Pemerintah Kota Sabang dan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang, Aceh, menyiapkan diri menjadi kota transit bagi turis asing yang berlayar menggunakan kapal pesiar. Sejak Januari sampai April 2019, Sabang telah disinggahi lima kapal pesiar yang membawa 4.887 turis asing.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
SABANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Sabang dan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang, Aceh, menyiapkan diri menjadi kota transit bagi turis asing yang berlayar menggunakan kapal pesiar. Sejak Januari sampai April 2019, Sabang telah disinggahi lima kapal pesiar yang membawa 4.887 turis asing.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang, minat kapal pesiar untuk singgah di Sabang meningkat. Pada 2018, tercatat hanya ada enam kapal. Namun, tahun ini, ada 10 kapal pesiar yang dijadwalkan berlabuh di Sabang. Sebanyak lima kapal sudah singgah dan lima lainnya akan menyusul kemudian. Kapal-kapal yang sudah berlabuh adalah Seabourn Soujourn, Seven Seas Mariner, Albatros, dan Europa. Semuanya berbendera Bahama. Satu lagi adalah Azamara Quest berbendera Malta.
”Satu kapal membawa 400-900 penumpang. Itu belum termasuk krunya,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang Faisal, Jumat (19/4/2019).
Kunjungan paling anyar dilakukan Europa pada Minggu (14/4). Kapal yang membawa 592 turis ini bertolak dari Ko Adang, Thailand, dan bersandar di Sabang selama 10 jam. Para turis itu disambut tarian daerah. Di halaman dermaga digelar bazar produk usaha kecil menengah milik warga setempat.
Para penumpang kapal pesiar yang turun dari kapal menyempat diri berkunjung ke berbagai obyek wisata laut, seperti Pantai Iboih, Sumur Tiga, Gapang, dan menyaksikan benteng Jepang. Beberapa turis bahkan sempat menyelam di Iboih.
Pengelola travel di Sabang, Agha Khan, menuturkan, kedatangan kapal pesiar memberi keuntungan. Alasannya, turis menggunakan jasa transportasi untuk berkeliling Sabang. Satu unit minibus bertarif sewa Rp 450.000 hingga Rp 550.000. Kata Agha, turis kapal pesiar pernah menyewa 90 minibus untuk keperluan transportasi selama di Sabang.
”Kami menerima dampak positif dari kedatangan kapal pesiar,” ujar Agha.
Akan tetapi, Agha mengatakan, perlu dibuat standar tarif atas dan tarif bawah serta standar pelayanan bagi turis kapal pesiar agar memberikan kesan baik bagi turis. ”Saya melihat koordinasi dan pelibatan travel menyambut kapal pesiar masih kurang maksimal,” kata Agha.
Pelaksana Tugas Wakil Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) Islamuddin menuturkan, meski hanya 10 jam, kunjungan kapal pesiar itu berdampak positif bagi ekonomi warga, terutama pengelola transportasi umum dan penjual souvenir. Diperkirakan satu turis membelanjakan uangnya Rp 500.000 hingga Rp 1 juta.
Kata Islamuddin, untuk saat ini, Sabang dijadikan terminal ideal bagi turis kapal pesiar. Secara geografis, letak Sabang yang berdekatan dengan pulau wisata lain, seperti Langkawi (Malaysia) dan Phuket (Thailand), menjadikan Sabang sangat berpotensi untuk disinggahi.
”Kami telah mendatangi beberapa operator kapal pesiar di Singapura dan Miami, Amerika Serikat, untuk mengenalkan Sabang. Kami berharap kapal mereka mau singgah di Sabang,” kata Islamuddin.
Bahkan, pertengahan tahun ini, Pemkot Sabang dan BPKS akan menggelar kegiatan forum bisnis kapal pesiar atau Cruise Bisnis Forum di Sabang. Melalui forum itu, potensi wisata Sabang bakal dipromosikan. Kegiatan lain untuk menarik wisatawan pun digelar, seperti kompetisi selam internasional, festival yacht, serta festival tradisi dan budaya pesisir
Pada 2017, Pemkot Sabang, Pemprov Aceh, dan Kementerian Pariwisata telah memulainya dengan menggelar Sabang Sail. Kegiatan itu dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sebanyak 20.000 wisatawan Nusantara dan asing diklaim ikut memeriahkan Sail Sabang. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata pada 2007 telah menetapkan Sabang sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Selain dampak ekonomi bagi warga, kedatangan kapal pesiar juga memberikan keuntungan bagi BPKS. Sebagai operator pelabuhan, kata Islamuddin, BPKS memperoleh pemasukan Rp 80 juta sampai Rp 100 juta dari biaya sandar kapal.