Empat ABK Tewas Saat Membersihkan Bungker Tongkang
mpat anak buah kapal BG Maju Lancar tewas saat membersihkan bungker kapal di Pelabuhan Tanjung Buton, Kabupaten Siak, Riau, Jumat (19/4/2019). Hingga Sabtu (20/4/2019) siang, polisi menduga kemungkinan besar penyebab kematian akibat keracunan setelah kehabisan oksigen.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Empat anak buah kapal BG Maju Lancar tewas saat membersihkan bungker kapal di Pelabuhan Tanjung Buton, Kabupaten Siak, Riau, Jumat (19/4/2019). Hingga Sabtu (20/4/2019) siang, polisi menduga penyebab kematian kemungkinan besar akibat keracunan setelah kehabisan oksigen.
Kepala Subbagian Kedokteran Kepolisian RS Bhayangkara, Pekanbaru, Komisaris Supriyanto dihubungi di Pekanbaru, Sabtu, mengatakan, keempat jenazah masih berada di RS Bhayangkara Pekanbaru untuk keperluan otopsi.
”Tim dokter masih melakukan otopsi terhadap jenazah. Kami belum dapat memberikan informasi terkait penyebab kematian. Namun, dari pemeriksaan sementara tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di bagian luar tubuh dan tidak ada penyakit yang menyebabkan kematian,” katanya.
Menurut Supriyanto, secara umum ada tiga penyebab utama kematian. Pertama, faktor kekerasan, penyakit penyerta, dan keracunan. Dengan tidak ditemukannya dua penyebab pertama kematian, besar kemungkinan kematian disebabkan faktor keracunan.
Secara terpisah, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Pekanbaru Amiruddin AS mengungkapkan, peristiwa naas yang menyebabkan kematian empat ABK berawal saat pekerjaan perbaikan dan pembersihan ruang bungker kapal BG Maju Lancar, Jumat pagi.
Kapal BG Maju Lancar adalah jenis kapal tongkang besi yang biasa membawa muatan pasir. Pada saat kejadian, muatan kapal sudah kosong.
Empat ABK, yaitu Muhammad Ishak (juru mudi), Indra Bayu (mualim II), Fahruddin (mualim I), dan Maulana Ansar (juru mudi), bekerja di bagian bawah kapal. Setelah bekerja beberapa saat, satu per satu korban terlihat lemas dan pingsan.
Peristiwa naas yang menyebabkan kematian empat ABK berawal saat pekerjaan perbaikan dan pembersihan ruang bungker kapal BG Maju Lancar.
”Kami mendapat informasi dari anggota Karantina Pelabuhan Sungai Apit tentang peristiwa itu pada Jumat siang. Kami langsung memberangkatkan tim penolong menuju lokasi untuk melakukan evakuasi,” kata Amiruddin.
Informasi yang dikumpulkan dari sejumlah awak kapal lain, menurut Amiruddin, para ABK lain sempat mencoba mengevakuasi para korban. Hanya Muhammad Ishak yang berhasil dikeluarkan dalam kondisi sudah meninggal dunia. Evakuasi awal kurang lancar karena posisi bungker yang berbentuk lorong dan memanjang menyulitkan penyelamatan. Akhirnya, tiga ABK lain yang terjebak baru dapat dievakuasi setelah dibantu anggota Basarnas.
Amiruddin menambahkan, sebelum diperbaiki, bungker kapal tersebut dalam perjalanan kerap kemasukan air. Selain hendak mencari sumber kebocoran, para ABK juga berupaya membersihkan ruangan. Namun, diduga saat membersihkan bungker, keempatnya tidak menggunakan peralatan standar keamanan, seperti tabung oksigen.
”Kemungkinan di dalam bungker terdapat gas beracun. Bungker yang panas dapat mengeluarkan gas karbon monoksida yang membahayakan manusia. Semestinya awak kapal memakai alat pelindung diri apabila melakukan pembersihan ruangan yang rawan,” kata Amiruddin.
Setelah proses evakuasi, semua korban dibawa ke RSUD Siak di Kota Siak yang berjarak sekitar 55 kilometer dari lokasi kejadian. Menurut Kepala RSUD Siak dr Benny Chairuddin, keempat jenazah hanya disemayamkan di ruang jenazah.
”Dokter kami hanya memeriksa bagian luar dan hasilnya tidak diperoleh tanda-tanda kekerasan di seluruh tubuh. Namun, Jumat malam, Kepala Polres Siak meminta jenazah diotopsi dan dibawa ke RS Bhayangkara,” kata Benny.