Pemerintah Andalkan Penyimpanan Teknologi Tinggi Bulog
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Untuk mengatasi masalah pangan yang bersifat musiman, pemerintah meminta Perum Bulog mengembangkan sistem penyimpanan untuk pangan yang berkontribusi pada inflasi. Harapannya, sistem penyimpanan ini dapat melindungi harga di tingkat petani secara konsisten dalam jangka panjang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bawang merah, cabai merah, beras, daging ayam ras, daging sapi, gula pasir, dan minyak goreng termasuk bahan makanan yang memiliki andil pada inflasi pangan. Untuk cabai merah dan bawang merah, pemerintah menugaskan Bulog menyerap produksi petani saat panen raya yang diperkirakan jatuh pada Mei-Juni mendatang.
Penyerapan itu disokong oleh controlled atmosphere storage (CAS) atau penyimpanan dengan pengendalian atmosfer yang telah dimiliki Bulog. "Kami telah memiliki CAS di Brebes, Jawa Tengah, kira-kira sejak Agustus 2018," kata Kepala Bagian Humas dan Kelembagaan Perum Bulog Teguh Firmansyah saat dihubungi, Jumat (26/4/2019).
Sistem CAS saat ini berfungsi untuk menyimpan bawang merah yang diproduksi petani di Brebes. Bentuknya berupa gedung yang berisi 20 unit penyimpanan. Total kapasitasnya 272.000 ton.
Dengan sistem CAS, aspek kelembaban udara, kandungan oksigen, kandungan karbon dioksida, kandungan nitrogen, dan kandungan etilen (zat yang mencegah pembusukan) dapat dikendalikan. Bawang merah pun dapat disimpan hingga enam bulan.
Menurut Teguh, pengembangan dan pembangunan CAS dapat ditambahkan di sentra-sentra produksi lain. Sementara, sumber dananya berasal dari keuangan korporasi. Oleh sebab itu, pengembangan mesti memperhatikan kajian komersial dan bisnis.
Pemerintah mengharapkan, sistem CAS juga dapat dimanfaatkan untuk cabai merah. Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog Imam Subowo mengatakan, penyerapan dan penyimpanan cabai merah akan dicoba pada Mei-Juni mendatang saat panen raya.
Selain itu, pemerintah juga meminta Bulog mengembangkan penyimpanan daging ayam untuk menyerap produksi dari peternak. Imam mengatakan, saat ini sudah ada penyimpanan berpendingin (cold storage) yang dimanfaatkan untuk menyimpan daging kerbau. Jumlahnya minimal sekitar 50 unit dengan kapasitas 6 ton-12 ton per unit.
Terkait penugasan untuk penyerapan dan penyimpanan daging ayam, Imam mengatakan, Bulog mungkin akan memanfaatkan unit yang sudah ada untuk daging kerbau. "Untuk penambahannya, kami harus memetakan terlebih dahulu daerah-daerah sentra peternakan dan ketersediaan gudangnya. Kami harap, rencana ini dapat menstabilkan harga di tingkat peternak," katanya.
Seluruh penugasan pemerintah untuk Bulog tersebut dibahas dalam rapat koordinasi tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, Kepala Staf Presiden Moeldoko, dan Imam hadir dalam rapat itu.
Saat panen raya, harga komoditas pangan cenderung anjok di bawah nilai keekonomiannya atau ongkos produksi akibat suplai yang melimpah. Darmin mengatakan, masalah tersebut bersifat musiman dan membutuhkan solusi sistematis, yakni penyerapan yang terintegrasi dengan penyimpanan tahan lama.
"Kalau sistem penyimpanan dapat mempertahankan kualitas pangan minimal enam bulan, harga di tingkat produsen tidak akan terlalu anjlok saat panen raya. Saat belum panen, harga di tingkat konsumen dapat terkendali," kata Darmin.
Masalah harga bahan pangan yang anjlok bersifat musiman dan membutuhkan solusi sistematis, yakni penyerapan yang terintegrasi dengan penyimpanan tahan lama.
Pengendalian harga di tingkat konsumen dan produsen yang belum berimbang itu tampak dari laju inflasi pada Ramadhan-Lebaran yang pada 2017-2018 berada di bulan Mei-Juni. Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, inflasi bulanan pada Mei-Juni 2017 secara berturut-turut sebesar 0,39 persen dan 0,69 persen sedangkan pada Mei-Juni 2018 sebesar 0,21 persen dan 0,59 persen.
Akan tetapi, daya tukar petani saat periode panen raya pada Maret-April cenderung turun. BPS mencatat, nilai tukar petani atau NTP nasional (tanpa perikanan) bulanan pada Maret 2017 turun 0,40 persen dan pada April 2017 naik 0,06 persen. Sementara itu, NTP nasional bulanan pada Maret-April 2018 turun 0,39 persen dan 0,34 persen.
Menurut Amran, sistem penyimpanan Bulog dapat menempatkan petani sebagai produsen pangan dalam posisi untung. "Sederhananya, saat panen raya, kita serap dan memberi harga yang menguntungkan petani. Saat panen rendah atau panceklik, yang diserap (saat panen raya) dikeuarkan. Hal ini juga berdampak pada inflasi yang dapat terjaga," tuturnya.