Perhelatan mengenang letusan Gunung Tambora 1815 itu merupakan titik awal mendorong padang savana sebagai Nomadic Tourism.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
DOMPU, KOMPAS - Festival Pesona Tambora 2019 Ke-5 yang dipusatkan di padang savana Doro Ncanga, Kecamatan Pekat, Dompu, Nusa Tenggara Barat, berlangsung Kamis (11/4/2019). Perhelatan mengenang letusan Gunung Tambora 1815 itu merupakan titik awal mendorong padang savana sebagai Nomadic Tourism.
“Sejak kali pertama Festival Tambora digelar (2015) hingga saat ini padang savana Doro Canga di bawah kaki Tambora ini mulai dikenal. Oleh karena itu ke depan padang savana dikembangkan sebagai Nomadic Tourism, guna menyikapi keterbatasan akomodasi yang ada,” kata Bupati Dompu Bambang H Yasin kepada media.
Festival Tambora kali ini dimeriahkan berbagai gelaran seni-budaya, di antaranya tari kolosal Doro Mantika (Gunung Cantik) yang melibatkan 350-an penari, serta Tari Tambora dan Takdir Cinta dengan 20-an penari di bawah arahan koreografer Denny Malik yang juga konsultan Kementerian Pariwisata, sehingga tampilannya menarik dengan fashion yang juga sangat menarik," kata Staf Ahli Bidang Multikultur Pemasaran Regional I Kementerian Pariwisata RI, Esthi Reco Astuti.
Nomadic Tourism merupakan strategi membangun aksesabilitas dan akomodasi dengan konsep nomadic atau nomaden. “Jadi para wisatawan yang datang tidak perlu hotel atau penginapan lagi. Cukup datang menggunakan mobil karavan, beraktivitas, dan menikmati keindahan alam yang ada di kaki Gunung Tambora yang sangat indah ini," ujar Bambang yang bertekad menggelar Festival Tambora menjadi event tahunan bagi kabupaten itu.
Padang savana Doro Ncanga –yang oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dikatakan suasananya mirip suasana di Afrika- itu menjadi ladang penggembalaan jutaan ternak piaraan penduduk, seperti sapi, kerbau, dan kuda. Pemilik melepasliarkan ternak-ternak itu untuk mencari makan di alam tiap hari.
Pada musim hujan, padang savana itu menghijau oleh hamparan rumput dengan latar belakang Gunung Tambora yang dalam sejarahnya disebut memuntahkan bebatuan di hamparan rumput itu. Saat panas terik, hewan-hewan itu menghampiri beberapa sumber air di seputar savana itu. Padang savana ini salah satu pintu masuk pendakian ke Gunung Tambora.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah berharap Kementerian Pariwisata terus mendukung festival itu sebagai upaya promosi berbagai potensi perekonomian di bawah kaki Gunung Tambora. Di sekitar Doro Ncanga, selain berkembang sebagai destinasi wisata, juga bermunculan investasi yang berarti daerah itu berkembang.
"Suatu saat bukan hal yang mustahil daerah terpencil seperti di kaki Gunung Tambora ini bisa berkembang menjadi pusat perekomian,” ujar dia.
Menurut Esthi Reco Astuti, Pemkab Dompu telah bekerja keras mempersiapkan acara Festival Pesona Tambora 2019 sehingga sukses. Festival itu termasuk empat agenda kepariwisataan di NTB, yang masuk dalam 100 agenda Kementerian Pariwisata, selain Festival Bau Nyale (Lombok Tengah), Festival Pesona Ramadhan (Kota Mataram), dan Festival Moyo (Kabupaten Sumbawa).
Keempat agenda di NTB ini juga mendapat dukungan (anggaran) dari APBN. "Itu sesuai arahan Menteri Pariwisata, khususnya Bapak Presiden RI agar penyelenggaraannya dilaksanakan secara profesional dan menarik, dengan balutan nuansa pakaian yang juga unik, namun tetap menonjolkan lokalnya," Esthi mengutarakan.
Esthy juga mengingatkan hal penting yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat hadir dalam Festival Tambora tahun 2015, bahwa keberhasilan Lombok meraih tingkat satu destinasi halal patut diapresiasi.
Menteri Pariwisata pun siap membantu gelaran ajang Tambora yang dikemas secara profesional dengan tampilan indah. Selain tentu saja berkomitmen menjaga lingkungan dan keasrian alam, serta mempertimbangkan akses dan jarak tempuh destinasi wisata itu sendiri.