Pesan Damai dari Balai Kota Jakarta
Ibarat bara membara yang terus dikipasi, kompetisi pemilihan presiden masih terasa sepanas masa kampanye. Perdebatan, caci maki, dan saling hujat masih terus mondar-mandir di media sosial.
Suasana itu berkebalikan dengan atmosfer di Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) DKI Jakarta di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (24/4/2019). Keakraban para elite politik tingkat DKI Jakarta terlihat begitu jelas saat kamera para wartawan menyorot.
Pernyataan damai pun diserukan dua pemimpin kampanye calon presiden nomor urut 01 dan 02 di Balai Kota DKI Jakarta.
Prasetio Edi Marsudi, Ketua Tim Kampanye Nasional 01 DKI Jakarta yang juga Ketua DPRD DKI Jakarta, berangkulan sembari bercengkerama dengan Muhammad Taufik, Ketua Badan Pemenangan Nasional 02 DKI Jakarta yang juga Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Keduanya mengenakan baju kampanye dengan logo partai masing-masing.
Hadir pula dalam acara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono, Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal Eko Margiono, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta Betty Epsilon Idroos, dan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta Muhammad Jufri. Juga hadir sejumlah perwakilan organisasi kemasyarakatan yang menjadi tim sukses setiap calon.
Edi dalam pernyataannya di hadapan para hadirin menyatakan ajakan kepada semua pihak untuk menghilangkan rasa kebencian serta kembali menjadi teman untuk membangun Jakarta. ”Pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif sudah selesai. Ternyata Jakarta baik-baik saja,” katanya singkat.
Taufik menceritakan lebih panjang masa kampanye yang panas itu. Selama dua masa kampanye, ia dan Pras (panggilan Prasetio Edi), nyaris tak bertegur sapa. Padahal, selama ini keduanya merupakan kawan baik.
Suasana tegang itu terbentuk karena kesibukan juga karena panasnya masa kampanye. ”Awalnya saya sempat panas juga sama Pras, tapi setelah bertemu begini, ya ternyata tidak ada lagi ketegangan,” katanya.
Taufik menyatakan ucapan terima kasih pada Forkopimda yang telah menggawangi pertemuan itu. Ia mengaku sangat sulit bertemu dengan Pras karena kesibukan selama ini.
Ia mengajak seluruh tim sukses dan organisasi kemasyarakatan yang ikut meramaikan pilpres untuk bersama-sama menjaga Jakarta. Sebab, keamanan Jakarta sangat penting untuk seluruh Indonesia.
”Mari, tetap bersama menjaga Jakarta, kalau di sini aman, insya Allah di Indonesia juga aman. Biarkan yang menghitung meneruskan menghitung, di sini (tim pemenangan dan warga) kita tetap menyelesaikan dengan kekeluargaan,” ujarnya.
Pernyataan bersama
Keduanya pun membacakan pernyataan bersama. Pernyataan itu terdiri dari lima poin, yaitu mengapresiasi terselenggaranya pemilu yang aman dan damai, menolak segala bentuk kecurangan yang dapat merugikan pihak lain, menolak tindakan inkonstitusional dalam bentuk apa pun, menyelesaikan permasalahan pemilu melalui jalur hukum dan sepakat menunggu dan menghormati hasil keputusan KPU hingga 22 Mei 2019.
Anies mengatakan, pertemuan siang hari itu sangat membahagiakan. Apalagi, setelah Pemilu 2019 di Jakarta berjalan lancar dan tenang. Ia berharap, proses perhitungan suara juga berjalan lancar, jujur, adil, dan transparan sehingga bisa diterima semua pihak dengan lapang dada.
”Jakarta ini superpenting, efek tular ke daerah lain sangat besar. Kalau di sini tenang, di seluruh Indonesia juga tenang. Proses yang tenang kemarin menunjukkan Indonesia matang berdemokrasi,” katanya.
Proses demokrasi, kata Anies, memang mempunyai unsur kompetisi. Dalam setiap kompetisi ada lawan, tapi bukan musuh. ”Musuh itu berusaha menghabisi, tetapi lawan itu teman. Lawan badminton itu teman olahraga. Lawan pemilu itu teman dalam demokrasi,” katanya penuh kesejukan.
Dari Jakarta, hari ini para pimpinan sudah memperlihatkan kembali bersahabat. Saat pimpinan sudah hilangkan permusuhan, tentunya hingga ke bawah akan ikut menghentikan permusuhan itu.
Hal senada diungkapkan Ketua KPU DKI Jakarta Betty yang juga meminta semua pihak untuk mendukung proses perhitungan suara sehingga bisa cepat selesai. Apalagi para petugas pemungutan suara di DKI Jakarta sudah sampai ada yang berkorban nyawa dan dirawat inap di rumah sakit dalam melaksanakan proses pemilu.
Di Jakarta ada dua ketua panitia pemungutan suara meninggal setelah pemungutan suara dan saat ini ada 26 petugas pemungutan suara yang masih dirawat di rumah sakit. ”Ada yang hari ini keguguran karena faktor kelelahan,” ujarnya.
Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal Eko Margiono meminta seluruh pihak untuk menghentikan provokasi, menghentikan adu domba.
Diharapkan kesejukan dari Balai Kota DKI Jakarta ini sungguh-sungguh menjadi komitmen para elite politik dan dibawa hingga ke akar rumput. Betapa sia-sia sebuah demokrasi yang telah dibayar dengan nyawa, digerus hingga luntur hanya oleh kebencian yang terus dikipasi.