Tumpukan Sampah TPA Sumur Batu Longsor dan Picu Banjir
Oleh
Stefanus Ato
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Sumur Batu, milik Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, longsor dan menutupi aliran Kali Asem. Air kali itu meluber ke jalan raya dan menghambat akses masuk ratusan truk sampah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ke TPA Bantar Gebang. Longsor itu dipicu daya tampung TPA Sumur Batu yang sudah melebihi kapasitas.
Gilang (25) salah satu warga yang bermukim tak jauh dari TPA Sumur Batu, pada Selasa (9/4/2019) memgatakan, longsoran TPA Sumur Batu sudah terjadi berulang kali selama satu bulan terakhir. Longsoran terbaru, terjadi pada Selasa dinihari, setelah wilayah itu diguyur hujan lebat pada Senin (8/4/2019) malam.
Longsoran material sampah itu menutup aliran Kali Asem yang lebar salurannya sekitar 5 meter. Dampaknya, air sungai meluber ke jalan raya dan merendam gubuk-gubuk yang dihuni 20 kepala keluarga, warga RT 04 RW 03 Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi.
Permukiman warga terendam air setinggi pinggang orang dewasa. Rumah warga berada tepat di tepi Kali Asem dan hanya berjarak sekitar 50 meter dari longsoran TPA Sumur Batu.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menuturkan, pada Selasa dini hari, tiga truk pengangkut sampah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terguling saat melintasi jalan yang tergenang air setingi lutut orang dewasa. Truk itu terguling karena pengemudi melintas di pinggir jalan yang terdapat saluran drainase.
"Air penuh di jalan, makanya sopirnya bingung mana jalan dan mana saluran air," kata dia.
Longsor itu, kata Asep, terjadi karena hujan deras yang mengguyur Kota Bekasi dengan intensitas lebat, pada Senin malam. Material longsor runtuh dan masuk ke dalam aliran Kali Asem dan menyebabkan penyumbatan.
Dia mengakui, kalau longsoran itu sudah terjadi berulang dalam jangka waktu satu bulan terakhir. Selama ini, pengelola TPST Bantar Gebang, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, secara mandiri membersihkan dan mengeruk aliran kali itu, karena dampak dari longsor menghambat akses masuk truk pengangkut sampah dari DKI Jakarta.
"Kami sering bantu, tetapi (Pemerintah Kota) Bekasi sendiri kurang peduli dengan TPA-nya," ucap Asep.
Melebihi kapasitas
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Jumhana Luthfi, mengatakan, meluapnya aliran Kali Asem bukan karena longsoran dari TPA Sumur Batu. Namun, disebabkan oleh curah hujan tinggi.
"Makanya air meluap dan sampah-sampah di pinggir itu hanyut dan menutupi Kali Asem," kata Jumhana.
Dia mengakui, sampah yang hanyut dipengaruhi oleh daya tampung TPA Sumur Batu yang sudah melebihi kapasitas. Adapun penanganan dalam jangka pendek, Pemkot Bekasi akan menurunkan alat berat berjenis amfiibi untuk mengeruk sedimen dan sampah yang menghambat aliran air Kali Asem, pada Rabu (10/4/2019).
Berdasarkan catatan Kompas, luas keseluruhan TPA Sumur Batu sebesar 19 hektar. Namun, kondisinya sudah melebihi kapasitas dan hanya mampu menampung 900 ton sampah setiap hari.
Padahal, produksi sampah Kota Bekasi setiap tahun meningkat. Pada tahun 2017, sampah Kota Bekasi sebesar 1.700 ton per hari. Pada tahun 2019 meningkat menjadi 1.900 ton per hari.
Pemkot Bekasi telah melakukan beberapa upaya dengan memperluas tempat penampungan hingga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA itu. Namun, PLTSa yang ditargetkan mampu mengelola 1.028 ton sampah per hari itu tak kunjung beroperasi hingga saat ini.