Gunung Agung Erupsi, Hujan Abu dan Pasir Selama Tiga Jam
Hujan abu dan pasir selama tiga jam melanda sejumlah wilayah pada radius 12 kilometer dari puncak Gunung Agung di Bali, setelah gunung tersebut erupsi Kamis (11/4/2019) petang. Erupsi membumbungkan kolom abu setinggi 2.000 meter dengan lava pijar sekitar 2 menit 8 detik
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·2 menit baca
KARANGASEM, KOMPAS - Hujan abu dan pasir selama tiga jam melanda sejumlah wilayah pada radius 12 kilometer dari puncak Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, setelah gunung itu erupsi Kamis (11/4/2019) petang. Erupsi membumbungkan kolom abu setinggi 2.000 meter dengan lava pijar sekitar 2 menit 8 detik.
Erupsi terjadi pukul 18.47 Wita. Suara gemuruh dan dentuman juga terdengar di sekitar radius 6 kilometer dari puncak. Meski demikian, hingga pukul 22.00 Wita, tidak ada warga mengungsi. Hal ini berbeda ketika Gunung Agung memunculkan lava pijar pertama kali pada 2 Juli 2018. Sekitar 7 menit dan 21 detik setelah erupsi, sebanyak 1.963 jiwa sudah mengungsi.
“Hingga malam ini, petugas posko Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung belum mencatat laporan pengungsian. Hujan abu pun masih tipis-tipis turun sampai di radius 12 kilometer,” kata Ketua Pasebaya Gunung Agung I Gede Pawana.
Hingga malam ini, petugas posko Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung belum mencatat laporan pengungsian
Berdasarkan laporan warga yang tergabung dalam forum Pasebaya ini, hujan abu disertai pasir deras melanda wilayah pada radius 6 kilometer dari puncak gunung. Kawasan Pura Besakih yang berada sekitar 7 kilometer dari arah barat daya juga turun hujan dan abu.
Masyarakat dengan dana swadaya dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, membagikan ratusan masker kepada para umat yang tengah bersembahyang di Pura Besakih. Pura Besakih masih menggelar upacara Panca Wali Krama selama sebulan. Ribuan umat, setiap hari mendatangi pura itu selama upacara berlangsung.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamis Syahbana menjelaskan, kemunculan lava pijar menandakan aktivitas magmatik Gunung Agung masih aktif. Hingga saat ini, kondisinya berada dalam sistem terbuka, sehingga tidak perlu gempa dalam jumlah banyak lagi untuk erupsi. Alasannya, fluida magma naik relatif tanpa hambatan.
Awal tahun ini, PVMBG memasang sekitar 53 unit alat untuk memantau aktivitas Gunung Agung. Menurut Devy, alat tersebut membantu para petugas meneliti formula Gunung Agung ini serta memantau aktivitas magma di gunung.
Menurut Devy, erupsi terjadi ketika terjadi kelebihan tekanan (over pressure) akibat fluida magma yang bergerak naik. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat dihimbau tidak naik ke puncak. Ia mengimbau pula warga setempat tidak panik. Jangkauan erupsi sampai sekarang masih di dalam radius 4 kilometer.
Kepala BPBD Bali Made Rentin berharap erupsi kali ini menjadikan warga semakin tangguh menghadapi bencana. Pada pelaksanaan pemilu 17 April mendatang, dia juga menyiapkan ribuan masker bagi masyarakat.