Rizayana Merawat Cinta Melawan Tuberkulosis
Sebagai kader penyuluh kesehatan, Rizayana (31) tak mau tinggal diam melihat banyaknya warga yang terduga menderita tuberkulosis. Tahun 2010, dia menjadi salah satu penggagas berdirinya Komunitas Peduli Tuberkulosis dan Kusta di Desa Teupin Raya, Kecamatan Nurussalam, Kabupaten Aceh Timur, Aceh.
Ada perasaan lucu jika Rizayana (31) mengingat saat pertama menjadi relawan tuberkulosis. Dia kerap mendatangi warga yang alami gejala tuberkulosis meminta dahaknya. Setelah berhasil membujuk, sambil menenteng botol berisi dahak dia pulang dengan bahagia.
Jangan anggap mudah meminta orang memberikan dahaknya untuk diperiksa ke laboratorium. Tidak jarang, orang yang didatangi Rizayana tidak mau bertemu, bahkan ada yang marah. “Mereka malu kalau nanti hasil periksa laboratorium positif TB (tuberkulosis),” ujar Rizayana, Minggu (21/4/2019).
Rizayana adalah relawan di Komunitas Peduli Tuberkulosis dan Kusta (KPTK) Desa Teupin Raya, Kecamatan Nurussalam, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Melalui komunitas itu dia bergerak untuk mengkampanye bahaya dan cara penanggulangan tuberkulosis, serta mendampingi penderita sampai sembuh. KPTK Teupan Raya dibentuk pada 2010 dan Rizayana salah seorang inisiator.
Saat pertama komunitas dibentuk, banyak orang mencemooh, “apa tidak ada kerja lain selain cari dahak orang, apa tidak takut tertular tuberkulosis”. Namun, semangatnya tidak kendur, dia berpikir jika tidak ada yang bergerak penderita tuberkulosis di desanya tidak tertolong.
Rizayana menemui satu per satu suspek diduga mengalami gejala tuberkulosis. Terkadang hanya untuk mendapatkan dahak suspek harus ditemui sampai lima kali. Itupun pertemuan dilakukan ditempat tertutup agar tidak ada warga yang melihat. Warga menjauhi orang yang ditemui Rizayana karena dianggap menginap penyakit menular. “Pernah ambil dahak suspek sembunyi-sembunyi di kebun pinang,” kata Rizayana tertawa.
Kala itu warga menganggap tuberkulosis itu penyakit kutukan yang memalukan. Jika ada anggota keluarga yang terkena tuberkulosis disembunyikan dari khalayak. Orang-orang akan menjauhinya karena takut tertular. Sementara bagi penderita, alih-alih diobati, justru diberlakukan tidak adil oleh keluarga sendiri, dia tidak boleh tinggal serumah.
Namun, setelah melihat banyak penderita tuberkulosis yang sembuh setelah didampingi oleh relawan, kesadaran warga mulai terbangun.
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberkulosis menyerang organ pernafasan dan paru-paru. Tanpa pengobatan yang disiplin dapat menyebabkan kematian bagi penderita. Tuberkolusis dapat menular melalui udara yang terinfeksi virus tersebut.
Kader
Awal mula keterlibatan Rizayana dalam gerakan peduli tuberkulosis ini dimulai dari pelatihan kader kesehatan desa. Tahun 2008, Riyazana baru saja menamatkan sekolah menengah atas. Sebenarnya dia ingin menjadi bidan, namun karena impitan ekonomi keluarga, cit-cita itu terpaksa dikuburkan.
Selama mengikuti pelatihan kader kesehatan desa, dia mendapatkan banyak pengetahuan tentang pola hidup sehat, ragam penyakit menular, dan cara pencegahan. Dari sana dia tahu, tuberkulosis penyakit yang mematikan. Dia bersama kader lain kerap memberikan penyuluhan kepada warga tentang pola hidup sehat. Setahun berjalan, kemudian kegiatan kader vakum.
