Memperingati Jumat Agung lewat Drama Penyaliban Yesus
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Umat Katolik di Gereja Katedral Santo Petrus, Bandung, Jawa Barat, mengikuti ibadat Jumat Agung, Jumat (19/4/2019) siang. Umat diajak mengenang pengorbanan Yesus lewat drama penyaliban yang diperankan anak-anak.
Siang itu, ibadat Jumat Agung dimulai dalam keheningan. Pastor dan petugas liturgi memasuki ruang gereja tanpa iringan musik dan nyanyian. Mereka merebahkan diri di depan altar sebagai pernyataan kefanaan manusia.
Tidak ada khotbah (homili) yang disampaikan pastor. Umat diajak untuk berintrospeksi diri dengan melihat pengorbanan Tuhan Yesus Kristus yang rela wafat di kayu salib.
Puluhan anak dari Sekolah Dasar Santo Yosep, Bandung, berpartisipasi dalam drama penyaliban Yesus. Mereka mengenakan kostum layaknya tokoh-tokoh yang hidup di zaman Yesus.
Dalam drama disajikan rangkaian peristiwa kisah sengsara Yesus, yang dimulai dari perjamuan malam terakhir antara Yesus dan kedua belas muridnya. Lalu, Yesus ditangkap dan diadili. Kemudian, dia disalibkan dan wafat di kayu salib.
Anak-anak bermain drama secara luwes. Mereka terlihat menghayati tokoh yang diperankan. Drama yang berlangsung sekitar 45 menit itu mengundang antusiasme anak-anak lain. Bahkan, mereka sampai maju ke panggung altar untuk menyaksikan pertunjukan.
Ada beberapa anak yang secara spontan ingin menolong tokoh Yesus saat adegan Yesus disiksa. Namun, teman di sampingnya sigap menarik pakaian anak itu dan mengajaknya duduk kembali.
Pendidikan iman
Berbeda dengan sebelumnya, drama penyaliban Yesus kali ini melibatkan anak-anak. Lewat drama itu, Ketua Seksi Komisi Komunikasi Sosial Paroki Katedral Santo Petrus, Bandung, Ceacilia Amanda berharap anak-anak dapat memahami makna kisah sengsara Yesus lebih mudah.
”Dengan melihat drama secara langsung, anak-anak bisa berimajinasi dan ikut merasakan kisah sengsara Yesus,” kata Amanda.
Sementara itu, ditemui seusai ibadat, Pastor Yohanes Cantius Abukasman OSC, pastor di Gereja Katedral Santo Petrus, Bandung, mengatakan, penting bagi orangtua untuk mengajak anak terlibat dalam drama penyaliban Yesus. Menurut dia, melalui kegiatan itu, iman dan pengetahuan anak akan semakin bertambah.
”Mereka mengalami pendewasaan diri melalui pendidikan iman secara langsung. Orangtua perlu mendorong anak-anaknya supaya aktif terlibat dalam kegiatan gereja,” ujar Pastor Abukasman.
Visualisasi ini merupakan rangkaian dari perayaan Tri Hari Suci, yang dimulai pada Minggu Palma, yakni saat Yesus disambut warga Yerusalem sebagai raja orang Yahudi. Selanjutnya adalah misa Kamis Putih, yakni peringatan perjamuan malam terakhir antara Yesus dan murid-muridnya. Misa diteruskan dengan doa tuguran, yakni umat diajak untuk berjaga-jaga dan berdoa. Hal ini seperti yang dilakukan Yesus menjelang penangkapan dan penyaliban-Nya.
Puncak ibadat Jumat Agung adalah penghormatan pada salib suci.
Salib dibawa pastor mengelilingi gereja supaya umat dapat melakukan penghormatan salib lebih dekat.