Totttenham Hotspur bertekad menghadirkan “neraka” bagi Manchester City di laga perempat final Liga Champions, Rabu ((10/4/2019) dini hari WIB. Semangat bergelora itu muncul setelah “Lili Putih” pulang ke rumahnya di Stadion White Hart Lane yang baru.
LONDON, SENIN – Tiada tempat seindah di rumah. Kalimat mutiara itu menggarisbawahi kepulangan Tottenham Hotspur di White Hart Lane Baru, Kamis (4/4/2019) dini hari WIB lalu. Kembang api, air mata haru, dan nyanyian tanpa henti mengiringi kemenangan Spurs 2-0 atas Crystal Palace di stadion yang baru saja selesai dibangun ulang itu.
White Hart Lane Baru, yang disebut juga Stadion Tottenham Hotspur, dibangun dari puing-puing stadion lama tim asal London itu. Mereka kembali ke rumahnya setelah sempat “mengungsi” hampir dua tahun di Stadion Wembley. Kepulangan itu langsung berdampak nyata bagi Spurs. Tim yang sempat tertatih-tatih itu meraih kemenangan pertamanya di Liga Inggris dalam dua bulan terakhir.
Stadion Tottenham, yang berkapasitas 62.026 kursi, seolah memberikan energi baru bagi para pemain Spurs. Berbeda dengan Wembley, nyaris tiada jarak antara lapangan dengan tribune penonton di stadion baru itu. Tim dan penonton pun bisa kian dekat dan intim. Setiap teriakan, sekecil apa pun, kini bisa terdengar lebih jelas dan nyaring di telinga para pemain.
“Mustahil untuk tidak terpengaruh oleh dukungan fans, energi, dan emosi, di stadion seperti ini. Jika tidak termotivasi dalam atmosfer (stadion) seperti ini, berarti ada yang salah di kepalamu. Dapat dipastikan, ini bakal sulit bagi lawan-lawanmu,” ujar Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino yang terharu dan bangga dengan stadion baru Spurs itu.
Duel kontra Manchester City di perempat final Liga Champions, Rabu dini hari WIB, bakal menjadi malam inaugurasi Stadion Tottenham di kancah Eropa. Stadion senilai Rp 15,7 triliun itu bakal disesaki pendukung Spurs yang telah menunggu 57 tahun untuk melihat tim kesayangannya masuk jajaran empat besar tim terbaik di Benua Biru. Kali terakhir Spurs tampil di semifinal Liga Champions Eropa adalah 1962 silam.
“Ini (Stadion Tottenham) adalah tempat fantastis untuk bermain. Saya ikut merinding mendengar teriakan, dukungan fans (di laga kontra Palace). Itu menjadi energi ekstra kami. Jika mereka (fans) mampu mengulanginya (pada laga kontra City), mudah-mudahan laga itu akan menjadi malam bagus buat kami,” tutur Harry Winks, gelandang Spurs, termotivasi.
Tak ayal, stadion swasta terbesar di London itu dapat menghadirkan neraka bagi tim tamu, City. Stadion Tottenham serupa Anfield, stadion Liverpool FC yang menjadi kuburan “The Citizens” pada Liga Champions musim lalu. City tidak berkutik dan takluk 0-3 di laga perempat final Liga Champions setahun silam. Sorakan tanpa henti fans Liverpool di Anfield membuat para pemain City tampil kikuk dan ceroboh.
Mereplikasi Anfield
Spurs bakal mereplikasi atmosfer permusuhan itu ketika menjamu City. Kebetulan, kedua stadion punya kemiripan. Jarak maksimum lapangan dengan tribune penonton di kedua stadion itu sama-sama 8 meter. Kedua klub juga memiliki pendukung fanatik. “Peluang Spurs mengalahkan City lebih besar ketimbang saat mereka masih di Wembley. Atmosfer stadion baru klub itu sungguh luar biasa,” ujar Alan Shearer, mantan pemain Liga Inggris, kepada The Sun.
Seperti Liverpool, Spurs juga bakal tampil berani. Barisan penyerang dan gelandang serang mereka seperti Harry Kane, Dele Alli, dan Christian Eriksen, bakal tampil agresif saat kehilangan bola. Barisan bek City seperti John Stone dan Aymeric Laporte kerap gugup dan kehilangan bola ketika diteror dan ditekan deras barisan penyerang lawan. Potensi absennya bek sayap, Kyle Walker, bisa kian menyulitkan City.
Meskipun demikian, City tidak gentar dengan ancaman Spurs. Menurut Kevin De Bruyne, gelandang City, stadion baru tidak akan membantu Spurs. “Setiap orang membahas stadion itu sebagai sesuatu yang spesial. Saya sendiri tidak peduli dengan hal itu. Setiap klub punya stadion dan fans masing-masing. Untuk itu, tidak akan ada perbedaan. Ya, laga ini memang bakal sulit. Namun, saya kira, kami bakal baik-baik saja,” ujarnya dikutip ESPN.
City memang tampil sangat percaya diri menatap laga ini. Terlepas potensi absennya Walker, sejumlah pemain andalan lainnya seperti Bruyne dan striker Sergio Aguero kembali pulih. Mereka pun kian konsisten menuai hasil positif, dibuktikan dengan 22 kemenangan di 23 laga terakhirnya di berbagai kompetisi. Tak hanya itu, City merupakan tim paling garang di Liga Champions musim ini dengan koleksi 26 gol dari delapan laga.
Tak ayal, derbi Inggris di perempat final Liga Champions ini menjanjikan laga yang sengit, atraktif, bahkan hujan gol. Baik Spurs dan City kompak berambisi meraih semifinal Liga Champions keduanya sepanjang sejarah kedua klub. Terakhir kali City tampil di babak itu adalah pada 2016 silam. Saat itu, mereka masih diasuh manajer Manuel Pellegrini, bukan Pep Guardiola.
“Kami tidak punya waktu untuk hal lain, bahkan meminum setetes bir atau makan di restoran. Fokus kami adalah sepenuhnya di laga ini,” ujar Guardiola yang diharapkan mampu mengibarkan City di Liga Champions musim ini. (AFP)