Kreasi Tapis Penuh Cinta
Untuk profil usaha
Kecintaan pada budaya dan kearifan lokal Lampung mendorong Ical Sungkai (35) berkreasi dengan tapis. Di tangannya, kain tradisional Lampung itu dikembangkan menjadi berbagai jenis kerajinan tangan berbalut tapis nan indah dan bernilai tambah.
Ical menekuni usaha kerajinan tangan sejak 2015. Semula, laki-laki keturunan suku Lampung ini hanya berjualan tas pesta yang terbuat dari anyaman pandan. Kreativitasnya membuat Ical mencoba memadukan tapis dengan ayaman pandan. Ide tersebut ternyata menghasilkan clutch atau tas genggam pandan berbalut tapis yang cantik dan elegan.
”Desain clutch pandan tapis Lampung ini biasanya kami buat sesuai pesanan dan jumlahnya terbatas. Kreasi clutch yang pernah kami buat, misalnya, bertema siger balak yang terinspirasi siger sebagai ikon Provinsi Lampung,” kata Ical di Galeri Nuwa Ical Art di Bandar Lampung, beberapa waktu lalu.
Di galeri tersebut, Ical memajang berbagai produk kerajinan tangan berbalut tapis. Selain tas genggam, ada juga pakaian, kain lilit, jilbab, sarung bantal, hiasan bunga, hingga aksesori. Di Lampung, Ical termasuk salah satu perajin yang turut memelopori dan memopulerkan kerajinan tangan berbalut tapis.
Sejak kecil, Ical memang sudah dekat dan akrab dengan kain tapis. Dia sering kali ikut ibunya yang bekerja sebagai penjual kain ke toko. Keluarga besarnya juga kerap memakai kain tapis, seperti pada saat acara pernikahan.
Awalnya, kain tapis hanya dipakai sebagai kain tradisional masyarakat Lampung. Bagi kaum perempuan, tapis biasanya dipakai sebagai kain lilit, sedangkan bagi laki-laki dipakai sebagai sarung.
Kini, tapis berkembang dalam berbagai kerajinan tangan. Ada beragam jenis motif tapis, seperti mata kibau dan jung surat, yang dipadukan menjadi hiasan pada tas atau jilbab.
Pada saat memulai usaha, Ical tidak menyangka respons pasar terhadap produk hasil karyanya cukup baik. Pesanan dari berbagai daerah terus ia terima. Kerajinan tangan itu semakin terkenal karena Ical rutin mengikuti pameran dan bazar produk buatan tangan di sejumlah kota di Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara.
”Selain pasar domestik, produk kami juga telah dikirim ke luar negeri. Kami pernah mendapat pesanan dari Malaysia, Turki, Taiwan, dan Inggris,” ujarnya.
Desain-desain yang elegan, clutch karya Ical dijual dengan harga berkisar Rp 250.000 hingga Rp 1,5 juta per buah. Harga tersebut bergantung pada desain dan tingkat kerumitan yang menunjukkan eksklusivitas tas genggam.
Cetak digital
Bagi Ical, kreativitas adalah kunci agar usaha kerajinan tangan yang ia tekuni tetap hidup, bahkan terus cemerlang. Untuk itu, ia selalu berusaha membuat produk baru yang diminati konsumen.
Setelah sukses dengan produk tas genggam pandan tapis, Ical mengenalkan produk jilbab berbalut tapis. Kali ini, Ical mengkreasikan motif tapis pada jilbab dengan teknik cetak digital (digital printing).
Menurut dia, teknik cetak digital dipilih agar penggunaan dan perawatan jilbab lebih mudah. Selain itu, motif tapis juga dapat dikreasikan menjadi berbagai warna, seperti keemasan, perak, dan hitam.
Dengan inovasi ini, jilbab tapis kreasi Ical dapat menjangkau pasar anak muda hingga orang dewasa. Setiap bulan, Ical dapat menjual 250-300 helai jilbab yang harganya berkisar Rp 175.000-Rp 300.000 per helai.
Ical juga berkreasi dengan memadukan tapis untuk mempercantik dekorasi rumah. Dia membuat sarung bantal, taplak meja, dan bunga berbalut motif tapis. Sisa-sisa bahan pembuatan tas dioptimalkan untuk membuat aksesori, seperti kalung dan gelang. Produk yang mengangkat kearifan lokal Lampung itu juga laris di pasaran.
Berkembang
Dalam menjalankan usaha kerajinan tangan itu, Ical dibantu empat karyawan di rumah produksinya di kawasan Rajabasa, Bandar Lampung. Dia juga bekerja sama dengan perajin tapis di beberapa kabupaten di Lampung.
Setiap hari, usaha Ical menghasilkan setidaknya 10-15 tas genggam. Sementara, produksi pakaian, dekorasi rumah, dan aksesori tak menentu, bergantung permintaan pasar.
Tahun ini, Ical berencana mengembangkan produk pakaian dengan kreasi tapis. Dia mengincar segmen pasar anak-anak muda. Strategi itu dilakukan karena Ical punya mimpi tapis semakin dikenal anak-anak muda.
”Produk yang saya hasilkan akan selalu ada sentuhan tapis. Ini menjadi identitas sekaligus upaya untuk melestarikan dan mengenalkan tapis,” ujar Ical dengan mantap.
Melalui usaha kerajinan tapis, Ical membuktikan, kearifan lokal dan budaya Lampung memiliki daya tarik tersendiri. Kearifan lokal ini patut dilestarikan tanpa henti dan tanpa lelah.