawija, seperti kacang panjang, tomat, dan jagung.
”Grebeg Gethuk ibarat pesta besar warga Kota Magelang. Kami berpesta dengan menikmati hidangan getuk dan aneka palawija,” ujar Ketua Panitia Grebeg Gethuk Susilo Anggoro.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito berharap acara yang rutin digelar setiap tahun ini dapat menjadi agenda wisata yang menarik minat pengunjung dari banyak daerah. Acara Grebeg Gethuk setiap tahun biasanya didatangi 4.000-5.000 pengunjung. Kali ini, selain dari Magelang, banyak rombongan pengunjung datang dari Klaten, Banyumas, hingga Balikpapan, Kalimantan Timur, ikut hadir dalam kesempatan ini.
Kota wisata
Berangkat dari semula sebagai kota jasa, Sigit mengatakan, Kota Magelang tengah digerakkan menjadi kota wisata. Hal itu, ujarnya, sangat penting karena peluang untuk mendapatkan kunjungan wisatawan sesungguhnya terbuka lebar.
”Dengan adanya bandara baru di Kulon Progo, rencana Jalan Tol Bawen-Yogyakarta, dan menghidupkan jalur rel kereta api lama, Kota Magelang tidak boleh tinggal diam. Kami harus merebut peluang mendapat tambahan kunjungan wisatawan setelah proyek-proyek tersebut selesai dibangun,” ujarnya.
Akan tetapi, Sigit mengatakan, selain mengandalkan potensi wisata baru, obyek yang sebelumnya sudah ada tidak boleh dilupakan. Ia berjanji akan melakukan revitalisasi kawasan untuk lebih layak dikunjungi wisatawan. Saat ini, wisata andalan di Kota Magelang adalah kawasan Gunung Tidar dan Taman Rekreasi Kyai Langgeng.
”Kami tidak memiliki sumber daya alam yang menonjol. Kota Magelang tidak memiliki sawah atau hutan. Namun, kami tetap optimistis bisa memoles kota ini menjadi destinasi wisata. Target tahun ini ada 1,5 juta orang datang ke Kota Magelang,” ujarnya.