SURABAYA, KOMPAS — Indonesia kembali akan melakukan kerja sama pengadaan tiga kapal selam dengan industri galangan kapal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Co Ltd. Kerja sama transfer teknologi (ToT) bersama PT PAL (Persero) ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam negeri agar mampu memproduksi kapal selam secara mandiri.
Penandatanganan kerja sama pengadaan tiga kapal selam gelombang kedua senilai 1,2 milar dollar AS itu akan dilakukan pada Jumat (12/4/2019) di Surabaya. Pembuatan tiga kapal selam tersebut akan selesai dalam waktu 77 bulan. Satu kapal selam dibuat bersama-sama di Surabaya dan Korea Selatan, sedangkan dua lainnya sepenuhnya akan dibuat di Indonesia.
Sebelumnya, Indonesia sudah memesan tiga kapal selam senilai 1,08 miliar dollar AS dengan DSME. Dua kapal selam dibuat di Korea Selatan dan satu kapal selam sebagian dibuat di Indonesia. Kapal selam ketiga itu dinamai Alugoro.
”Pembangunan kapal selam yang keempat sebagian masih dilakukan di Korea Selatan, tetapi yang kelima dan keenam sudah dibangun (seutuhnya) di Indonesia,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu seusai acara Penamaan dan Peluncuran Kapal Selam Ke-3 di Dermaga Kapal Selam PT PAL, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (11/4).
Hadir dalam acara tersebut antara lain Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Siwi Sukma Adji, Direktur Utama PT PAL Budiman Saleh, dan Vice President DSME Tong Sik-seo.
Pembangunan kapal selam yang keempat sebagian masih dilakukan di Korea Selatan, tetapi yang kelima dan keenam sudah dibangun (seutuhnya) di Indonesia.
Ryamizard mengatakan, Indonesia setidaknya membutuhkan 12 kapal selam untuk menjaga kedaulatan dari Sabang hingga Merauke. Namun, hingga saat ini, baru lima kapal selam yang dimiliki negara dengan luas lautan mencapai 3,2 juta kilometer persegi. Oleh sebab itu, pemenuhan kapal selam akan terus dilakukan setidaknya dalam enam tahun mendatang agar bisa mencapai 12 unit.
Lima kapal selam yang sudah dimiliki Indonesia terdiri atas dua kapal selam buatan Jerman, KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, yang diproduksi tahun 1981. Adapun tiga lainnya diproduksi oleh Korea Selatan, yakni KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404, dan KRI Alugoro.
Berbeda dengan dua kapal selam yang seutuhnya dibuat oleh DSME, kapal selam ketiga ini beberapa bagian di antaranya diproduksi oleh putra-putri terbaik Indonesia di Surabaya. KRI Alugoro diproduksi secara modular oleh kedua tim dari DSME dan PT PAL. Dalam pembuatan tiga kapal selam gelombang pertama, Indonesia mengirimkan 206 putra-putri terbaik untuk ambil bagian dalam transfer teknologi dengan Korea Selatan.
Ketiga kapal selam buatan Korea Selatan itu berjenis Diesel Electric Submarine U209/1400 (KSDE U209 Chang Bogo Class). Kapal selam dengan panjang 61,3 meter itu mampu mencapai kecepatan 21 knot ketika berada di bawah air dengan kapasitas kru 40 orang. Kapal selam yang diklaim memiliki keunggulan pertempuran di bawah laut ini memiliki masa pakai hingga 30 tahun. Kapal selam ini juga dipersenjatai torpedo dengan fasilitas delapan tabung peluncur.
Menurut Ryamizard, kerja sama dengan DSME dalam pemesanan tiga kapal selam merupakan bagian dari ToT. Indonesia akan terus mengirim putra-putri terbaiknya dari PT PAL untuk mempelajari pembuatan kapal selam dari Korea Selatan hingga mereka mampu memproduksi secara mandiri di Tanah Air.
Bertambahnya kapal selam dan kemampuan dalam membuat kapal selam secara mandiri menjadikan Indonesia makin diperhitungkan dunia. Ryamizard mengklaim kekuatan pertahanan Indonesia pada 2019 berada di posisi 10 besar dunia, naik sembilan peringkat dibandingkan dengan lima tahun lalu.
Budiman mengatakan, keberlanjutan pemesanan kapal selam dengan sistem transfer teknologi bisa meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di PT PAL. Kerja sama dengan DSME merupakan sebuah peluang bagi bangsa Indonesia agar mampu mandiri dalam membuat alutsista tanpa bergantung pada negara lain.
”Fasilitas di PT PAL sudah mampu melakukan pemeliharaan, perbaikan, dan pemeriksaan kapal selam,” ujarnya.