JAKARTA, KOMPAS — Bandara internasional Yogyakarta di Kulon Progo, DI Yogyakarta, mulai melayani penerbangan internasional pada 29 April 2019. Adapun untuk penerbangan domestik diharapkan bisa dimulai pada Oktober 2019.
Bandara itu dikelola perusahaan BUMN, PT Angkasa Pura I (Persero). ”Penerbangan internasional di Bandara Adisutjipto direncanakan mulai dialihkan ke bandara di Kulon Progo pada 29 April,” kata Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Selama ini, lanjut Faik, Bandara Adisutjipto melayani maskapai Silk Air dan AirAsia untuk penerbangan internasional. Nantinya diharapkan semakin banyak maskapai internasional yang memanfaatkan bandara internasional Yogyakarta di Kulon Progo, termasuk pesawat-pesawat yang disewa khusus dari luar negeri.
Peralihan penerbangan internasional dari Bandara Adisutjiipto ke bandara di Kulon Progo bisa dimanfaatkan Bandara Adisutjipto dengan menambah kapasitas penerbangan domestik. Misalnya, pada masa libur hari raya Idul Fitri pada Juni 2019.
Lebih lanjut Faik menuturkan, penerbangan domestik di Adisutjipto diharapkan beralih ke bandara di Kulon Progo paling lambat sebelum akhir 2019, setidaknya pada Oktober 2019.
Bandara internasional Yogyakarta di Kulon Progo memiliki landas pacu sepanjang 3.250 meter. Adapun area terminal seluas 210.000 meter persegi. Dari luas itu, sekitar 12.900 meter persegi di antaranya sudah dibangun, terutama untuk penerbangan internasional.
Persiapan pengoperasian penerbangan internasional di bandara itu, menurut Faik, sudah hampir 100 persen.
Pada 20-26 April 2019, Angkasa Pura I sudah melakukan sejumlah simulasi operasionalisasi bandara. Rangkaian simulasi dimulai dengan simulasi keamanan bandara oleh Komite Keamanan Bandara, operasionalisasi lapangan, dan gabungan pengoperasian bandara bersama seluruh pemangku kepentingan.
Dampak
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengungkapkan, pengoperasian bandara internasional Yogyakarta di Kulon Progo akan berdampak terhadap sektor pariwisata di wilayah sekitarnya, termasuk Yogyakarta dan Semarang.
”Nantinya, dengan landas pacu yang panjang, maskapai penerbangan di Asia dan Eropa diharapkan bisa langsung mendarat di Yogyakarta,” ujarnya.
Bandara baru itu juga diyakini dapat meningkatkan mobilitas orang, terutama investor, yang ingin mengembangkan industri di Jawa Tengah bagian selatan, seperti di Purworejo.
Menurut Faik, investasi bandara mencapai Rp 10,9 triliun yang terdiri dari pembebasan lahan Rp 4,2 triliun dan pembangunan konstruksi Rp 6,7 triliun. (FER)