DOHA, SENIN – Tim estafet 4x100 meter putra Indonesia gagal memberikan prestasi terbaik di Kejuaraan Asia Atletik 2019, Doha, Qatar. Mereka hanya berada di peringkat keempat dari lima tim dengan waktu 39,96 detik pada heat 2 babak penyisihan sehingga gagal melanju ke final. Kegagalan itu tak lepas dari masih kurang mulusnya perpindahan tongkat antar pelari.
Dalam tayangan video yang Kompas terima pada Senin (22/4/2019), berlomba di jalur enam, Mochammad Bisma Diwa yang menjadi pelari pertama tampak terlalu rapat ketika akan memberikan tongkat ke Eko Rimbawan yang menjadi pelari kedua. Ketika Bisma akan tiba, Eko terlihat terlambat keluar. Hal itu membuat Bisma yang mau memberikan tongkat seperti akan menabrak Eko.
Setelah itu, Eko tampak terlambat memberikan tongkat ke Joko Kuncoro Adi selaku pelari ketiga. Hal itu membuat Joko terlalu lama menjulurkan tangannya ke belakang. Praktis hanya perpindahan tongkat dari Joko ke Bayu Kertanegara selaku pelari terakhir yang mulus.
Namun, karena perpindahan tongkat dari pelari pertama ke kedua dan dari kedua ke ketiga kurang mulus, kecepatan total tim Indonesia pun tidak mampu menyaingi tiga tim di atasnya. Tiga tim terbaik di babak itu dan berhak ke final, yakni China dengan waktu 39,06 detik, Taiwan 39,33 detik, dan Filipina 39,57 detik.
”Memang perpindahan tongkat antar pelari masih belum mulus. Namun, hasil yang didapat tim kali ini sudah cukup baik. Mereka bisa mencatat waktu lebih baik dibanding saat menjadi juara di Singapura Terbuka 2019 lalu, yakni dengan waktu 40,26. Kami yakni mereka masih bisa lebih baik ke depannya,” ujar pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini dihubungi dari Jakarta, Senin.
Formasi yang digunakan tim estafet di Kejuaraan Asia Atletik 2019 ini sama dengan formasi saat tampil di Singapura Terbuka 2019. Itu adalah formasi cadangan jika pelari andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri belum bisa bergabung dengan tim.
Di Kejuaraan Asia Atletik kali ini, Zohri memang belum bisa bergabung dengan tim di babak penyisihan. Sebab, pada waktu tak jauh berbeda, Zohri pun harus tampil di semi final 100 meter putra. ”Jadwal sangat padat untuk Zohri. Dia tidak mungkin bermain di semua nomor jadi harus pilih salah satu,” kata Eni.
Pada babak penyisihan, Minggu (21/4), Zohri menjadi yang tercepat dengan waktu 10,26 detik pada heat 2. Sedangkan sprinter Indonesia lainnya, Adi Ramli justru tercecer di urutan buncit dengan waktu 10,89 detik pada heat 4.
Formasi cadangan
Formasi cadangan itu sudah dilatih beberapa bulan terakhir. Pada latihan sepekan ini atau sebelum berangkat ke Doha, catatan waktu terbaik tim dengan formasi itu masih sekitar 40,65 detik hingga 40,28 detik. Dalam latihan terlihat, perpindahan tongkat yang kurang mulus memang menjadi kelemahan utama tim.
Salah satu sebabnya, tim memang mengalami perombakan setelah pelari paling senior Fadlin pensiun pasca mengantarkan tim meraih perak di Asian Games 2018. Sejumlah pelari baru dalam tim, seperti Mochammad Bisma Diwa, Joko Kuncoro Adi, dan Adi Ramli Sidiq belum bisa benar-benar menyatu dengan tim layaknya Fadlin.
Di sisi lain, kecepatan individu para pelari baru juga belum ideal. Tim pelatih berharap setiap pelari bisa berlari dengan waktu sekitar 10,40 detik. Sejauh ini, hanya dua pelari yang sudah ideal, yakni Lalu Muhammad Zohri dengan waktu terbaik 10,18 detik dan Bayu Kertanegara dengan waktu terbaik 10,48 detik.
Tiga pelari lain masih jauh dari 10,40 detik. Kendati tergolong pelari lama di tim, Eko Rimbawan catatan waktu terbaiknya masih 10,51 detik. Adapun para pelari baru lebih jauh lagi, yakni Mochammad Bisma Diwa waktu terbaiknya 10,70 detik, Adi Ramli Sidiq waktu terbaiknya 10,71 detik, dan Joko Kuncoro Adi waktu terbaiknya 10,76 detik.
Eko di sela latihan menyampaikan, dirinya optimistis tim baru ini akan terus berkembang dan bisa segera menyamai rekor tim lama, yakni mencapai waktu 38,77 detik kala meraih perak Asian Games 2018. ”Tim saat ini diisi banyak pelari muda potensial yang bisa terus berkembang. Tim ini juga sangat kompak karena usia para pelari tidak jauh berbeda satu sama lain,” tutur Eko yang sudah bergabung dengan tim estafet sejak 2017.
Tim estafet Indonesia memang harus segera berbenah diri, terutama untuk menghadapi SEA Games 2019 Filipina. Setidaknya, di Kejuaraan Asia Atletik terlihat bahwa Indonesia akan menghadapi sejumlah lawan berat. Selain tim Thailand yang meraih emas dengan waktu 38,90 detik pada SEA Games 2017 Malaysia, tim Filipina pun terus berbenah diri.
Pada final SEA Games 2017, catatan waktu tim Filipina mencapai 39,11 detik. Di Kejuaraan Asia Atletik, mereka cenderung bisa konsisten dengan waktu 39,57 detik. ”Waktu masih cukup panjang, kami yakin tim bisa lebih baik. Apalagi Zohri juga belum bergabung dengan tim. Zohri adalah pemukul yang bisa sangat mempengaruhi catatan waktu tim,” tegas Eni.