Toyota C-HR Hybrid, Pembuktian untuk Indonesia
JAKARTA, KOMPAS — Jelang penyelenggaraan Telkomsel Indonesia International Motor Show 2019, Toyota semakin menunjukkan sejumlah pengembangan teknologi yang disematkan pada produksi otomotifnya. Di tengah rasa pesimistis terhadap kecepatan pergeseran teknologi mesin konvensional berbahan bakar yang berasal dari fosil menuju teknologi yang lebih ramah lingkungan, Toyota kini menghadirkan Toyota C-HR berteknologi hibrida.
Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) Yoshihiro Nakata dalam peluncuran Toyota C-HR 1.8L Hybrid di Jakarta, Senin (22/4/2019), mengatakan, ”Kami mempunyai teknologi yang sangat lengkap. Pengembangan mobil listrik di masa depan tidak bisa dihindari lagi secara global.”
Selain jajaran direksi TAM, jajaran direksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia juga menghadiri impresi perdana model sport utility vehicle (SUV) ini. Teknologi hibrida menjadi satu langkah teknologi otomotif bagi Indonesia yang selama ini masih menggantungkan pada teknologi mesin konvensional berbahan bakar bensin ataupun solar.
Jika dirunut perjalanan pengembangan teknologi otomotif yang dilakukan secara global, Toyota telah melakukan langkah-langkah terkait elektrifikasi. Tepat 10 tahun lalu, Toyota Prius diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia.
Pada tahun 2012, Toyota menambahkan Camry yang tercatat sebagai sedan hybrid (HEV) yang bahkan paling laris di Indonesia saat ini. Tiga tahun kemudian, hadir pula Toyota Alphard Hybrid sebagai model high MPV luxury.
Hingga saat ini, Toyota secara total sudah memasarkan 10 model, antara lain Toyota Prius, Camry Hybrid, Alphard Hybrid. Sementara untuk model mobil merek luxury-nya, yakni Lexus, sudah dipasarkan Lexus ES Series, GS Series, LC Series, LS Series, RX Series, dan UX Series.
Nakata mengatakan, selain melengkapi jajaran produk Toyota, kehadiran C-HR ini berdampak positif terhadap pengembangan pasar dan industri kendaraan listrik di sektor otomotif nasional, seperti direncanakan pemerintah.
Teknologi hibrida
Toyota C-HR Hybrid adalah kendaraan yang menggunakan teknologi dengan dua motor penggerak, yakni mesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) dan motor listrik. Kendaraan ini memberikan pilihan baru kepada penggemar kendaraan SUV berbasis crossover yang memiliki perhatian terhadap lingkungan.
C-HR menggunakan mesin 2ZR-FXE dengan tenaga 100 PS yang dikombinasi motor listrik dengan tenaga 36 PS. Sebagai kendaraan elektrifikasi ramah lingkungan, konsumsi bahan bakar C-HR diklaim lebih efisien 62 persen dibandingkan varian konvensional yang diluncurkan tahun lalu di Indonesia. Bahkan, emisi gas buang karbon dioksida diklaim jauh lebih rendah sekitar 60 persen.
Jika diperhatikan perbedaan model Toyota C-HR Hybrid dengan generasi sebelumnya, perubahan yang dilakukan terlihat pada desain velg, lampu utama, dan model lampu belakangnya. Tak lain, perubahan yang dipandang sebagai masukan dari konsumen itu membuat tampilannya lebih bergaya. Terlebih, ada pula warna terbaru hijau yang disebut hijau radian.
Nakata didampingi direksi TAM menunjukkan komitmen Toyota terhadap produk ramah lingkungan itu dengan mengangkat duta teknologi hibrida Rio Haryanto yang dikenal sebagai pebalap Formula Satu. Rio pun menjadi salah satu pengguna Toyota C-HR Hybrid.
