Pelaku industri di Kota Batam, Kepulauan Riau, mengeluhkan pemadaman listrik bergilir yang berlangsung sejak dua bulan lalu. Mereka mendesak PLN segera mengatasi persoalan ini agar kerugian akibat barang produksi rusak karena listrik padam tidak terus bertambah.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS – Pelaku industri di Kota Batam, Kepulauan Riau, mengeluhkan pemadaman listrik bergilir yang berlangsung sejak dua bulan lalu. Mereka mendesak PLN segera mengatasi persoalan ini agar kerugian akibat barang produksi rusak karena listrik padam tidak terus bertambah.
Group Manager Sumber Daya Manusia dan Bagian Umum Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK) Nara Dewa, Sabtu (27/4/2019), mengatakan, pemadaman listrik bergilir sangat mengganggu aktivitas produksi. Sejumlah perusahaan di kawasan itu mengeluh rugi karena banyak barang produksi rusak akibat listrik padam mendadak.
Salah satu perusahaan di KITK yang terdampak pemadaman listrik bergilir adalah PT Sembcorp Marine Offshore Engineering (SMOE) Indonesia. Perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi rig pertambangan lepas pantai itu pekan lalu memulangkan sekitar 1.500 karyawan akibat listrik padam mendadak.
“Jika pemadaman listrik dilakukan sesuai jadwal sebenarnya dampak kerugian bisa diminimalisasi. Kami bisa mempersiapkan diri dengan mengubah alur produksi jika ada jadwal yang jelas dan pasti,” kata Nara.
Menurut Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepulauan Riau OK Simatupang, PLN kerap kali memadamkan listrik di luar jadwal yang telah disepakati. Selain itu, tegangan listrik juga sering menurun drastis secara mendadak dan membuat alat produksi tidak bekerja maksimal.
“Saat jadwalnya padam, listrik justru hidup. Namun, ketika jadwal hidup, listrik malah sering tiba-tiba padam. Pokoknya enggak karuan,” kata OK Simatupang.
Menurut dia, biasanya PLN mengirimkan surel atau mengutus perwakilan untuk memberi tahu perusahaan pada tiga atau dua hari sebelum pemadaman. Namun, terkadang info yang diterima perusahaan melalui surel tidak sesuai dengan info yang disampaikan langsung perwakilan PLN yang datang.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Lahan diratakan untuk berbagai proyek pembangunan di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (5/8/2016). Proyek itu di antaranya pembangunan kawasan permukiman, industri, dan pelabuhan.
Prioritas
Corporate Secretary PLN Batam Denny Hendri Wijaya mengatakan, pemadaman bergilir dilakukan karena salah satu pembangkit listrik PLN, yaitu PLTG Panaran yang menghasilkan daya 40 megawatt (MW) mengalami kerusakan. Di saat yang bersamaan PLTU Tanjung Kasam yang menghasilkan daya 50 MW juga sedang dilakukan perawatan.
Hal ini praktis membuat kapasitas produksi daya PLN menurun, dari seharusnya 560 megawatt (MW) menjadi 460 MW. Adapun kebutuhan listrik di Batam saat ini sekitar 470 MW. Artinya defisit daya yang terjadi lebih kurang sebesar 10 MW.
Pemadaman bergilir menjadi lebih sering terjadi di kawasan Industri pada Maret dan April karena PLN memprioritaskan pasokan listrik untuk Pemilu dan Ujian Nasional. Kedua agenda nasional itu memaksa PLN membuat skala prioritas dan mengorbankan kawasan Industri.
“Komponen pengganti turbin rusak yang dipesan dari Inggris untuk PLTG Panaran akan tiba pada 30 April. Proses pemasangan membutuhkan waktu sekitar dua hari. Maka pemadaman listrik bergilir diperkirakan akan selesai pada 2 Mei,” kata Denny.