MALANG, KOMPAS - Gol penyerang Nur Hardianto dan sayap serang Ricky Kayame membawa Arema FC menang 2-0 atas Persebaya Surabaya. Dua gol itu mengawali pesta Aremania, pendukung Arema, karena klub kesayangan mereka menjadi kampiun Piala Presiden, Jumat (12/4/2019), di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Umpan Kayame, mantan pemain Persebaya, mengawali serangan balik cepat Arema di menit ke-43. Hardianto yang berlari di sisi kiri menyambut operan itu, menggiring bola dengan cepat, dan di kotak penalti menendang dengan keras sehingga gagal dihalau kiper Persebaya Abdul Rohim.
Kayame menyempurnakan penderitaan bekas klubnya dengan gol pada waktu tambahan waktu. Bola di tangan Rohim terlepas, disambar oleh Kayame dan menjadi gol kedua Arema.
Kemenangan itu menunjukkan kejelian Pelatih Arema Milomir Seslija menurunkan Hardianto sebagai pemain mula menggantikan Dendi Santoso. ”Kemenangan ini membuktikan bahwa kami memang tampil konsisten selama turnamen,” kata Milomir.
Di sisi Persebaya, pilihan pelatih Djadjang Nurdjaman mengganti kiper Miswar Saputra yang membuat blunder di laga pertama final, ternyata tak membuahkan hasil yang diharapkan. Sektor kiper menjadi masalah serius bagi Persebaya.
Arema pun berpesta di Kanjuruhan bersama Aremania untuk merayakan keberhasilan mengangkat trofi kayu ukir untuk kedua kalinya. Arema adalah kampiun edisi 2017 di turnamen pramusim yang digelar sejak 2015 itu. Arema menjadi satu-satunya klub yang dua kali juara Piala Presiden.
Trofi diserahkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Puan Maharani. Tak seperti final-final sebelumnya, Presiden Joko Widodo batal hadir di Kanjuruhan. Puan didampingi oleh Ketua Steering Committee Piala Presiden Maruarar Sirait, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dan Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Luki Hermawan.
Persebaya mendapat hadiah hiburan dengan penobatan sayap serang Manuchehr Jalilov sebagai top scorer turnamen dengan koleksi lima gol. Jalilov berbagi podium dengan pemain Persija Jakarta Bruno Matos, dan Ricky Kayame.
Dalam pidato pertanggungjawaban seusai laga, Maruarar mengatakan, turnamen edisi ini mendapat dukungan finansial Rp 78 miliar. Senilai Rp 40 miliar di antaranya merupakan dukungan sponsor Emtek Group.
”Tanpa serupiah pun uang negara dan BUMN. Turnamen ini bisa berlangsung tanpa mafia bola dan pengaturan skor,” ujar Maruarar.
Seluruh laga Piala Presiden dihadiri sekitar 441.000 penonton di stadion atau 11.400 orang per laga. Pendapatan dari penjualan tiket Rp 18,358 miliar. Turnamen mampu memberdayakan 9.751 pengasong makanan dan minuman. Seluruh proses pelaksanaan turnamen akan diaudit oleh lembaga PricewaterhouseCoopers.
Konsisten
Keberhasilan tim kesayangan mengangkat kembali Piala Presiden disambut gegap gempita Aremania. Seusai laga, mereka merayakan dengan konvoi di wilayah Malang Raya yang terdiri dari Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu.
Kemenangan di laga tanpa kehadiran Bonek, pendukung Persebaya itu, karena alasan keamanan dan kesepakatan, sekaligus menegaskan dominasi Arema atas tim Ibu Kota Jatim tersebut. Arema dan Persebaya telah enam kali bertemu sejak final Piala Gubernur Kaltim 2013. Arema menang empat kali, Persebaya menang sekali, dan kedua tim imbang sekali yang terjadi di laga pertama final, Selasa (9/4), di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, yang berakhir dengan skor 2-2.
Dari sudut pandang lain, kemenangan itu menjaga Kanjuruhan, yang diambil dari nama kerajaan pertama di Jatim, dari “serangan” tim Surabaya. Arema mempecundangi Persebaya yang menyimpan ambisi menambah koleksi trofi dengan menjuarai Piala Presiden 2019 yang final digelar untuk pertama kali memakai format dua laga atau kandang tandang.
Dalam jumpa pers, Milomir mengatakan, tim asuhannya layak menjadi juara. Arema bermain konsisten termasuk mampu mencuri satu poin di kandang Persebaya dalam laga pertama final. Meski di babak pertama permainan Arema didikte, tetapi Persebaya segera keok dengan serangan balik. Yang ironis, kreator serangan balik adalah Kayame yang sebelumnya memperkuat Persebaya. Kayame pula yang melengkapi penderitaan bekas timnya dengan menciptakan gol kedua.
Djadjang mengatakan, tim telah berjuang sekuat tenaga. Di babak pertama Persebaya amat dominan bahkan menciptakan peluang emas. Namun, serangan balik Arema yang membuahkan gol oleh Hardianto menipiskan peluang. Persebaya mencoba membalas tetapi malah kecolongan oleh gol Kayame.
Meski demikian, Milomir dan Djanur senada berpendapat laga berjalan menarik. Seperti di laga pertama final, kedua tim kembali turun dengan formasi 4-3-3. Perubahan signifikan dilakukan Djanur dengan mengganti Miswar yang di pertandingan sebelumnya membuat dua blunder tetapi menciptakan lima penyelamatan dengan Rohim. Selain itu, gelandang Abu Rizal Maulana menggantikan Muhammad Hidayat yang cedera.
Laga pamungkas di arena yang terletak di Kepanjen, Ibu Kota Kabupaten Malang itu, juga dimeriahkan dengan hiburan musik dan eksebisi. Pertandingan eksibisi antara tujuh pemain legendaris Arema dan Persebaya menghadapi 50 anak-anak Arema Academy. Laga berakhir dengan skor 1-0 untuk tim legenda. Gol dicetak oleh Uston Nawawi, semenit sebelum pertandingan hiburan itu usai. Gol lahir lewat tendangan melengkung dari luar kiri kotak penalti yang tak bisa dijangkau empat kiper tim akademi.