”Si Mungil” Brio, Kunci Daya Saing Merangsek Pasar Ekspor
Siapa sangka? Ketika baru memasuki generasi kedua, ”si mungil” berwajah baru, All New Honda Brio, diminati ”tetangga” di kawasan Asia.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
Siapa sangka? Ketika baru memasuki generasi kedua, ”si mungil” berwajah baru, All New Honda Brio, diminati ”tetangga” di kawasan Asia. Tepat sebulan setelah ekspor perdananya ke Filipina dan Vietnam, 740 unit mobil perkotaan ini sudah diekspor di kedua negara itu.
Kabar menggejutkan itu disampaikan Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy kepada Kompas di Jakarta, Kamis (25/4/2019), bertepatan dengan pembukaan Telkomsel Indonesia International Motor Show 2019 di JI Expo Kemayoran, Jakarta.
Sepekan sebelumnya, HPM baru mencatat 150 unit yang diekspor. Belum ada penambahan. Itu pun baru dikirimkan ke Filipina. Menjelang malam, Jonfis meluruskan informasi itu. ”Sampai dengan April, ekspor Brio ke kedua negara itu secara total 740 unit,” ujarnya.
Jumlah itu kemungkinan akan bertambah, mengingat karakteristik keinginan konsumen di kedua negara itu mirip dengan Indonesia. Ekspor perdana pun praktis hanya butuh 237 hari sejak diluncurkan sebagai model ”World Premiere yang Mencuri Perhatian” pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show yang ke-26. (Kompas, 9 Agustus 2018).
Sejak muncul tahun 2012, ketika pemerintah meluncurkan mobil ramah lingkungan berbiaya produksi rendah (low cost green car), penjualan Brio cukup fantastis. Hingga 2017, rata-rata penjualannya sekitar 11.000 unit per tahun atau teratas di pasar city car.
Selama enam tahun Brio terus dikembangkan. Kini telah ada perubahan pada desainnya meski desain Brio terbaru ini tak beda jauh dengan model city car kompetitornya, sebut saja Toyota Agya maupun Daihatsu Ayla.
Ikonik kaca belakang Brio nan legendaris sudah diubah total dan kini lebih banyak bermain dengan lempengan baja meski desain lampu belakang tetap menunjukkan serupa huruf C, mirip ”kakaknya” sendiri, BR-V dan Civic.
Ekspor perdana All New Honda Brio secara utuh atau completely build up (CBU) pun dicanangkan pada Selasa, 26 Maret 2019.
”Berdasarkan riset pasar kami, Honda Brio diminati banyak konsumen otomotif di kedua negara itu. Karakter konsumennya sangat mirip dengan Indonesia. Ekspor ini sangat membanggakan bagi Indonesia, terutama bagi Honda,” ujar Jonfis.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapresiasi tinggi atas kinerja Honda. ”Brio lahir akibat kebijakan LCEV (low cost emission vehicle). Karena diproduksi sekaligus sukses di Indonesia, maka Honda bisa ekspor. Mereka mendapatkan volume tier satu dan dua dari industri-industri di dalam negeri. Tentu ini menjadi kunci daya saing di industri otomotif,” ujar Airlangga.
Menurut Airlangga, dengan lokal konten lebih tinggi dan nilai kurs rupiah yang kompetitif, tentu Honda Brio dapat menjadi andalan ekspor ke Filipina dan Vietnam. Honda pun sudah mengekspor dalam bentuk CKD ke banyak negara dalam bentuk komponen, termasuk ke Amerika. Artinya, komponen yang dihasilkan oleh Honda mempunyai daya saing untuk pasar mancanegara.
Mengetes Brio
Iritnya dapat, kelincahannya sulit tertandingi. Begitu mudahnya dua kesan kuat di era digital yang membuat bertaburan informasi, termasuk celetukan dengan bahasa gaul percakapan milenial, terlontar untuk menggambarkan city car All New Honda Brio.
Mengejar irit, trik mengemudi disiasati. Mengendarai pun mesti konstan, pijakan pedal gas terjaga. Tak juga menginjak pedal rem secara mendadak. Dan, sedikit doa dalam hati supaya medan jalan yang dilalui tidak dihadang kemacetan, terlebih saat harus berkompetisi dengan sesama profesi jurnalis, seperti dilakukan bulan lalu.
Rela gembrobyos alias berkeringat di dalam kabin kendaraan tentu sudah disepakati di dalam tim. Bagaikan sindiran bebas di era keterbukaan informasi, ada saja netizen berkomentar: ”Naik mobil kok jendela dibuka, bukannya ada fasilitas AC-nya?”
Tentu butuh kesabaran mendengar komentar semacam ini. Di balik itu, uji kendaraan yang digelar PT Honda Prospect Motor (HPM) pada Rabu (20/3/2019), untuk menggapai testimoni pembuktian, seberapa besar sesungguhnya tingkat efisiensi bahan bakar mobil ini?
Alhasil, aktivitas berkendara dilakukan sejumlah jurnalis dari titik awal kantor HPM di kawasan Sunter, Jakarta Utara, menuju Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, sejauh 49 kilometer untuk mencatat tingkat efisiensi bahan bakarnya. Kemahiran mengemudi dalam ”Brio Battle of Efficiency” menghasilkan kelompok tiga besar efisiensi bahan bakar yang mencapai 29,6 liter per kilometer, 29,9 liter per kilometer dan terefisien sanggup mencapai 30,1 liter per kilometer.
Tidak sekadar efisiensi, Brio dipilih pula karena mungil. Tentu juga karena harganya relatif terjangkau dan Honda minded dalam menentukan pilihan kendaraan. Doyan sedikit ngebut di perkotaan yang macet dan kerap melintas jalan sempit juga tidak menjadi penghalang karena kemungilannya enak diajak ke sana-kemari.
Sedikit catatan perjalanan sejarah, Honda memulai bisnisnya di Indonesia sejak 1973 dengan didirikannya PT Prospect Motor. Saat itu, perannya hanya sebagai distributor mobil Honda di Indonesia. Butuh 26 tahun untuk meyakinkan investor Jepang tentang prospek pasar di Indonesia, bahkan Indonesia bisa dijadikan basis sejumlah produksi mobilnya.
Tepat tahun 1999, HPM didirikan atas kerja sama Honda Motor Co Ltd dan PT Prospect Motor. Namun, kegiatan produksi di Karawang baru dilakukan tahun 2003.
Enam tahun kemudian, Honda Freed yang diproduksi di Indonesia sudah diekspor ke Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam. Namun, kini produksi mobil model MPV dengan kekhasan pintu geser ini sudah tidak dilanjukan lagi seiring fokus Honda ke pembuatan model lainnya.