Konsumsi ikan ini belum merata. Ada daerah yang masyarakatnya makan ikan 9 kg per kapita per tahun, tetapi ada juga yang mencapai 60 kg per kapita per tahun.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS – Konsumsi ikan nasional terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, konsumsi ikan antardaerah masih timpang. Kementerian Kelautan Perikanan juga membagikan bantuan bibit dan pakan ikan untuk pemerataan konsumsi ikan.
Data KKP, tingkat konsumsi ikan rata-rata nasional 38,14 kilogram per kapita pada 2014. Jumlah ini meningkat menjadi 47,7 kg per kapita pada 2017 dan mencapai 50 kg per kapita tahun lalu.
“Namun, konsumsi ikan ini belum merata. Ada daerah yang masyarakatnya makan ikan 9 kg per kapita per tahun, tetapi ada juga yang 60 kg per kapita per tahun,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat mengunjungi milad ke-67 Persatuan Umat Islam Kuningan di Desa Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis (11/4/2019).
Susi berkunjung didampingi Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP Rina. Dalam kunjungannya, ia mengampanyekan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) dan Gerakan Masyarakat untuk Sadar Mutu dan Karantina Ikan (Gemasatukata).
Bersama Bupati Kuningan Acep Purnama, Susi juga mendatangi Pondok Pesantren Mambaul Huda di Ciawigebang. Selain menggelontorkan bantuan masing-masing 1 ton ikan konsumsi berikut pakan, KKP juga memberikan 50.000 bibit ikan nila dan emas.
Menurut Susi, pihaknya terus mendorong pemerataan konsumsi ikan melalui kampanye dan bantuan benih serta pakan ikan. Kuningan merupakan titik ke-10 kampanye Gemarikan dan Gemasatukata di wilayah Jabar sepekan terakhir. Sebelumnya, hal serupa dilakukan di Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, dan Kota Banjar. Kegiatan yang sama juga dilakukan di sejumlah pesantren di Jawa Timur.
“Kami ingin konsumsi ikan seperti Jepang yang mencapai 80–100 kg per kapita per tahun. Ikan dapat mencegah stunting (gagal tumbuh) karena mengandung protein dan omega. Satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting,” lanjutnya.
Ikan, lanjutnya, juga lebih murah dibandingkan daging sapi. Satu kilogram daging sapi bisa mendapatkan tiga kilogram ikan. Ia juga meminta pembudidaya ikan agar mengonsumsi 70 persen produksinya dan menjual sisanya. “Jangan terbalik. Jual ikan untuk beli tahu dan tempe,” ucapnya.
Slamet menambahkan, produksi budidaya perikanan nasional tahun lalu mencapai 6,7 juta ton. Sekitar 60 persen berasal dari budidaya ikan air tawar, seperti emas, lele, dan nila. “Ini sudah mencukupi konsumsi ikan. Tahun 2024, kami menargetkan produksi budidaya ikan mencapai 10 juta ton. Ini belum termasuk budidaya rumput laut. Konsumsi ikan juga ditargetkan mencapai 73 kg per kapita per tahun saat itu,” ujarnya.
Menurut dia, pemerataan konsumsi ikan antara lain dilakukan dengan pembuatan bioflok, budidaya lele padat tebar dengan memanfaatkan kumpulan plankton di permukaan air. Empat tahun terakhir, pihaknya telah membangun 550 paket bioflok.
Satu paket berisi 12 lubang bioflok. Tahun ini, KKP akan membuat 200 paket bioflok. Selain peningkatan ekonomi dari budidaya ikan, konsumsi ikan masyarakat juga diharapkan meningkat.
“Kami juga membuat pakan ikan melalui pabrik di Pangandaran, Jabar, dengan kapasitas 1.000 kg per jam,” ungkapnya. Selama ini, pakan menjadi salah satu kendala pengembangan budidaya perikanan. Sebab, bahan pakan masih bergantung impor.
Bupati Kuningan Acep Purnama mengapresiasi langkah KKP untuk meningkatkan konsumsi ikan di daerah. “Selama ini, kami masih mendatangkan ikan dari daerah lain. Kami baru mampu memproduksi 18.000 ton ikan dari kebutuhan 25.000 ton per tahun,” ujarnya.