Pendekatan Berkarya Diperlukan untuk Menyembuhkan ODGJ
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Kementerian Kesehatan ingin mendorong penyembuhan orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ agar dilakukan dengan pendekatan berkarya. Dengan cara tersebut, ODGJ yang sedang disembuhkan punya karya yang membuat mereka lebih percaya diri. Kepercayaan diri ini penting mereka miliki sebagai bekal untuk hidup berdampingan dengan masyarakat.
Hal itu mengemuka dalam kunjungan Menteri Kesehatan Nila Faried Moeloek ke Rumah Berdaya untuk ODGJ di Denpasar, Bali, Rabu (24/4/2019). Pada kesempatan itu, ia mengapresiasi keberadaan Rumah Berdaya yang membuat ODGJ menjadi lebih aktif dalam berkarya.
Rumah Berdaya adalah wadah pembinaan ODGJ yang dibina oleh Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), organisasi seni Ketemu Project, berkolaborasi dengan sejumlah kedinasan dari tingkat provinsi. Nila berpendapat, keberadaan Rumah Berdaya patut dijadikan contoh bagi wadah serupa di wilayah-wilayah lain.
"Saya pikir ini adalah suatu terobosan. Bahwa koordinasi antara sejumlah pihak, dari komunitas serta dari dinas provinsi dapat membuat ODGJ menjadi lebih berdaya. Hal ini juga dapat menghilangkan stigma bahwa ODGJ tidak dapat bekerja seperti orang biasa," ujar Nila di sela-sela kunjungan, Rabu siang.
Rai Putra Wiguna, dokter kejiwaan yang mendirikan KPSI, mengatakan, Rumah Berdaya telah membantu sebanyak 57 ODGJ sejak didirikan pada 2017. Dalam kegiatan pemberdayaan, ODGJ dibagi ke dalam kelompok sosialisasi dan kelompok bekerja.
Dalam kelompok sosialisasi, ODGJ diarahkan untuk berinteraksi dengan penghuni Rumah Berdaya. Mereka diajari untuk berkenalan, mengobrol, atau sekadar bermain catur. Sementara itu, dalam kelompok bekerja, ODGJ dianggap sudah fasih bersosialisasi, dan membutuhkan pekerjaan untuk melanjutkan hidup.
Ia mengatakan, ODGJ alumni Rumah Berdaya kini bekerja di berbagai bidang. Ada yang mencuci motor, menjadi pembuat sablon, dan ada juga yang menjadi seniman.
"Sambil rutin mengonsumsi obat setiap hari, mereka kami ajari pelan-pelan untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Kemudian, setelah mereka cukup pandai, kami arahkan minat mereka untuk bekerja di bidang apa, intinya mereka bekerja sebagai wirausaha sosial," tutur Rai.
Rai mengatakan, ODGJ yang singgah di Rumah Berdaya sama sekali tidak dipungut biaya. Namun, ia mensyaratkan agar pihak keluarga dari ODGJ bersedia untuk mendukung kesembuhan dengan berbagai cara.
"Tidak perlu khawatir soal biaya karena semuanya gratis," ucapnya.
Cara tepat
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, Fidiansjah, menilai bahwa pendekatan berkarya adalah cara yang tepat untuk menyembuhkan ODGJ. Ada terapi yang timbul saat mereka berkegiatan, misalnya pada saat melukis.
"ODGJ secara tidak sadar akan melakukan grafoterapi atau terapi dengan menggerakkan tangan untuk melukis," kata Fidiansjah.
Nyoman (45), salah satu ODGJ di Rumah Berdaya, merasakan dampak dari aktivitas berkarya sebagai terapi. Ia yang gemar melukis saat di Rumah Berdaya, merasa seperti menuangkan seluruh kegelisahan di pikirannya.
Fidiansjah mengatakan, terapi semacam ini perlu dilanjutkan. Sebab, prevalensi kasus ODGJ di Bali saat ini cukup tinggi bila mengacu pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. Angka tersebut mencapai 11 kasus per mil. Artinya, dalam jarak satu mil, ada sedikitnya 11 ODGJ di Bali.
"Memang ada kenaikan prevalensi kasus di Bali. Dengan adanya pendekatan seperti yang dilakukan Rumah Berdaya, mudah-mudahan ODGJ yang berkategori berat dapat dikurangi," ucapnya.