Anak balita ASA diculik, lalu oleh penculiknya dibawa mengemis selama lima hari. Mengantisipasi kasus serupa terulang, pengawasan orangtua diharapkan ditingkatkan.
JAKARTA, KOMPAS —Drama penculikan anak balita berusia tiga tahun, ASA, yang diculik saat bermain di Perumahan Bintara III, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (9/4/2019), telah berakhir.
Anggota Resmob Kepolisian Daerah Metro Jaya menemukan ASA bersama penculiknya, yaitu perempuan berinisial A (55), di sekitar Stasiun Pasar Senen, Minggu (14/4) sore.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, Senin (15/4), mengatakan, setelah polisi membuka hotline dan menyebarkan ciri-ciri tersangka, banyak laporan masyarakat yang melihat pelaku.
”Selama lima hari, pelaku membawa korban ke mana-mana,” kata Argo Yuwono.
Argo menjelaskan, dari Bekasi, korban dibawa ke Klender naik angkot. Pada 10 April, mereka pergi ke Stasiun Bogor, lalu ke Stasiun Kebayoran Lama
naik kereta api. Dari Kebayoran Lama ke Pasar Cipadu, lalu ke Pasar Kebayoran Lama.
Empat hari berikutnya, penculik dan ASA berada di Ciledug, Pasar Kebayoran Lama, dan Stasiun Kebayoran Lama. Hari Minggu, pelaku ke Stasiun Kebayoran Lama, lalu ke Stasiun Pasar Senen dan ditangkap polisi di stasiun tersebut.
Menurut Argo, tersangka sehari-hari tidur di masjid dan sering mendapat uang dari jemaah yang kasihan melihat pelaku bersama anak balita. Tersangka mengaku berasal dari Yogyakarta dan di Jakarta menjadi pengemis. Setiap hari tersangka memperoleh uang Rp 15.000-Rp 20.000.
”Selama diculik, korban menangis karena kangen orangtua, kangen rumah. Korban selalu didekap oleh A,” ujar Argo.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengapresiasi kinerja polisi karena mengungkap penculikan anak tidak gampang.
”Pelajarannya, orangtua harus selalu memantau anak-anaknya agar tidak menjadi korban penculikan,” kata Susanto.
Trauma
ASA tiba di rumahnya lagi sekitar pukul 18.30, bersama ibu kandungnya, Aprilina Lestari (19), dan neneknya, Sri Wahyuni (34). Sesaat setelah turun dari mobil, tetangga dan kerabat berbarengan menyapa korban.
ASA tak merespons. Di gendongan, ASA menyembunyikan wajah di pundak Aprilina dan menangis. Aprilina mengatakan, anaknya trauma berat.
Meski trauma, mereka bersyukur tidak ada kekerasan fisik selama ASA bersama penculik. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan kondisi fisik anak balita itu sehat. ”Hanya rambutnya saja yang dipotong,” kata Aprilina.
Sri Wahyuni menambahkan, pelaku bukan orang baru karena sering terlihat di kompleks Perumahan Bintara III. Bahkan, pada Desember 2018, dia pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah satu rumah tetangga.
”Cuma dia kerja sehari saja, lalu diberhentikan karena mencuri,” kata Sri. (WAD/VAN)