Banjir yang merendam ribuan rumah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tidak hanya dipicu curah hujan tinggi, tetapi juga rusaknya Sungai Cimanuk. Hulu daerah aliran sungai itu beralih fungsi sementara di hilir saluran pembuangan buruk dan maraknya bangunan liar di bantaran sungai.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Banjir yang merendam ribuan rumah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tidak hanya dipicu curah hujan tinggi, tetapi juga rusaknya Sungai Cimanuk. Hulu daerah aliran sungai itu beralih fungsi, sementara di hilir saluran pembuangan buruk dan banyak bangunan liar di bantaran sungai.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Indramayu, hingga Rabu (10/4/2019), banjir merendam 8.271 unit rumah dengan ketinggian 20-100 sentimeter. Banjir melanda 19 desa di Kecamatan Indramayu, Sindang, Pasekan, Lohbener, dan Cantigi. Saat banjir pertama kali memasuki rumah warga, Senin (8/4/2019) sore, banjir menggenangi enam desa di Indramayu.
Sampai hari ini, sebanyak 24.813 jiwa dan sejumlah perkantoran serta sekolah terdampak. Kerugian akibat banjir diperkirakan Rp 4,135 miliar. Sebagian besar penyintas mengungsi ke rumah kerabat, masjid, dan balai desa. Bahkan, ratusan penyintas di Desa Babadan, Sindang, mengungsi di pinggir sungai, beralaskan tikar dan beratap terpal.
Banjir tersebut berasal dari luapan Sungai Cimanuk. Sungai sepanjang 180 kilometer itu berhulu di kaki Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, lalu melintasi Sumedang, Majalengka, dan berakhir di Indramayu. Hujan deras di daerah hulu berpotensi menyebabkan banjir di hilir.
Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung Happy Mulya, saat banjir, debit air di Cimanuk 1.400 meter kubik per detik. ”Kapasitas Cimanuk 1.200 meter kubik per detik, sementara Waduk Jatigede (Sumedang) belum mampu menahan air dari hulu karena masih dalam pembangunan,” ujarnya saat mengunjungi Indramayu.
Kapasitas Cimanuk 1.200 meter kubik per detik, sementara Waduk Jatigede (Sumedang) belum mampu menahan air dari hulu karena masih dalam pembangunan.
Happy mengatakan, banjir juga dipengaruhi kondisi DAS Cimanuk yang rusak. ”Di hulu, lahan kritis mencapai 31 persen atau sekitar 110.000 hektar. Hutan beralih fungsi menjadi tanaman sayuran,” ujarnya.
Kondisi itu tampak ketika banjir bandang melanda Garut pada September 2016. Sebanyak 34 orang tewas dan 19 lainnya hilang di aliran Sungai Cimanuk (Kompas, 27/9/2016).
Pendangkalan
Menurut Happy, sungai juga mengalami pendangkalan karena sedimentasi. Banjir bandang Garut saja, lanjutnya, membawa sedimentasi tanah hingga 5 juta meter kubik di Sungai Cimanuk. Adapun laju erosi 4,7 milimeter per tahun. ”Ini sangat berat. Normalnya, hanya 2 mm per tahun,” ungkapnya.
Di hilir, bantaran sungai diokupasi bangunan liar sehingga sungai menyempit. Tanggul sungai bahkan dijadikan usaha batu bata. Sungai Cimanuk lama yang bermuara di Laut Karangsong juga tak lagi berfungsi. Sampah dan eceng gondok menutupi hampir seluruh aliran sungai, bercampur dengan sampah rumah tangga.
Di Pagirikan, Pasekan, aliran sungai terhambat jalan dan usaha pembuatan perahu warga. Jalan aspal itu masih digunakan warga meski Pemkab Indramayu telah mengoperasikan jembatan sepanjang 300 meter tahun lalu.
Sungai Cimanuk lama menjadi saluran pembuangan selain Sungai Cimanuk baru yang bermuara di Cantigi. Akibatnya, banjir tak kunjung surut.
Pada Rabu sore, BBWS Cimanuk-Cisanggarung bersama Pemkab Indramayu sepakat membongkar jalan yang menghadang aliran Sungai Cimanuk lama. ”Targetnya empat sampai lima hari. Kami juga akan menormalisasi Cimanuk lama. Dari panjang 13 kilometer, yang sudah dikerjakan 3 kilometer,” ujar Happy.
Dalim (59), warga Babadan, berharap pemerintah serius menanggulangi banjir. ”Ini banjir terparah. Pada 2014, kami tidak sampai mengungsi. Cimanuk dibiarkan rusak, tidak diurus,” ujarnya.
Bupati Indramayu Supendi meminta kepada BBWS Cimanuk-Cisanggarung untuk memperbaiki empat tanggul kritis yang rawan jebol. ”Kami segera menertibkan bangunan liar di pinggir sungai pascabanjir,” ujarnya.
Kami segera menertibkan bangunan liar di pinggir sungai pascabanjir.
Kepala Polres Indramayu Ajun Komisaris Besar M Yoris Marzuki siap membantu Pemkab Indramayu dalam proses penertiban tersebut. ”Kami menjamin tidak ada gangguan dari pihak mana pun,” ucapnya.