Mulai tahun ini, Kota Pekanbaru akan menjadi embarkasi haji antara untuk melayani calon jemaah haji dari 12 kabupaten dan kota se-Provinsi Riau. Hal ini akan memudahkan calon jemaah haji dalam pemberangkatan ke Tanah Suci.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·4 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Kota Pekanbaru akan menjadi embarkasi haji antara untuk melayani jemaah calon haji dari 12 kabupaten dan kota se-Provinsi Riau mulai tahun ini. Hal ini akan memudahkan calon jemaah haji berangkat ke Tanah Suci.
Surat keputusan (SK) penetapan embarkasi itu diserahkan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Nizar Ali kepada Gubernur Riau Syamsuar di Gedung Daerah Riau, di Pekanbaru, Rabu (24/2/2019).
Sebelumnya, seluruh jemaah haji asal Riau memakai embarkasi Batam, Kepulauan Riau. Jemaah yang berangkat dari Riau mesti menginap di asrama Batam sebelum bertolak menuju Arab Saudi.
”Kami berterima kasih kepada pemerintah lewat Kementerian Agama yang sudah memberikan kepercayaan kepada Pemerintah Provinsi Riau menjadi embarkasi antara. Embarkasi ini akan meringankan beban jemaah haji Riau,” kata Syamsuar seusai menerima SK Embarkasi Antara dari Kementerian Agama.
Dia menambahkan, pada tahun ini menjadi uji coba buat Riau dan berharap semua petugas dapat bekerja maksimal agar pelayanan kepada jemaah sebagus pelayanan embarkasi Batam.
Pada kesempatan sama, Nizar berharap status embarkasi antara di Pekanbaru dapat memberikan manfaat dan kemudahan buat jemaah haji Riau. Ia meminta Pemerintah Provinsi Riau tidak berhenti di embarkasi antara, tetapi segera mempersiapkan embarkasi penuh.
”Ada dua syarat untuk embarkasi penuh. Bandara yang dapat dipakai untuk pendaratan pesawat berbadan besar dan memiliki asrama haji standar. Kalau Riau memiliki lahan minimal 10 hektar, dana pembangunan asrama dapat diajukan bantuan kepada Kementerian Agama. Kalau bandara dan asrama sudah tersedia, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak memberikan (status) embarkasi penuh,” ujar Nizar.
Semua perwakilan kabupaten dan kota sudah menyepakati perpindahan embarkasi ke Kota Pekanbaru.
Tentang embarkasi penuh, Syamsuar mengatakan belum memungkinkan direncanakan dalam waktu dekat. Riau belum memiliki bandara yang dapat menampung pesawat berbadan lebar dan belum memiliki asrama haji sesuai standar.
Asisten Tata Pemerintahan Pemerintah Provinsi Riau Ahmadsyah Harofie mengatakan, setelah SK penetapan embarkasi antara diperoleh, segenap instansi terkait di Riau langsung melakukan rapat koordinasi. Semua perwakilan kabupaten dan kota sudah menyepakati perpindahan embarkasi ke Kota Pekanbaru.
”Awalnya, ada permintaan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti agar jemaahnya tetap berangkat melalui Batam seperti biasa. Pertimbangannya, waktu tempuh dari Selat Panjang (ibu kota Kabupaten Meranti) lebih cepat ke Batam daripada ke Pekanbaru. Namun, hari ini Meranti menyatakan sepakat dengan embarkasi Pekanbaru,” kata Ahmadsyah.
Pada Rabu siang, Kompas datang dan melihat kondisi Asrama Haji Riau di Jalan Mekar Sari, Kelurahan Tangkerang Selatan, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Tempat yang berada persis di belakang Gedung DPRD Riau itu awalnya dibangun sebagai asrama atlet untuk Pekan Olahraga Nasional 2012.
Asrama Haji Riau memiliki tiga gedung besar dengan bangunan bertingkat lima dan tiga yang berdiri di areal sekitar 15.000 meter persegi. Ketiga gedung besar itu masing-masing diberi nama Musdalifah, Arafah, dan Mina. Terdapat satu bangunan kecil yang berada di sela-sela gedung Musdalifah dan Arafah yang berfungsi sebagai gedung kedatangan jemaah.
Menurut Ahmadysah, Asrama Haji Riau memiliki 150 kamar. Setiap kamar memiliki dua tempat tidur, satu kamar mandi, dan ruang makan kecil yang dapat ditempati oleh tiga orang. Dalam satu hari, asrama dapat menampung jemaah sebanyak 450 orang atau satu kelompok terbang.
Pada 2019, kata Ahmadsyah, jemaah calon haji Riau mencapai 5.060 orang. Jemaah terbesar berasal dari Kota Pekanbaru yang mencakup lebih dari 20 persen. Jumlah itu belum memperhitungkan rencana penambahan kuota 10.000 jemaah haji secara nasional pada tahun ini.
Berdasarkan pantauan Kompas, kondisi bangunan yang pernah dijadikan rumah susun sewa itu cukup bagus. Hanya saja, ukuran kamar tidur terbilang kecil, yaitu hanya sekitar 8 meter persegi. Setiap kamar memiliki kasur pegas ukuran tunggal yang memiliki kasur sorong di bagian bawah.
Setiap kamar juga dilengkapi penyejuk ruangan yang masih berfungsi. Hanya saja terdapat beberapa peralatan yang rusak di beberapa kamar mandi.
Ahmadsyah mengakui masih ada pekerjaan besar yang harus dilakukan selama dua bulan ke depan sebelum asrama menerima kedatangan calon jemaah. Pihaknya akan bekerja keras agar asrama itu dapat menjadi tempat yang nyaman bagi jemaah meskipun hanya untuk satu hari.
”Sebelum menerima jemaah, kami akan memperbaiki dan melengkapi peralatan asrama. Yang penting asrama dimanfaatkan dahulu. Yang jelas, ketika ditinjau oleh Kementerian Agama sebelum penetapan embarkasi, kondisi asrama dinyatakan sudah memenuhi kriteria minimal,” kata Ahmadsyah.