Kerukunan Antaragama Harus Terus Dijaga untuk Kemajuan Indonesia
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerukunan antarumat beragama harus terus dijalin di Indonesia agar dapat memberikan kenyamanan dalam hidup berbangsa dan bernegara di Tanah Air. Agama mesti menjadi sumber rahmat bagi sesama.
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie, dalam pidato pembukaan peringatan hari jadi ke-96 Majelis Tinggi Agama Khonghucu (Matakin), Rabu (24/4/2019) di Jakarta, mengatakan, unsur-unsur sifat kemanusiaan diajarkan di setiap agama.
”Masing-masing ajaran agama memiliki kemiripan sehingga tidak perlu ada pertentangan,” ujar Jimly.
Menurut dia, setiap umat beragama harus mampu menjaga nilai-nilai kualitas dan integritas sebagai manusia. Setiap agama memiliki banyak persamaan, terutama terkait nilai universal. Setiap agama sama-sama mengajarkan kepribadian dan iman. Perbedaannya hanya ada pada istilah dan bahasa sehingga setiap agama tidak perlu memaksakan kehendaknya.
Jimly mengatakan, kualitas umat beragama pada saat ini sedang merosot. Hal tersebut terlihat dari adanya kebencian seperti peristiwa peledakan bom di Sri Lanka dan penembakan di Christchurch, Selandia Baru.
Untuk mengatasi permasalahan ini, dibutuhkan peranan semua agama guna menjaga perilaku umatnya. Ia berharap, pejabat pemerintah juga selalu menjaga kualitas dan integritas warga. Semua agama perlu mendapat dukungan dari pemerintah agar mereka dapat menjalankan fungsinya secara efektif.
Hal tersebut sudah dimulai setelah masa Reformasi. Pemerintah telah membantu Matakin untuk kembali berjuang dan memberikan kenyamanan dalam beragama.
”Agama menjadi sumber rahmat bagi sesama,” kata Jimly. Hal serupa ada dalam ajaran Islam yang mengajarkan menjadi rahmat bagi semua alam dan tidak hanya manusia.
Ia melihat, perilaku manusia di Indonesia mulai melenceng dari ajaran agama. Hal tersebut terlihat dari banyaknya hewan punah dan alam pun seperti tidak bersahabat dengan manusia.
Jimly berharap, setiap umat beragama dapat menjadi rahmat bagi sesama. Karena itu, dialog antarumat beragama harus terus dilakukan.
Memajukan Indonesia
Ketua Umum Dewan Rohaniwan/Pengurus Pusat Matakin Budi S Tanuwibowo mengatakan, Khonghucu memiliki sejarah panjang di Indonesia. Bahkan, tokoh-tokoh Khonghucu ikut terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Karena kecintaan kepada Indonesia, Matakin ingin terus berkontribusi dan memiliki nilai untuk bangsa Indonesia. ”Kita ingin kehadiran kita memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia,” ujar Budi.
Ia menceritakan sejarah Matakin di Indonesia. Pada 17 Maret 1900, Tiong Hoa Hwee Kwan berdiri dan menjadi cikal bakal berdirinya Matakin. Tujuannya, ingin memurnikan kehidupan keagamaan umat dan menghapuskan sinkretisasi dalam pengajaran agama Khonghucu serta membangun lembaga pendidikan bagi anak-anak keturunan Tiong Hoa.
Tiong Hoa Hwee Kwan berkembang dan lebih cenderung hanya menggeluti masalah pendidikan umum. Karena itu, seksi keagamaan dalam tubuh Tiong Hoa Hwee Kwan berkembang dan memisahkan diri. Mereka mendirikan lembaga agama yang diberi nama Khong Kauw Hwee.
Pada 1923, diselenggarakan kongres pertama di Yogyakarta dan dibentuk Khong Kauw Tjong Hwee. Seiring dengan perkembangan dan beberapa kali berganti nama hingga pada 1967, diputuskan menggunakan nama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia sampai sekarang.
Sesuai dengan cita-cita untuk memajukan Indonesia, mereka memulai dari pembangunan pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ia ingin Indonesia sejajar dengan negara-negara maju.
Dalam acara tersebut, hadir pula CEO Djarum Foundation Victor R Hartono. Ia mengatakan, Indonesia harus sejajar dengan negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. ”Indonesia memiliki budaya dan banyak yang berpendidikan tinggi,” kata Victor.
Persoalannya ada pada perilaku sejumlah orang yang membuat Indonesia sulit maju. Ia berharap, dirinya dapat terus berkontribusi untuk kemajuan bangsa Indonesia, mulai dari peningkatan prestasi olahraga hingga peningkatan kualitas pendidikan dan kemajuan budaya.