Indonesia merupakan tempat menarik untuk berinvestasi bagi banyak perusahaan ”private equity”. Meskipun demikian, masih banyak hal yang harus diperbaiki untuk tetap menjaga ketertarikan para investor.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI/ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia merupakan tempat menarik untuk berinvestasi bagi banyak perusahaan private equity. Meskipun demikian, masih banyak hal yang harus diperbaiki untuk tetap menjaga ketertarikan para investor. Salah satunya adalah kepastian kelanjutan program-program yang telah dijalankan.
Perusahaan private equity merupakan perusahaan yang mengumpulkan investasi dari para investor terbatas yang sudah memiliki pengetahuan tentang investasi dengan sangat baik. Mereka melakukan investasi pada instrumen yang tidak diperjualbelikan kepada investor umum atau publik, misalnya berinvestasi pada sebuah proyek atau perusahaan. Biasanya investasi ini bersifat jangka panjang, bahkan hingga puluhan tahun.
”Dengan pertumbuhan stabil, inflasi stabil, Indonesia menjadi tempat menarik untuk berinvestasi,” ujar Direktur dan Ekonom Bank DBS Taimur Baiq pada acara seminar mengenai private equity di Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Beberapa wakil dari perusahaan private equity yang hadir dalam diskusi tersebut mengatakan, memang Indonesia merupakan tempat menarik untuk berinvestasi. Mereka juga mencermati perkembangan politik di Indonesia, termasuk pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif yang baru selesai.
”Kami sudah beroperasi di Asia lama sekali. Pemilihan umum merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan. Kunci penting buat Jokowi (Joko Widodo), kalau menang, adalah kebijakan yang berkesinambungan. Orang tidak negatif terhadap pemerintah baru, tetapi yang penting adalah kesinambungan proyek-proyek yang sudah ada. Jokowi membuka lebih banyak sektor untuk dimasuki oleh swasta dan lebih transparan. Dia juga melawan korupsi, itu semua positif untuk investor asing,” kata Edwin Fua dari Navis Capital Partners, perusahaan private equity dari Malaysia yang berinvestasi di Indonesia dan Filipina.
Salah satu hambatan yang dirasakan oleh perusahaan private equity yang akan berinvestasi di Indonesia adalah sebagian besar perusahaan milik keluarga. Membeli sebagian kecil atau sebagian besar perusahaan merupakan isu yang sangat sensitif.
”Industri private equity masih kecil dan baru di Indonesia. Harus dipahami bahwa bisnis di Indonesia merupakan milik keluarga. Jika ada orang asing yang datang dan bicara mau beli perusahaan, itu sangat sensitif. Jangankan orang asing, untuk bicara soal itu di antara mereka saja sudah sensitif. Jadi, penting untuk mendapatkan kepercayaan dulu dan kita datang dengan niat baik. Ketika sudah didapatkan, proses uji kelayakan akan dapat dilakukan. Itu pengalaman saya,” kata Arnold Castilon, Direktur Eksekutif TAEL Partners, yang mengurusi investasi di Indonesia.
Soal ekstremisme juga menjadi sorotan para investor tersebut. ”Tentu hal seperti itu menjadi pertimbangan kami juga. Kami melihat kadang ada pertentangan antara agama dan pembangunan ekonomi. Bagi para investor, sangat penting mengetahui apa dampaknya terhadap perekonomian,” ujar Wai Leng Leong, Direktur Pelaksana CDPQ, private equity dari Kanada.
Berinvestasi di Indonesia juga menghadapi risiko fluktuasi nilai tukar. Menurut para wakil dari perusahaan-perusahaan tersebut, lindung nilai merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko tersebut.