Demi Stabilitas Ekonomi, Situasi Kondusif Pasca Pilpres Harus Dijaga
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
Pemilu 2019 yang relatif berlangsung lancar dan kondusif membantu menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. Dampak pemilu damai dan dari hasil hitung cepat berbagai lembaga survei telah mendorong aliran dana asing kembali berbelanja portofolio di Indonesia.
Situasi kondusif itu layak dijaga bersama-sama karena masih ada sebagian kecil masyarakat yang memprovokasi masyarakat lainnya untuk tidak memercayai independensi Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara pemilu. Apabila ”kerikil” seperti itu dibiarkan, persepsi pasar yang tengah berada dalam euforia kelancaran pemilu serta tingginya tingkat partisipasi warga untuk menyalurkan hak suara bisa terganggu.
Euforia pelaku pasar tecermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat dibuka meroket lebih dari 2 persen hingga akhirnya ditutup menguat 0,4 persen atau 25,67 poin ke level 6.507,22. Sepanjang tahun berjalan, IHSG sudah menguat 5,05 persen.
IHSG pun menjadi satu-satunya indeks yang mencetak kenaikan tertinggi secara harian di kawasan Asia Tenggara. Bursa Thailand (SETI) hanya mampu menguat 0,11 persen, sementara bursa saham di Singapura, Malaysia, dan Vietnam justru ditutup di zona merah.
Sehari setelah perhelatan pesta demokrasi, data Bursa Efek Indonesia (BEI) memperlihatkan investor asing mencatatkan aksi beli bersih sebesar Rp 1,42 triliun selama perdagangan akhir pekan lalu, Kamis (18/4/2019). Adapun sepanjang tahun berjalan 2019, aksi beli investor asing tercatat sebesar Rp 15,22 triliun.
Padahal, sehari sebelum jalannya pemilu, terjadi aliran modal keluar asing sebesar Rp 559,81 miliar. Begitu pula perdagangan pada akhir pekan lalu, tercatat aksi jual bersih dari investor asing sebanyak Rp 1,04 triliun.
Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menuturkan, selama 2-3 tahun terakhir, banyak investor asing keluar karena takut terhadap ketidakstabilan politik di Indonesia.
Kembalinya aliran modal asing ke Indonesia pun menunjukkan respons positif dari investor asing dalam menilai kondisi politik di Indonesia, yang sesuai dengan ekspektasi mereka.
”Mengacu pada tahun-tahun pemilu sebelumnya, kondisi pasar, baik saham maupun obligasi, cenderung positif pasca-pemilihan umum,” ujarnya.
Selama 2017 dan 2018, data BEI menunjukkan terjadi aksi jual bersih masing-masing sebesar 3,6 miliar dollar AS dan 2,9 miliar dollar AS.
Situasi kondusif setelah perhelatan Pemilu 2019 patut dijaga. Pasalnya, para investor masih akan mencermati kondisi setelah pilpres. Misalnya, reaksi dari kubu yang belum dapat menerima dan masih menganggap dirinya menang setelah melihat hasil hitung cepat.
”Selama situasi ini bisa kondusif hingga akhir tahun, pasar modal menerima inflow sekitar 1 miliar dollar AS-2 miliar dollar AS sepanjang 2019,” ujar Alfred.
Setidaknya, lanjutnya, setengah dari aliran modal yang telah keluar sebelumnya bisa kembali masuk ke Tanah Air. Aliran masuk modal asing itu akan berlangsung selama setahun ke depan.
Cetak rekor
Direktur Utama PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana menilai, IHSG bakal mencetak rekor tertinggi pada 2019. Hal itu bisa terjadi meski risiko volatilitas tetap ada sebelum pengumuman resmi KPU terkait dengan pemenang Pemilu 2019.
Di pasar obligasi, Jemmy menilai, reli juga akan terjadi seiring dengan adanya kestabilan politik dan potensi Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga acuan yang saat ini berada di level 6 persen.
”Hingga akhir tahun nanti para investor asing bisa mencatatkan aksi beli berkisar Rp 20 triliun-Rp 30 triliun lebih di pasar saham,” ujarnya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga memperlihatkan apresiasi. Berdasarkan kurs nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Kamis lalu, nilai rupiah sempat menyentuh Rp 14.016 per dollar AS. Padahal, di awal April rupiah sempat berada di level Rp 14.237 per dollar AS.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai, proyeksi penguatan nilai tukar rupiah untuk terus berlanjut hingga akhir tahun ini masih terlalu dini. Pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi oleh aliran modal asing dan faktor eksternal berupa kecenderungan perlambatan ekonomi global.
”Investor masih akan menunggu respons masyarakat serta para peserta Pemilu 2019 terhadap pengumuman hasil pemilu,” ujarnya.
Di pasar surat utang negara (SUN), lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service memberikan kredit positif (Baa2 stabil) kepada Pemerintah Indonesia. Peringkat positif ini akan semakin meningkatkan ketertarikan investor menanamkan modal mereka ke pasar obligasi negara.