Dua Embarkasi Soekarno-Hatta Dipindahkan ke Kertajati
Dua embarkasi haji dan umrah yang semula menggunakan Bandara Soekarno-Hatta akan diarahkan ke Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten Majalengka.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Dua embarkasi haji dan umrah yang semula menggunakan Bandara Soekarno-Hatta akan diarahkan ke Bandara Internasional Jawa Barat atau BIJB di Kertajati, Kabupaten Majalengka. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan manfaat bandara baru tersebut, sekaligus mengurangi kesibukan bandara-bandara di sekitar BIJB.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, di Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/4/2019), menuturkan, dari segi infrastruktur, BIJB siap menjadi bandara untuk embarkasi haji dan umrah. Landas pacu sepanjang 3.000 meter dan apron yang luas dapat melayani pesawat berbadan lebar.
Awaluddin menjelaskan, embarkasi yang akan dipindahkan ke BIJB berasal dari Jawa Barat dan Lampung, sedangkan untuk DKI Jakarta dan Banten tetap akan menggunakan Bandara Soekarno-Hatta. Kementerian BUMN telah mengarahkan Garuda Indonesia dan Saudi Airlines sebagai maskapai pengangkut haji.
Semua tinggal mengaktifkan penerbangan. Bisa dengan penerbangan reguler, bisa juga dengan penerbangan ekstra.
Namun, Awaluddin mengatakan, tidak hanya kedua daerah tersebut, embarkasi haji dan umrah daerah lain di kawasan terdekat, seperti Semarang, Bengkulu, dan Kalimantan, juga bisa menggunakan bandara ini sebagai transit untuk berganti pesawat besar yang terbang langsung ke Tanah Suci.
”Infrastruktur tidak masalah, tinggal bagaimana maskapai mengatur agen perjalanannya. Mereka semua punya wilayah operasi. Kalau untuk haji, semua sudah pasti. Tetapi, untuk umrah, semua harus disesuaikan dengan jadwal dari agen perjalanan,” tutur Awaluddin.
Tidak hanya itu, BIJB juga dipersiapkan untuk arus mudik Lebaran tahun ini. Awaluddin menjelaskan, ada empat maskapai domestik yang mengantongi izin, yaitu Citilink, Lion Air, TransNusa, dan Garuda Indonesia.
”Semua tinggal mengaktifkan penerbangan. Bisa dengan penerbangan reguler, bisa juga dengan penerbangan ekstra,” ujarnya.
Menurut Awaluddin, perubahan operasional ini dilakukan untuk mempersiapkan BIJB sebagai penunjang dari bandara-bandara terdekat, antara lain Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Soekarno-Hatta di Tangerang, dan Halim Perdanakusuma di Jakarta.
Tidak hanya itu, BIJB juga diarahkan menjadi bandara yang akan meningkatkan akses ke lokasi-lokasi pariwisata di wilayah sekitarnya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut Awaluddin, pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) perlu diselesaikan sesuai target, yaitu tahun 2020.
”Pembagian rute ini akan diatur sehingga beban lebih terdistribusi. Namun, kami tidak mungkin melakukan perubahan selama warga kesusahan mengakses bandara,” ujarnya.
Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa menyatakan, langkah ini memperlihatkan komitmen dari sinergi antara badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Dia pun berharap pembangunan Tol Cisumdawu bisa dipercepat, setidaknya sesuai target.
”Selagi menunggu pembangunan tol, kami akan coba maksimalkan penggunaan bandara oleh warga sekitar. Di Ciayumajakuning (Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan) ada 15 juta jiwa (penduduk) dan kami arahkan untuk melakukan penerbangan dengan menggunakan BIJB,” tuturnya.
Menurut Iwa, sinergi untuk mengembangkan BIJB ini berimbas positif terhadap pengembangan Segitiga Rebana yang meliputi BIJB, Cirebon, dan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang. Daerah-daerah ini diproyeksikan sebagai pusat perekonomian baru di Jabar.