DEPOK, KOMPAS — Pemerintah mengantisipasi potensi gangguan kelistrikan saat pemungutan suara Pemilu 2019 berlangsung. Pengamanan pasokan listrik menjadi kunci agar proses pemungutan hingga penghitungan suara berjalan lancar pada Rabu, 17 April.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memprediksi, beban puncak di wilayah Jawa-Bali pada 17 April 2019 akan mencapai 15.571 megawatt (MW) pada siang hari dan melonjak jadi 22.895 MW pada malam hari.
”Hindari gangguan kelistrikan pada kantor-kantor Komisi Pemilihan Umum di daerah hingga penghitungan suara,” ucap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan saat meninjau Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali PLN di Depok, Jawa Barat, Jumat (12/4/2019).
Jonan meminta PLN terus berkoordinasi terkait kebutuhan listrik dengan KPU di daerah setempat hingga ke daerah terpencil. Unit layanan PLN juga mesti siaga memantau pasokan listrik.
Menanggapi arahan tersebut, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PLN Amir Rosidin menyatakan kesanggupan dalam memenuhi kebutuhan listrik berkaitan dengan Pemilu 2019. PLN juga akan mengerahkan 19.000 petugas pada 10-24 April 2019.
”Sejauh ini, pasokan listrik tergolong cukup untuk debat kelima, kampanye terbuka, dan hari-H pencoblosan. Kami menyiapkan sistem kelistrikan agar cukup untuk H-7 hingga H+7 17 April 2019,” ucapnya dalam kesempatan yang sama.
Berstatus siaga
Dari sisi cadangan di 20 sistem listrik nasional, terdapat 5 sistem listrik yang berstatus siaga, yakni di Sulawesi Utara-Gorontalo, Sorong, Lampung, Sumatera bagian utara, serta Sumatera bagian selatan dan tengah. Kelima sistem ini memiliki cadangan daya di bawah 30 persen.
Jika dibandingkan dengan hari lainnya, beban puncak pada hari-H pencoblosan Pemilu 2019 lebih rendah 12 persen-29 persen karena mayoritas aktivitas bisnis dan industri turut libur. Oleh sebab itu, Amir memprediksi, cadangan di bawah 30 persen itu akan meningkat menjadi di atas 30 persen.
Selain itu, imbas penurunan beban listrik juga membuat PLN akan memadamkan sementara sejumlah pembangkit dengan total daya sekitar 1.000 MW. Amir mengatakan, pemadaman sementara ini bertujuan untuk efisiensi operasional sistem kelistrikan.
Berkurangnya beban puncak turut menurunkan transfer daya dari Jawa Timur ke Jawa Tengah dan Jawa Barat menjadi 1.200 MW-1.500 MW. Pada kondisi normal, transfer dayanya sebesar 2.000 MW-2.500 MW.
Cadangan sumber energi untuk pembangkit listrik, yang mayoritas berupa batubara, juga tergolong cukup. ”Pasokannya dalam kategori cukup untuk 20 hari,” kata Amir.