JAKARTA, KOMPAS - Koordinasi antarpemain tim LKG-SKF Indonesia yang disiapkan menuju Piala Gothia 2019 masih belum optimal. Hal itu akibat lemahnya komunikasi antarpemain. Jajaran pelatih menilai, itu karena tim baru tiga kali berkumpul dan berlatih bersama, pekan lalu.
Hal itu tampak jelas ketika tim LKG-SKF Indonesia menang 3-0 atas tim Sister City DKI Jakarta dalam laga persahabatan di Lapangan C Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (9/4/2019). Laga tersebut digelar tiga babak, dengan masing-masing babak berdurasi 30 menit.
Pelatih tim LKG-SKF Indonesia Jumhari Saleh memainkan formasi 4-3-3. Pada babak pertama, taktik atau strategi permainan tidak berjalan. Tim ibarat bermain tanpa pola. Umpan antarpemain pun sering gagal atau dipotong lawan. Beruntung, tim itu mendapatkan peluang kemelut di depan gawang lawan, yang berbuah gol lewat sepakan gelandang Muhammad Naufal Putra pada menit ke-10.
Di babak kedua, cara bermain tim tak jauh berbeda. Tak pelak, tim lawan justru bisa menekan. Tim LKG-SKF beruntung bisa mencetak gol lewat bek M Adlin Cahya Prastya, memanfaatkan kemelut di muka gawang lawan.
Pada babak ketiga, permainan tim jauh lebih baik. Umpan satu-dua sentuhan dilakukan atraktif. Pemain pun bergerak lebih cepat dan lebih menekan lawan dengan memanfaatkan kelebihan olah bola dan kecepatan. Tim LKG-SKF menciptakan satu gol tambahan lewat penyerang Muhammad Rido Julian.
Jumhari mengatakan, koordinasi antarpemain memang belum optimal. Terbukti, perbaikan pola baru terjadi di babak ketiga setelah jajaran pelatih memberikan instruksi lebih tegas kepada pemain agar lebih kompak dan padu.
Menurut Jumhari, selain karena pemain baru tiga kali bertemu, mereka juga masih kaku bermain di lapangan sintetis di Lapangan C Senayan. Laga persahabatan melawan Sister City DKI juga pertandingan pertama sebagai satu tim.
”Namun, saya yakin pemain bisa lebih kompak dan padu kalau lebih sering berlatih dan bermain bersama. Saya harap mereka sudah bisa jauh lebih baik saat laga persahabatan pada Mei atau Juni mendatang,” ujar Jumhari.
Bek tim LKG-SKF Indonesia Mulkan Hanif Alfaris menuturkan, karena belum saling kenal, banyak pemain masih sungkan atau ragu menegur rekannya. Akibatnya, tim cenderung diam di lapangan, baik saat ditekan maupun menekan. Namun, Mulkan yakin tim akan makin kompak jika sering bermain dan bertanding bersama. ”Intinya antarpemain harus berani bawel,” katanya.
Pelatih Sister City DKI Jakarta Asep Padian mengutarakan, kelemahan utama tim LKG-SKF Indonesia memang pada koordinasi ataupun komunikasi antarpemain. Kelemahan itu harus segera dibenahi karena sepak bola olahraga tim.
Tim LKG-SKF terdiri dari 24 pemain terbaik dari 16 SSB peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2018/2019. Tim akan diciutkan menjadi 18 pemain, sebelum bertolak ke Swedia untuk Piala Gothia, 14-20 Juli 2019.