Satu dari Sembilan Pelaku Bom Bunuh Diri adalah Seorang Perempuan
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
COLOMBO, RABU — Wakil Menteri Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardene mengungkapkan kepada wartawan, Rabu (24/4/2019), bahwa satu dari sembilan pelaku bom bunuh diri pada hari Paskah di Sri Lanka adalah seorang perempuan. Menurut data terbaru, korban tewas akibat serangan bom di beberapa gereja dan hotel di negara itu berjumlah sedikitnya 359 orang. Ini menjadikan insiden tersebut sebagai serangan paling mematikan dalam sejarah di Asia selatan.
Sri Lanka telah berkali-kali mendapat peringatan soal pengeboman di Colombo dan sekitarnya pada hari Minggu (21/4/2019) itu. Meskipun demikian, serangkaian pengeboman itu tetap tidak bisa dicegah.
Sumber di Kementerian Pertahanan Sri Lanka membenarkan, ada peringatan dari India pada Minggu pagi, sekitar dua jam sebelum bom pertama meledak. Pada Sabtu (20/4/2019) malam, India juga mengirimkan peringatan serupa. Sebelum itu, intelijen India mengirimkan petunjuk senada kepada mitra mereka di Sri Lanka pada 4 April 2019.
India memperingatkan bahwa kelompok National Thowheeth Jama’ath (NTJ) menyiapkan serangan di sejumlah lokasi di Sri Lanka. Meski mempunyai beberapa jejak kekerasan, kelompok puritan itu tidak terlalu dikenal di Sri Lanka. Kelompok itu, antara lain, diduga terlibat dalam perusakan patung Buddha di Sri Lanka pada Desember 2018.
Selain kepada lembaga intelijen di Colombo, New Delhi juga mengirimkan informasi soal peringatan rencana serangan itu kepada kepolisian Sri Lanka, beberapa pekan sebelum serangan. Meski ada beberapa kali peringatan, serangan tetap terjadi pada Minggu pagi.
Di Colombo dan sekitarnya, tiga gereja yang padat oleh jemaat misa Paskah dan tiga hotel yang dipenuhi tamu menjadi sasaran. Pada Minggu siang, satu hotel dan satu rumah di pusat Colombo menyusul menjadi lokasi ledakan berikutnya.
Wijewardene menyatakan, pihaknya tidak mendapat informasi soal petunjuk-petunjuk intelijen dari India. Menteri Kesehatan Sri Lanka Rajitha Senaratne mengatakan, informasi intelijen itu tidak diterima Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dan sejumlah menteri utama di Sri Lanka.
Tidak ada kejelasan mengapa PM tidak menerima informasi sepenting itu. Sejumlah pihak menduga, perselisihan politik pada Oktober 2018 antara Wickremesinghe dan Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena berperan menjadi salah satu penyebab kegagalan mencegah serangan. Beberapa bulan lalu, Sirisena berusaha memecat Wickremesinghe. Upaya itu ditolak parlemen dan pengadilan sehingga Wickremesinghe tetap menjabat.
Namun, Sirisena melarang Wickremesinghe ikut rapat-rapat keamanan selepas perselisihan itu. Rapat keamanan pertama yang diikuti Wickremesinghe adalah rapat darurat pada Senin pagi selepas pengeboman.
Wirewardane mengatakan, NTJ diduga dibantu pihak dari luar Sri Lanka untuk melancarkan serangan itu. Penyerangan tersebut dinyatakan sebagai pembalasan atas penembakan di Selandia Baru. Dalam insiden pada 15 Maret 2019 itu, 50 anggota jemaah di dua masjid tewas dan puluhan lain terluka akibat tembakan membabi buta oleh teroris asal Australia.
PM Ardern membantah
PM Selandia Baru Jacinda Ardern membantah pernyataan itu. Ia memastikan Wellington akan menjadi pihak yang pertama kali tahu jika ada indikasi pembalasan atas aksi itu.
”Kami belum menerima informasi resmi atau laporan intelijen soal kekejaman di Sri Lanka. Sri Lanka masih di tahap awal penyelidikan. Jadi, kami menunggu mereka dan belum punya apa pun untuk mendukung apa yang sudah dinyatakan,” kata Ardern.
Sejumlah pihak pun meragukan kejadian di Sri Lanka terkait dengan Selandia Baru. Serangan serumit itu sulit direncanakan dalam waktu singkat. (REUTERS/SAM)