Mendesain Puncak Performa Atlet Atletik
Tim pelatih atletik PB PASI merancang pola latihan bertahap supaya atlet mencapai puncak performa di ajang kelas dunia. Kini atlet-atlet elite atletik masih berkutat membenahi teknik.
JAKARTA, KOMPAS — Pembenahan teknik masih menjadi fokus utama para atlet atletik pada hari terakhir latihan di Jakarta, Selasa (16/4/2019), sebelum mengikuti Kejuaraan Asia Atletik 2019 di Doha, Qatar, 21-24 April. Kejuaraan Asia ini juga menjadi target antara untuk menyempurnakan teknik para atlet, supaya bisa tampil maksimal pada Kejuaraan Dunia Atletik pada September.
Hal itu tampak saat latihan tim estafet 4 x 100 meter putra. Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini bersama dua asisten pelatih, Erwin Renaldo Maspaitella dan Fadlin, memberikan program latihan dua kali drill per check mark dan dua kali estafet 4 x 100 meter jarak penuh.
Saat latihan drill per check mark, hampir semua pelari melakukan teknik dengan baik. Hanya satu pelari yang belum optimal, yakni pelari remaja asal Semarang, Jawa Tengah, Adi Ramli Sidiq. Adi dicoba sebagai pelari ketiga, tetapi tidak bisa memberikan tongkat estafet ke Bayu Kertanegara yang menjadi pelari terakhir.
Pada percobaan pertama, Adi berlari di jalur lintasan yang salah. Di percobaan kedua, Adi tidak sanggup mengejar Bayu sehingga tongkat estafet gagal diberikan. ”Kecepatan dan stamina saya berkurang, jadi saya tidak sanggup mengejar kak Bayu tadi,” ujar Adi.
Adi memang sempat meninggalkan pelatnas sekitar 10 hari untuk melakukan ujian nasional di Semarang pada akhir Maret hingga Kamis (11/4/2019). Selama di Semarang, ia sudah mendapatkan bekal latihan dari pelatih pelatnas, yakni harus melakukan gym atau latihan beban pada pagi hari dan latihan start block, kecepatan, daya tahan, hingga stamina pada sore hari.
Namun, di Semarang, ternyata ujiannya dilakukan pada sore. Akibatnya, ia hanya melakukan latihan beban dan sedikit joging di pagi hari dan tidak melakukan latihan teknik di sore hari. Untuk itu, kecepatan dan staminanya turun drastis. ”Mungkin butuh waktu setengah bulan untuk mengembalikan kecepatan dan stamina saya,” kata Adi.
Belum mulus
Saat latihan estafet 4 x 100 meter jarak penuh, tim utama dengan urutan pelari Muhammad Bisma Diwa, kemudian Lalu Muhammad Zohri, Eko Rimbawan, dan Bayu ternyata belum bisa melakukan perpindahan tongkat dengan mulus. Bisma terlalu cepat mau memberikan tongkat ke Zohri, sedangkan Zohri belum keluar untuk berlari. Hal itu membuat kecepatan Bisma berkurang.
Adapun Zohri yang berlari in-out tidak dipahami oleh Eko. Saat Zohri sudah dekat, Eko baru keluar untuk berlari. Akibatnya, perpindahan tongkat terlalu rapat. Zohri diberi instruksi oleh tim pelatih untuk berlari in-out, yaitu hanya berlari kencang saat menerima dan memberikan tongkat saja. Hal itu untuk menjaga kebugaran Zohri yang memang belum 100 persen.
Sementara itu, Eko justru terlambat memberikan tongkat ke Bayu sehingga Bayu terlalu lama menjulurkan tangan ke belakang. Hal itu membuat kecepatan keduanya berkurang. Total waktu di percobaan pertama hanya 40,65 detik.
Di percobaan kedua, urutan pelari diubah menjadi Bisma, Eko, Joko Kuncoro Adi, dan Bayu. Kali ini, walau lebih baik, mereka tetap belum melakukan perpindahan tongkat dengan mulus.
Bisma datang sudah tepat, tetapi Eko lambat keluar berlari. Akibatnya, perpindahan tongkat terlalu rapat. Eko masih mengayunkan tangan ketika akan memberikan tongkat ke Joko. Akibatnya, Joko sedikit lambat menerima tongkat. Sedangkan Joko ke Bayu, perpindahan tongkatnya sudah sempurna. Untuk itu, catatan waktu mereka membaik menjadi 40,28 detik.
”Memang, kami masih sering melakukan kesalahan saat latihan. Tapi, ini penting untuk bahan evaluasi. Kami yakin saat perlombaan nanti bisa lebih baik. Jelang Asian Games 2018 kemarin, kami juga masih sering melakukan kesalahan saat latihan. Tapi, kami terus melakukan evaluasi dan bisa tampil baik saat perlombaan,” tutur Bayu.
Eni menuturkan, para atlet yang tampil di Kejuaraan Asia Atletik 2019 tidak diberi target muluk-muluk. Mereka hanya diharapkan tampil sama atau sedikit lebih baik dari di Grand Prix Malaysia Terbuka 2019. Hal itu karena program pelatnas memang baru memasuki tahap awal. Atlet baru akan menuju puncak performa pada pertengahan tahun dan di puncak performa pada akhir tahun.
Itu untuk mengejar target di Kejuaraan Dunia 2019 di Doha, Qatar, pada September dan SEA Games 2019 di Filipina pada November-Desember. ”Kami tidak mau paksakan atlet tampil habis-habisan saat ini. Karena itu belum masanya. Kalau dipaksa sekarang tampil habis-habisan, nanti justru akan membuat mereka cedera,” ujar Eni.
Di Kejuaraan Asia Atletik 2019, tim sprint turun di dua nomor, yakni lari 100 meter putra dan estafet 4 x 100 meter putra. Lalu Muhammad Zohri akan fokus berlomba di 100 meter. Ia hanya bergabung di tim estafet ketika tim itu lolos final. Untuk itu, tim estafet akan menggunakan dua formasi, yakni Bisma, Eko, Joko, dan Bayu di babak penyisihan dan Bisma, Zohri, Eko, dan Bayu di babak final.
Bergelut dengan cedera
Pelari 100 meter gawang putri andalan Indonesia, Emilia Nova, belum bisa berlatih optimal. Emil masih bergelut dengan cedera tumit kirinya yang kambuh sejak Februari lalu. Hal itu membuat Emil tidak bisa melompati gawang dengan baik karena kekuatan take off-nya berkurang.
Atas dasar itu, pelatih lari gawang PB PASI Fitri ”Ongky” Haryadi tidak bisa memaksakan program latihan untuk Emil. Ia harus menyesuaikan latihan dengan kondisi Emil guna meminimalkan cedera yang lebih parah.
”Sekarang, latihannya ringan-ringan saja menyesuaikan kemampuan Emil. Selepas dari Kejuaraan Asia Atletik, Emil mungkin akan istirahat sebentar untuk benar-benar memulihkan tumitnya. Setelah itu, barulah latihan akan kembali berjalan sesuai program,” kata Ongky.
Tim Indonesia menurunkan 10 atlet untuk enam nomor di Kejuaraan Asia Atletik 2019. Mereka akan bertolak dari Jakarta ke Doha pada Kamis (18/4/2019). Latihan pada Selasa merupakan latihan terakhir mereka. Pada Rabu (17/4/2019), mereka akan beristirahat.