Setelah direncanakan belasan tahun, jalur rel dwiganda beroperasi, meskipun baru segmen Jatinegara-Cakung. Perbaikan dilakukan untuk kurangi keterlambatan KA.
Oleh
J Galuh Bimantara
·4 menit baca
Setelah direncanakan belasan tahun, jalur rel dwiganda beroperasi, meskipun baru segmen Jatinegara-Cakung. Perbaikan dilakukan untuk kurangi keterlambatan KA.
JAKARTA, KOMPAS - Kementerian Perhubungan fokus menuntaskan penyambungan jalur dwiganda atau double-double track (DDT) kereta dari Manggarai ke Bekasi hingga tahun 2021. Pemanjangan jalur ke Cikarang digarap setelah DDT Manggarai-Bekasi dipastikan beroperasi baik.
“Rencana DDT sampai Cikarang, tetapi belum kami mulai. Nanti selesai Manggarai-Bekasi ini, baru kami evaluasi lagi,” ucap Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jakarta-Banten Kementerian Perhubungan Jumardi, Jumat (12/4/2019) di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur.
Jika DDT Manggarai-Cikarang sudah tersambung, panjangnya sekitar 35 kilometer. Kemarin, DDT dioperasikan pada segmen Jatinegara-Cakung sepanjang 9,5 km.
Jumardi mengatakan, dengan DDT ini, ada empat jalur rel yang dioperasikan antara Stasiun Jatinegara hingga Stasiun Cakung. Adapun segmen Manggarai-Jatinegara dan Cakung-Bekasi masih menggunakan dua jalur atau jalur ganda.
Pengurangan jumlah jalur rel (bottlenecking) ini menjadi salah satu penyebab keterlambatan perjalanan kereta rel listrik maupun kereta api jarak jauh, kemarin.
Menurut Anne Purba, Vice President Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL, keterlambatan perjalanan KRL berkisar 15-30 menit dari jadwal.
Jika DDT Jatinegara-Cakung tidak dioperasikan, petugas tidak perlu repot mengatur perpindahan jalur dan memicu keterlambatan perjalanan.
Namun, kata Jumardi, bila menunggu DDT Manggarai-Bekasi rampung, masyarakat baru merasakan manfaat DDT sekitar dua tahun lagi setelah proyek selesai.
“Padahal, sudah ada bagian yang bisa dimanfaatkan sehingga kami operasikan sekarang agar investasi pemerintah bisa dirasakan manfaatnya,” kata dia.
Anne memastikan, perbaikan terus dilakukan. Penataan perjalanan ditargetkan selesai dalam satu-dua hari ke depan. “DDT sudah 17 tahun dikerjakan dan ini sejarah. Ini untuk masa depan transportasi publik kita, khususnya yang berbasis rel,” ujarnya.
Ahmad (37), warga Bekasi, harus menunggu kedatangan KRL tujuan Jatinegara, sekitar 1,5 jam di Stasiun Kampung Bandan. Sesampai di Stasiun Jatinegara, ia masih menunggu KRL tujuan Bekasi sekitar 30 menit.
“Saya dari kampung Bandan sekitar pukul 13.00 dan kereta baru tiba pukul 14.30,” kata Ahmad.
Penyempurnaan
Untuk segmen Manggarai-Jatinegara hingga 2021 mendatang, proyek termasuk penyempurnaan bangunan Stasiun Sentral Manggarai. Stasiun itu akan terdiri dari tiga lantai. Lantai satu untuk mengakomodasi KRL jalur lingkar (loopline) dan kereta tujuan Bekasi, serta KA bandara. Lantai dua untuk tempat perpindahan penumpang.
Adapun lantai tiga akan terdiri dari 10 jalur: empat jalur untuk KRL Bogor dan enam jalur untuk KA jarak jauh.
Di segmen Cakung-Bekasi, pembangunan jalur rel terkendala proses pembebasan lahan di area Kranji yang belum beres. Jumardi memastikan, pihaknya tinggal menunggu proses di pengadilan rampung.
Adapun untuk segmen Bekasi-Cikarang, meski belum akan ada pembangunan DDT, Kemenhub bakal melakukan penyempurnaan sambil menunggu konstruksi DDT dimulai. Penyempurnaan antara lain memodernisasi Stasiun Bekasi, melanjutkan pembangunan Stasiun Cikarang, dan membuat terowongan (underpass) di sekitar Stasiun Cibitung.
Pengoperasian DDT ini diharapkan mengoptimalkan perjalanan KRL, KA jarak jauh, KA barang, serta KA bandara yang keluar-masuk Jakarta. Di sisi lain, penambahan prasarana rel dwiganda juga perlu diikuti dengan peningkatan pendanaan perawatan prasarana kelak.
KRL sesak
Keterlambatan perjalanan pada hari Jumat membuat jumlah penumpang di tiap rangkaian kereta membeludak, seperti terpantau pada Jumat pagi di Stasiun Jatinegara. Akibatnya, sejumlah penumpang turun di stasiun itu karena kelelahan atau sakit dan mendapat layanan kesehatan. Padahal, tidak semuanya berencana mengakhiri perjalanan di Jatinegara.
Data PT KCI, ada sepuluh penumpang mendapat layanan di pos kesehatan Stasiun Jatinegara kurun pukul 08.00-10.35. Sebanyak lima di antaranya diberi oksigen, termasuk penumpang yang sempat pingsan di kereta, Rizqiadin S (23).
Ia berangkat dari Stasiun Kranji di Bekasi sekitar pukul 08.00 dan baru tiba di Stasiun Jatinegara pukul 09.30. Padahal, normalnya perjalanan rute itu hanya memakan waktu setengah jam.
Di daerah Cipinang, KRL yang ditumpangi Rizqi ditahan sekitar 15 menit. Ia dalam posisi berdiri. ”Terus tiba-tiba pandangan sudah gelap. Saya bangun sudah di sini (pos kesehatan Stasiun Jatinegara),” ujarnya setelah mendapatkan perawatan.
Padahal, ia berencana turun di Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, untuk wawancara kerja di dua tempat. Untungnya, batas waktu memenuhi panggilan wawancara adalah pukul 14.00. Rizqi berkesempatan rehat sejenak setelah siuman.
Anne mendorong calon penumpang untuk senantiasa memantau jadwal dan kendala perjalanan kereta lewat aplikasi ponsel pintar KRL Access serta media sosial PT KCI, salah satunya via akun Twitter @CommuterLine.
Jika memperkirakan kendala perjalanan KRL bakal mengakibatkan terlambat sampai tujuan, ia menyarankan calon penumpang berganti moda angkutan.