MILAN, KAMIS - Lazio melangkah ke final Piala Italia setelah mengalahkan AC Milan, 1-0, pada laga kedua semifinal di Stadion San Siro, Milan, Kamis (25/4/2019) dini hari WIB. Kekompakan tim, taktik jitu, dan karakter tim yang kuat merupakan kelebihan Lazio malam itu. Lazio menunjukkan, krisis yang dihadapi Milan kian parah.
Milan baru memenangi satu dari tujuh laga terakhir di semua kompetisi. Tim berjuluk “Rossoneri” itu tidak lagi mematikan seperti pada awal 2019, ketika mereka baru mendapatkan striker baru, Krzysztof Piatek. Sejak striker asal Polandia itu menjadi starter, Milan tidak terkalahkan selama delapan laga di semua kompetisi. Bahkan dalam tiga laga berturut-turut, mereka mencetak masing-masing tiga gol.
Tren positif itu mengangkat Milan ke posisi empat Liga Italia dan mulai bermimpi bisa tampil di Liga Champions musim depan. Namun, setelah dikalahkan Inter Milan 2-3, pertengahan Maret, Milan mulai menghadapi krisis.
Lazio pun datang ke San Siro dan membuktikan bahwa krisis justru semakin parah. Tim asuhan pelatih Simone Inzaghi itu tampil seperti layaknya tuan rumah. Mereka mampu menguasai permainan dan lebih banyak menyerang. Lazio menembak 14 kali, dengan 10 tembakan tepat mengarah ke gawang. Adapun Milan hanya bisa menembak enam kali dan hanya dua yang mengarah ke gawang.
Agresivitas Lazio itu pun memaksa kiper Milan Pepe Reina bekerja keras membuat sembilan penyelamatan. Dalam beberapa laga terakhir, Reina lebih sering tampil karena kiper utama Gianluigi Donnaruma masih cedera. ”Reina memang luar biasa. Jika bukan karena dia, kami bisa mencetak gol lebih cepat,” kata Inzaghi.
Lazio baru bisa mencetak gol pada menit ke-58 melalui tendangan Joaquin Correa. Gol itu tercipta berkat serangan balik yang cepat. Correa mendapatkan umpan dari Ciro Immobile sebelum menceploskan bola melewati kedua kaki Reina. ”Saya sebetulnya bingung memilih pemain. Saya semula ingin memainkan Felipe Caicedo, tetapi saya berubah pikiran dan memainkan Correa,” ujar Inzaghi.
Kemenangan ini membuat Inzaghi bangga karena Lazio bisa menyingkirkan dua klub besar Milan untuk mencapai final, yaitu Inter Milan di perempat final dan AC Milan pada semifinal. Pada Piala Italia, hanya babak semifinal yang digelar dalam format kandang-tandang. Pada laga pertama, Lazio dan Milan bermain imbang 0-0.
Lazio akan bertemu Atalanta atau Fiorentina pada final yang berlangsung di Stadion Olimpico, kandang Lazio, 15 Mei. Atalanta dan Fiorentina menjalani laga semifinal kedua, Jumat (26/4) dini hari WIB. Pada laga pertama, kedua tim bermain imbang 3-3.
Siapa pun lawan di final, trofi Piala Italia menjadi pertaruhan bagi Inzaghi karena posisi mereka di Liga Italia tidak bagus. Mereka berada di peringkat delapan dengan 52 poin, terancam kembali gagal finis di empat besar dan mendapat tiket ke Liga Champions. Oleh karena itu, Inzaghi bisa menjaga reputasinya jika bisa mengangkat trofi Piala Italia tahun ini.
Gattuso terancam
Kegagalan di Piala Italia membuat nasib pelatih AC Milan Gennaro Gattuso berada di ujung tanduk. Apalagi, Milan juga terancam kehilangan tiket ke Liga Champions. Saat ini mereka berada di posisi empat Liga Italia dengan 56 poin. Namun, di bawahnya ada Atalanta (56 poin), AS Roma (55 poin), dan Torino (53 poin).
Laman La Gazzetta dello Sport mengabarkan bahwa Gattuso sudah kehilangan dukungan dari manajemen klub. Bahkan, klub sudah menyiapkan sejumlah nama untuk menggantikan Gattuso seperti Maurizio Sarri, Gian Piero Gasperini, dan Rudi Garcia. Milan juga masih mengharapkan kedatangan Antonio Conte.
Gattuso dianggap tidak memiliki taktik yang tepat dan gagal memaksimalkan kemampuan pemain. Ketajaman Piatek kini juga menghilang dan ia kesulitan mendapat bola saat melawan Lazio. “Kami sudah beberapa kali melakukan perubahan dan tidak membuahkan hasil. Sekarang kami harus menganalisa semuanya,” ujar Gattuso seperti dikutip laman La Stampa. (REUTERS)