Kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya membakar logistik pemilu di Distrik Meborok, Kabupaten Nduga, Papua, pada 18 April lalu.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya membakar logistik pemilu di Distrik Meborok, Kabupaten Nduga, Papua, pada 18 April lalu. Badan Pengawas Pemilu Papua telah merekomendasikan pemungutan suara ulang di distrik itu pada Selasa (23/4/2019) ini.
Koordinator Divisi Pengawasan Bawaslu Papua Niko Tunjanan, ketika dikonfirmasi di Jayapura, membenarkan adanya insiden tersebut. Logistik yang dibakar berupa surat suara, C1 plano, C1 KWK, dan C1 KPU.
"Kami baru mendapatkan informasi ini jajaran Bawaslu Nduga pada Selasa pagi. Semua logistik pemilu untuk distrik (setingkat kecamatan) tersebut tak bisa diselamatkan," ungkap Niko.
Ia menuturkan, Bawaslu Papua telah menginstruksikan kepada jajaran Bawaslu Nduga untuk berkoordinasi dalam pelaksanaan pemungutan suara ulang (PSU) di Meborok. "Kami mengeluarkan rekomendasi PSU karena adanya gangguan keamanan serta tak ada dokumentasi pencatatan hasil pemungutan suara sebelumnya di distrik tersebut," tutur Niko.
Sekretaris KPU Kabupaten Nduga Brihel Simanjuntak, ketika dihubungi, mengakui adanya pembakaran logistik pemilu di Meborok. Total terdapat sebanyak 20 tempat pemungutan suara (TPS) di distrik tersebut.
Kelompok tersebut mengancam anggota Panitia Pemilihan Distrik Meborok dengan senjata. Mereka kemudian membuka pintu kantor Distrik Meborok dan mengambil logistik pemilu sekitar pukul 05.00 WIT. "Kami baru mengetahui kejadian ini tiga hari kemudian. Mereka takut untuk menyampaikan masalah ini karena keluarganya terancam oleh kelompok tersebut," ungkap Brihel.
Ia pun berharap pihak KPU Nduga hanya melaksanakan penghitungan ulang dan bukannya PSU di Meborok. Dia menilai situasi keamanan di Meborok tidak memungkinkan untuk digelar PSU.
Brihel menambahkan, tak ada aparat kepolisian yang mengamankan logistik pemilu di Distrik Meborok. Hanya Panitia Pemilihan Distrik yang bertugas menjaga logistik dari 20 TPS ini.
Tempat itu merupakan markas kelompok Egianus Kogoya. Karena itu, kami sempat merekomendasikan agar pelaksanaan pemilu difokuskan di Kenyam, ibu kota Nduga.
Kepala Kepolisian Resor Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Tony Ananda mengatakan, menurut rencana, pelaksanaan penghitungan ulang untuk hasil pemungutan suara di Meborok dipindahkan ke tempat yang aman. "Tempat itu merupakan markas kelompok Egianus Kogoya. Karena itu, kami sempat merekomendasikan agar pelaksanaan pemilu difokuskan di Kenyam, ibu kota Nduga. Namun, pihak KPU tetap menggelar pemilu di sana," tutur Tony.
Juru bicara Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambon menyatakan, pihaknya akan berupaya menghentikan pelaksanaan pemilu presiden dan legislatif di sejumlah kabupaten. "OPM menolak segala program pemerintah," kata Sebby.
Aksi kelompok kriminal bersenjata dalam mengganggu proses pemilu sebelumnya juga dilakukan kelompok Egianus saat Pemilihan Gubernur Papua 2018. Kala itu, kelompok tersebut menembak pesawat jenis Twin Otter milik maskapai Trigana Air di Bandara Kenyam, Nduga. Pesawat itu mengangkut 17 polisi yang bertugas mengamankan Pilgub Papua. Akibatnya, pilot Ahmad Kamil mengalami luka karena terkena peluru di punggung bagian kanan.
Pada waktu yang sama, kelompok itu juga menembak dan membacok warga yang bermukim di sekitar area Bandara Kenyam. Tiga warga tewas di tempat dan dua warga lainnya luka-luka. Insiden tersebut menyebabkan pelaksanaan Pilgub Papua di Nduga pada 27 Juni 2018 tertunda. Dengan pengawalan ketat TNI dan Polri, pemungutan suara susulan baru dapat dilakukan sehari kemudian.