Korban Tewas Meningkat Menjadi 207 Orang dan 7 Orang Ditangkap
Oleh
Aguido Adri
·4 menit baca
COLOMBO, MINGGU — Pejabat Pemerintah Sri Lanka mengatakan, jumlah korban tewas dalam delapan ledakan bom yang terjadi di Colombo, Sri Lanka, Minggu (21/4/2019), meningkat menjadi 207 orang. Tujuh tersangka pengeboman tiga gereja, tiga hotel, dan sebuah wisma telah ditangkap. Ini merupakan kekerasan terburuk yang melanda negara Asia Selatan ini sejak perang saudara berakhir sepuluh tahun lalu.
”Secara keseluruhan, kami memiliki informasi terdapat 207 jenazah di seluruh rumah sakit dan 450 orang yang terluka yang dirawat di rumah sakit,” kata Ruwan Gunasekera, juru bicara kepolisian Sri Lanka, Minggu Malam.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Sri Lanka mengatakan, setidaknya 27 orang warga negara asing tewas. Selain itu, dua polisi tewas saat operasi penangkapan tersangka dari sebuah tempat persembunyian di Dematagoda, daerah di luar Colombo, tempat ledakan ke-8 terjadi.
Tiga ledakan bom terjadi dalam waktu yang berdekatan di Gereja St Sebastian, Gereja Zion, dan Gereja St Anthony, saat jemaat sedang berkumpul untuk merayakan Paskah. Tiga ledakan lainnya juga terjadi di Hotel Cinnamon Grand, Hotel Shangri-La, dan Hotel Kingsbury yang banyak dikunjungi wisatawan asing.
Beberapa jam sesudahnya, terjadi lagi ledakan di penginapan Tropical Inn dan di sebuah rumah yang diduga merupakan tempat persembunyian para pelaku. Ledakan di tempat persembunyian itu diperkirakan menewaskan dua polisi.
Menteri Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardena mengatakan, ada tujuh tersangka yang ditangkap terkait pengeboman dan teror bom Minggu Paskah. Untuk mengejar para pelaku, pemerintah menyatakan jam malam dan memblokir akses ke sebagian besar media sosial utama dan situs pengiriman pesan.
Saat diberlakukan jam malam, polisi melakukan operasi pencarian di pinggiran Colombo. Saat polisi melakukan pemeriksaan di Dematagoda, tersangka yang berada di tempat persembunyian meledakkan bahan peledak untuk mencegah penangkapan.
Ruwan Wijewardena menggambarkan serangan itu sebagai insiden teroris dan menuduh para ekstremis agama sebagai pelakunya. Sementara Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan, dia khawatir kekerasan yang terjadi dapat memicu ketidakstabilan di negara ini dan memengaruhi perekonomian negara.
Sebelumnya, Sri Lanka pernah didera pemberontakan kelompok Macan Tamil selama 26 tahun. Kelompok etnis minoritas Tamil itu mengupayakan kemerdekaan dari etnis mayoritas Buddha Sinhala di Sri Lanka. Setelah pemberontakan itu berakhir, kekerasan etnis dan agama masih terjadi secara sporadis.
Pertumpahan darah pada Minggu Paskah mengingatkan kembali pada hari-hari terburuk saat perang di masa lalu. Ketika itu, Macan Tamil dan pemberontak lainnya membuat ledakan di bank sentral Sri Lanka di pusat kota Colombo, di pusat perbelanjaan yang sibuk, di sebuah kuil Buddha yang penting, dan hotel-hotel yang dihuni turis asing.
PM Wickremesinghe mengatakan, pemerintahnya akan mengerahkan semua kekuatan yang diperlukan, termasuk menerjunkan tentara, untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Diberitakan sebelumnya, Gereja St Anthony yang terletak di Colombo, ibu kota Sri Lanka, menjadi salah satu lokasi ledakan. Seorang saksi mata, Alex Agieleson, yang berada di dekat gereja, mengatakan, ledakan itu membuat bangunan kuil di dekatnya bergetar dan mengakibatkan sejumlah orang terluka.
Dalam siaran televisi lokal ditunjukkan, restoran lantai dua di Hotel Shangri-La hancur dengan langit-langit dan jendela pecah. Kabel-kabel bergelantungan dan meja-meja terbalik di ruangan yang telah menghitam akibat ledakan.
Seorang polisi berada di hotel untuk memeriksa mayat-mayat yang ditemukan di restoran. Sementara di bagian luar terdapat sejumlah mayat yang telah ditutupi kain putih.
Ledakan lain dilaporkan terjadi di Gereja Santo Sebastian di Negombo, bagian utara Colombo. Ledakan itu telah merobek atap serta merobohkan pintu dan jendela gereja.
Sementara itu, Paus Fransiskus mengecam keras peristiwa pengeboman di Sri Lanka yang terjadi saat umat Nasrani sedang merayakan Minggu Paskah yang menandai kebangkitan Kristus setelah penyaliban. Momen Paskah justru dikotori pertumpahan darah dan kekerasan politik yang melanda banyak bagian dunia.
”Saya ingin mengungkapkan kedekatan cinta saya kepada komunitas Kristen dan korban lainnya yang menjadi target ketika mereka berkumpul dalam doa. Saya mempercayakan semua yang terbunuh secara tragis kepada Tuhan dan berdoa untuk yang terluka dan semua yang menderita sebagai dampak dari peristiwa dramatis ini,” kata Paus.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri juga menyampaikan duka cita mendalam kepada korban dan keluarga. Pemerintah juga mengecam keras aksi pengeboman pada pukul 09.00 waktu setempat.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Colombo terus memantau perkembangan situasi dan telah berkoordinasi dengan otoritas keamanan, rumah sakit, dan perhimpunan WNI setempat. Hingga saat ini tidak ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban dalam insiden tersebut. Terdapat sekitar 374 WNI di Sri Lanka, termasuk 140 WNI di Colombo, ibu kota Sri Lanka.
Pemerintah Indonesia meyakini, Pemerintah Sri Lanka dapat mengatasi situasi dengan baik dan bersedia memberikan bantuan yang diperlukan.
Pemerintah mengimbau agar WNI di Sri Lanka tetap waspada dan berhati-hati serta mengikuti arahan dari otoritas keamanan setempat. Bagi keluarga dan kerabat yang membutuhkan informasi lebih lanjut dan bantuan konsuler, dapat menghubungi hotline KBRI Colombo +94772773127