Rekreasi Keluarga Bisa Jadi Modal Penting bagi Anak
Selama proses tumbuh kembang anak, rekreasi bersama keluarga berperan penting. Dari pengalaman ini, anak mendapatkan stimulus berupa dorongan untuk beradaptasi secara sosial. Adaptasi ini menjadi modal penting bagi perkembangan anak ke depan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama proses tumbuh kembang anak, rekreasi bersama keluarga berperan penting. Dari pengalaman ini, anak mendapatkan stimulus berupa dorongan untuk beradaptasi secara sosial. Adaptasi ini menjadi modal penting bagi perkembangan anak ke depan.
Psikolog Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani, menyatakan, rekreasi keluarga membuka peluang bagi anak untuk pergi ke tempat-tempat baru. ”Dalam berekreasi ke tempat baru, anak-anak akan mendapatkan stimulus untuk menyesuaikan diri dan bersosialisasi,” ucapnya dalam acara bincang-bincang Zwitsaland di Jakarta, Sabtu (20/4/2019).
Nadya berpendapat, berekreasi ke tempat baru sebenarnya merupakan tantangan bagi anak karena adanya perubahan dari kondisi yang bersifat rutin. Ketika pergi ke tempat baru, anak-anak berkesempatan untuk mengenal budaya baru, orang-orang baru, dan makanan baru. Karena itu, dengan didampingi keluarga, anak-anak dapat beradaptasi dalam mengalami hal-hal baru selama rekreasi.
Selain meningkatkan kemampuan anak dalam beradaptasi dan bersosialisasi, Nadya mengatakan, rekreasi dapat menguatkan ikatan antar-anggota keluarga. Selama rekreasi, mayoritas waktu dihabiskan bersama keluarga dibandingkan rutinitas.
Kedua manfaat rekreasi keluarga itu dirasakan artis Sabai Dieter Morscheck (30). ”Rekreasi membuat saya semakin mengenal anak,” ucapnya dalam kesempatan yang sama.
Berdasarkan riset GlobalData yang dipublikasikan pada Oktober 2018, jumlah perjalanan rekreasi keluarga ke luar negeri meningkat rata-rata 4,6 persen per tahun sejak 2017. Pada 2022, jumlahnya dapat mencapai 376 juta perjalanan keluarga.
Selain itu, GlobalData juga menemukan, ada pergeseran pola rekreasi keluarga. Saat ini, rekreasi keluarga lebih berorientasi pada menghabiskan waktu untuk memperkuat hubungan internal antarkeluarga.
Menurut Direktur Public Relations Traveloka Sufintri Rahayu, tren senada muncul di Indonesia. ”Sebelum tahun ini, konsumen cenderung berekreasi dengan memesan hotel dan pesawat saja. Kini, orientasinya menjadi pengalaman yang bisa dinikmati. Konsumen mencari atraksi dan aktivitas yang memberikan pengalaman. Definisi berlibur menjadi tak hanya soal pergi ke luar kota, tetapi juga keluar dari rumah. Hal ini juga terjadi dengan bentuk rekreasi keluarga,” tuturnya.
Rekreasi menyenangkan
Agar rekreasi keluarga menyenangkan, Nadya mengimbau orangtua perlu mempertimbangkan daya tahan anak terhadap durasi perjalanan. Anak-anak membutuhkan waktu untuk bergerak aktif atau bahkan berlarian, tidak hanya duduk diam selama perjalanan.
Karena rekreasi memberikan pengalaman baru bagi anak, lanjut Nadya, penting bagi orangtua untuk dapat menciptakan momen yang membuat anak merasa seperti di rumah. Misalnya, dengan membawa sabun dan sampo yang biasa digunakan di rumah karena anak sudah terbiasa mencium bau tersebut saat mandi.
Anak-anak juga dapat dilibatkan dalam menyusun rencana rekreasi bersama keluarga. Menurut Nadya, hal ini dapat membuat anak belajar untuk membagi waktu dan memikirkan waktu orang lain, dimulai dari keluarganya.