Tahun 2009 dia menikah dan setahun kemudian melahirkan anak pertama. Menjadi ibu rumah tangga tidak lantas jiwa kerelawanannya luntur. Rizayana mendengar kabar ada Nurma (37) warga di desanya sakit parah. Dari kondisi dan gejala, Rizayana menduga Nurma terkena tuberkulosis.
Sebelumnya Nurma telah dibawa ke dokter bahkan ke dukun, namun tidak sembuh juga. Keluarganya sampai menyembelih ayam berbulu putih sebagai ritual menolak kutukan, namun penyakit itu kian ganas. Dokter ahli paru memvonis hidup Nurma tidak lama lagi. Dalam keadaan putus asa, Nurma tidak lagi berobat, dan terbaring layu tempat tidur.
Rizayana mengambil dahak Nurma untuk diperiksa di laboratorium puskesmas. Hasilnya Nurma positif menderita tuberkulosis. Rizayana mendampingi pengobatan Nurma sampai sembuh. Pada tahun 2013, Nurma dinyatakan sembuh total. “Saya sangat senang. Saya bergerak ikhlas, tidak dibayar,” kaya Rizayana.
Pada 2010, saat mendampingi pengobatan Nurma, dia mengajak kembali kader kesehatan desa untuk membentuk komunitas peduli tuberkulosis. Inisiatif kader desa mendapat dukungan dari sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM), Yayasan Sheep Indonesia. LSM itu memfasilitasi pembentukan dan melatih penguatan lembaga.
Rizayana ditunjuk sebagai sekretaris dan sampai kini masih menjabat. Rizayana merelakan rumahnya dijadikan sekretariat. Sebulan sekali anggota komunitas mengadakan pertemuan rutin membahas apa saja mengenai gerakan penanggulangan tuberkulosis.
Ubah paradigma
Saat ini anggota komunitas sebanyak 22 orang, semuanya perempuan, tersebar di empat desa. Kini, mereka menjadi tempat warga bertanya tentang penyakit menular itu. Jika dulu relawan dijauhi, kini mereka dicari. Saat merasa mengalami gejala tuberkulosis, warga menyerahkan dahak kepada relawan untuk di puskesmas. Relawan telah berhasil mengubah paradigma warga.
Selama sembilan tahun KPTK Teupin Raya telah mendampingi 42 penderita tuberkulosis, 39 orang di antaranya sembuh, 2 orang meninggal dunia, dan 1 orang masih dalam proses pengobatan.
Gerakan itu kemudian dapat dukungan dari perangkat desa. Pada 2018, dana desa Rp 1,8 juta dianggarkan untuk kegiatan pemberian makanan tambahan bagi penderita tuberkulosis. “Tahun 2019, mudah-mudahan kembali ada dukungan, agar semakin kegiatan yang bisa kami lakukan,” kata Rizayana.
Jumlah penderita tuberkulosis di Aceh fluktuatif. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, pada 2015 sebanyak 4.023 kasus, turun menjadi 3.410 kasus pada 2016, namun pada 2018 naik menjadi 8.471 kasus. Adapun jumlah penduduk Aceh 3,5 juta jiwa.
Melihat tingginya kasus tuberkulosis di Aceh, gerakan penanggulangan melibatkan warga perlu diperkuat. Gerakan yang dilakukan oleh Rizayana dan kawan-kawannya adalah contoh konkrit keberhasilan mengurangi penyebaran tuberkulosis.
BIODATA:
NAMA: RIZAYANA
TTL : Teupin Pukat, Kabupaten Aceh Timur 22 April 1989
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Aktifitas : Sekretaris Komunitas Peduli Tuberkulosis dan Kusta (KPTK) Desa Teupin Raya
Nama Suami : Juliadi
Pokerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Nama anak 1. M Arfakasyaz
2. M Mubarrak Aljunda