Menurut Rio, orang membeli mobil selalu kembali ke soal harga. Hanya sebagian kecil konsumen di Indonesia yang membeli atas pertimbangan teknologi ramah lingkungan. Memang, membeli mobil berteknologi hibrida akan terasa mahal di depan atau sewaktu membelinya, tetapi sesungguhnya untuk penggunaan sehari-harinya, mobil hibrida jauh lebih efisien.
”Lebih ramah lingkungan, tetapi juga ramah di kantong karena pengguna pasti jarang sekali mengeluarkan uang untuk membeli bensin. Untuk kecepatan di bawah 40 kilometer per jam, tenaga yang dihasilkan berasal dari baterai. Belum menggunakan bensin sama sekali,” kata Rio.
Selanjutnya, kata Rio, ketika pengemudi hendak melakukan akselerasi lebih cepat, mesin konvensional baru aktif secara otomatis. Dari sisi tampilan, model SUV ini juga terlihat agresif.
Tak sabar menunggu dan menyaksikan dari dekat, peminat otomotif pun dapat secara langsung melihat dan merasakan keunggulan Toyota C-HR ini pada ajang Telkomsel Indonesia International Motor Show yang diselenggarakan di JIExpo, Kemayoran, 25 April hingga 5 Mei 2019.
Penjualan Toyota
Direktur Pemasaran TAM Anton Jimmi Suwandy mengatakan, penjualan Toyota secara total ditargetkan sekitar 360.000 unit. Jujur, jumlah penjualan ini masih sangat kecil dibandingkan target penjualan otomotif secara nasional yang mencapai 1,1 juta unit tahun ini.
”Kami yakin, dari tahun ke tahun, pertumbuhan penjualan akan semakin meningkat, apalagi mudah-mudahan bisa dibantu peraturan pemerintah yang akan memberikan insentif bagi pembeli mobil-mobil listrik,” kata Anton.
Menurut Anton, negara-negara lain saja, seperti Malaysia, Thailand, dan China, telah memberikan insentif. Hal itu akan turut mendorong pasar mobil listrik.
Terkait penjualan C-HR Hybrid, ia mengatakan, inden yang dibutuhkan berkisar 1-2 bulan, tergantung tipe dan warna yang diinginkan konsumen. Namun, Toyota sedang berupaya meminta alokasi jumlah yang lebih banyak lagi untuk memenuhi permintaan pasar. Toyota C-HR diproduksi secara utuh dari Thailand.
Permintaan hybrid di seluruh dunia diklaim sangat meningkat saat ini. Rebutan suplai pun harus dilakukan Toyota di Indonesia. Secara alokasi, TAM sudah mendapatkan 30-40 unit per bulan dari produsen C-HR di Thailand.
Pasca-peluncuran pada April 2018, penjualan C-HR 1.8 L bermesin konvensional rata-rata 30 unit per bulan. Hingga kini, penjualan C-HR bensin sudah mencapai sekitar 300 unit. TAM meyakini, penjualan C-HR akan meningkat dengan kehadiran model C-HR Hybrid. Karena itu, penjualan kedua model itu ditingkatkan menjadi 40-50 unit per bulan.
Perubahan mesin membuat harga Toyota C-HR Hybrid dibanderol seharga Rp 523 juta (untuk on the road Jabodetabek). Harga jualnya hanya berbeda sekitar Rp 30 juta dibandingkan C-HR bermesin bensin.
Program LCEV (low carbon emission vehicle) yang tengah dipersiapkan pemerintah diharapkan mampu mendorong pengembangan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan elektrifikasi di Indonesia, baik yang berbasis teknologi hybrid electric vehicle (HEV), plug-in electric vehicle (PHEV), battery electric vehicle (BEV), maupun fuel cell electric vehicle (FCEV).
Seperti diketahui, saat ini pemerintah tengah menggodok berbagai aturan untuk mengimplementasikan program LCEV. Pemerintah, di antaranya, akan memberlakukan pajak karbon (carbon tax) melalui mekanisme insentif dan dis-insentif tarif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPNBM) berdasarkan emisi CO2 kendaraan. Semakin rendah emisi karbon dioksida, tarif PPNBM yang dikenakan juga semakin rendah.