ktivitas belajar mengajar siswa korban banjir Kabupaten Bandung terganggu akibat air yang menggenangi bangunan sekolah belum surut. Ratusan siswa SD Negeri Andir 01 terpaksa belajar di kelas darurat.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Aktivitas belajar mengajar siswa korban banjir Kabupaten Bandung terganggu akibat air yang menggenangi bangunan sekolah belum surut. Ratusan siswa SD Negeri Andir 01 terpaksa belajar di kelas darurat.
Hingga Jumat (12/4/2019), SD Negeri Andir 01 masih terendam air hingga lebih dari 1,5 meter. Lebih dari lima kelas yang terletak di lantai bawah tidak bisa digunakan, sedangkan beberapa kelas lainnya ada di lantai dua.
Akibat banjir ini, aktivitas belajar mengajar dipindahkan ke ruangan Sekretariat Kwartir Cabang Pramuka Kabupaten Bandung. Untuk siswa kelas V dan VI, kegiatan belajar mengajar diadakan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.
Anak-anak ini belajar di ruangan terbatas tanpa alas duduk karena bangunan sekolah terendam banjir. ”Meski terbatas, anak-anak harus sekolah. Jangan sampai libur terlalu lama. Karena itu, kami menyesuaikan dengan jam pelajaran karena kondisi tidak kondusif. Ini sudah lebih baik dibandingkan awal banjir kemarin,” ujarnya.
Nilai tak maksimal
Akibat kondisi ini, Yeti khawatir siswa tidak mendapatkan nilai yang maksimal dalam ujian, terutama bagi anak kelas VI yang akan menempuh ujian sekolah berstandar nasional (USBN), Senin (22/4/2019). Ia menjelaskan, jika banjir masih menggenangi sekolah, siswa yang ujian akan menumpang ke SD Negeri Kulalet 01 yang berjarak sekitar 2 kilometer dari SD Negeri Andir 01.
Jueriyah (58), guru kelas VI SD Negeri Andir 01, menambahkan, saat ini para siswa sedang mempersiapkan ujian di tengah keterbatasan. Namun, dia tidak khawatir karena merasa anak-anak tersebut memiliki semangat untuk belajar. Untuk mempersiapkan ujian, Jueriyah bersama para siswa membahas soal-soal sehingga bisa lebih matang dalam mengerjakan ujian.
”Kami sudah mulai membahas soal ujian agar mereka tidak gugup. Sudah cukup ruangan sekolah yang bermasalah, jangan sampai mental mereka dalam menghadapi ujian juga ikut-ikutan turun. Tetapi saya melihat anak-anak masih semangat mengerjakan soal ujian. Semoga saja tidak ada masalah nanti saat ujian,” ujarnya.
Kadang mati lampu, jadi saya kesulitan belajar. Mata pelajaran yang paling sulit itu matematika. Tetapi, di sini kami belajar bersama sehingga saya tidak begitu takut. Semoga besok bisa mengerjakan ujian dengan baik.
Raisa (11), siswa kelas VI SD Negeri Andir 01, menceritakan kondisi rumahnya yang masih terendam banjir setinggi lebih dari 1,5 meter. Selain membutuhkan perahu menuju jalan raya dia, juga harus naik angkutan umum selama kurang lebih 10 menit menuju kelas darurat. Padahal, jika banjir tidak merendam permukiman, dia hanya berjalan kurang dari 10 menit dari rumah ke sekolah.
”Kadang mati lampu, jadi saya kesulitan belajar. Mata pelajaran yang paling sulit itu matematika. Tetapi di sini kami belajar bersama sehingga saya tidak begitu takut. Semoga besok bisa mengerjakan ujian dengan baik,” ujarnya.
Tidak hanya siswa, orangtua mereka juga merasakan lelahnya menuju sekolah sambil menghadapi banjir. Marni (41), warga RW 009 Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, mengatakan, dia bersama anaknya harus berangkat sebelum pukul 06.30.
”Belum lagi harus menaiki perahu sampai ke jalan, lalu naik angkutan umum. Kami lelah. Semoga saja banjir ini cepat surut,” katanya.