New Delhi, Selasa-India memasuki tahap ketiga sekaligus terbesar pemilu, Selasa (23/4/2019). Hingga 188 juta suara pemilih dan 117 kursi parlemen diperebutkan dalam tahap ketiga ini.
Pemilu India memperebutkan total 543 kursi parlemen, Lok Sabha, dan hingga 900 juta suara pemilih. Pemilu digelar tujuh tahap sejak 11 April 2019 sampai 19 Mei 2019. Penghitungan suara harus selesai pada 23 Mei 2019.
Pada tahap pertama, 11 April 2019, pemilu digelar di 20 negara bagian dan wilayah yang dikontrol pemerintah federal. Suara 142 juta pemilih untuk menentukan pemenang 91 kursi parlemen diperebutkan dalam tahap pertama. Sementara pada tahap kedua, 18 April 2019, suara 155 juta pemilih yang menentukan peraih 95 kursi Lok Sabha diperebutkan di 12 negara bagian dan wilayah yang dikontrol pemerintah federal.
Ada pun tahap ketiga digelar di 15 negara bagian dan wilayah yang dikontrol pemerintah federal. Selain terbesar, tahap ketiga juga penting karena akan menentukan nasib pemimpin oposisi, Rahul Gandhi. Pimpinan Partai Kongres itu memperebutkan kursi di Kerala. Sementara Perdana Menteri India Narendra Modi memberi suara di Gujarat. "Ini titik penentuan," kata peneliti Pusat Kajian Kebijakan, Rahul Verma.
Setelah tahap ketiga selesai, total 303 dari 543 kursi Lok Sabha dan 485 juta dari 900 juta pemilih selesai diperebutkan. Hasilnya belum diketahui. Sebab, penghitungan resmi akan diumumkan pada 23 Mei 2019.
Lok Sabha berisi total 545 kursi. Akan tetapi, hanya 543 kursi diperebutkan di pemilu. Sementara dua kursi lagi dialokasikan untuk komunitas Anglo-India.
Sejauh ini, Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa terus mendorong isu keamanan untuk menanggapi tudingan oposisi atas ketidakbecusan BJP mengurus perekonomian dan gagal menciptakan lapangan kerja. "Saya kira penciptaan lapangan kerja, pembangunan berkelanjutan, dan keserasian masyarakat harus menjadi prioritas utama pemerintah selanjutnya," kata salah satu pemilih di Kerala, Ubaidullah Mohyideen (26).
Modi memanfaatkan insiden pemboman di Sri Lanka untuk kembali mengingatkan upaya pemerintahannya menjaga keamanaan. Ia mengklaim keamanan India membaik sejak ia menjabat. "Teman, ingatlah situasi India sebelum pemilu 2014. Bukankah (saat itu) bom terjadi di berbagai penjuru negeri setiap hari?" ujarnya.
"Peledak adalah terorisme, dan identitas pemilih adalah senjata demokrasi. Saya percaya identitas pemilih lebih kuat dari peledak," kata dia.
"Saya pikir BJP akan mengandalkan keamanan nasional sebagai (materi) kampanye. Pada dasarnya jika mereka akan membahas apa pun, mereka akan kesulitan. Seperti isu ekonomi atau kinerja pemerintah," kata Verma. (REUTERS)