Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, mendorong warga mengembangkan ekonomi dan industri kreatif sebagai penopang baru pendapatan. Produk pakaian dan kerajinan tangan yang selama ini banyak diproduksi di Bandung berpotensi menjadi kekuatan ekonomi bagi warga.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, mendorong warga mengembangkan ekonomi dan industri kreatif sebagai penopang baru pendapatan. Produk pakaian dan kerajinan tangan yang selama ini banyak diproduksi di Bandung berpotensi menjadi kekuatan ekonomi warga.
Hal itu mengemuka dalam pembukaan pameran bertajuk #localvoval Bandung Local Brand Fashion and Craft di Graha Manggala Siliwangi, Kota Bandung, Kamis (18/4/2019).
Wali Kota Bandung Oded Muhammad Danial mengatakan, Bandung telah lama dikenal sebagai kota mode. Untuk menjaga eksistensi tersebut, ia mengajak masyarakat meningkatkan kreativitas produk. Menurut dia, produk pakaian dan kerajinan tangan dapat menjadi kekuatan ekonomi bagi masyarakat.
”Industri kreatif masyarakat Kota Bandung harus semakin ditingkatkan. Harapannya, produk tidak hanya dinikmati di dalam negeri, tapi juga dikenal dunia,” ujar Oded.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mencatat, ekonomi kreatif memberikan Rp 784,82 triliun atau setara dengan 7,44 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar Rp 10,542 triliun. Pada 2015, PDB ekonomi kreatif mencapai Rp 852 triliun, meningkat 8,6 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut setara dengan 7,3 persen total PDB nasional pada 2015 sebesar Rp 11,54 triliun.
Pada 2015, subsektor yang berkontribusi paling besar adalah kuliner, yakni 41,69 persen, disusul mode 18,15 persen dan kriya sebesar 15,70 persen. Hal itu sejalan dengan kinerja ekspor yang dicatat tiga subsektor itu. Dari total ekspor ekonomi kreatif 2015 sebesar 19,4 miliar dollar AS atau Rp 261,9 triliun, 56 persen disumbangkan sektor mode, 37 persen kriya, 6 persen kuliner, dan 1 persen subsektor lain (Kompas.id, 8/12/2017).
Kendala
Namun, sejumlah kendala kerap kali menghadang pelaku ekonomi kreatif, antara lain, akses pembiayaan dan pemasaran. Untuk itu, Oded mendorong para pelaku industri berkolaborasi dengan lembaga finansial.
Sejumlah kendala kerap kali menghadang pelaku ekonomi kreatif, antara lain akses pembiayaan dan pemasaran.
Adapun untuk pemasaran, Pemerintah Kota Bandung memiliki program kerja bernama Rumah Dagang Indonesia. Program itu diharapkan dapat membantu industri kreatif memasarkan produk agar lebih dikenal di luar negeri.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, akan menghubungkan para pelaku industri kreatif dengan lembaga ekspor-impor. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan peluang ekspor para perajin.
”Kami akan berusaha membangun kerja sama dengan berbagai pihak untuk memajukan industri kecil menengah,” ucapnya.
Pameran #localvoval Bandung Local Brand Fashion and Craft akan berlangsung tiga hari, 18-20 April. Sebanyak 68 industri kreatif, terdiri dari 33 industri pakaian dan 35 industri kerajinan tangan, berpartisipasi. Produk yang dipamerkan sebelumnya telah dikurasi Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung serta Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Bandung.
Nurul Kusmayanti, perajin kain shibori natural Aoki Nu, menuturkan, telah mengikuti pameran tersebut untuk kedua kalinya. Setelah ikut pameran, diakuinya, produknya kian dikenal masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Kini, dalam sebulan, ia mampu memperoleh omzet hingga Rp 10 juta.