JAKARTA, KOMPAS - Panduan penggunaan mata uang lokal dalam setiap transaksi perdagangan bilateral antarnegara Asia Tenggara tengah disusun. Stabilitas mata uang lokal diharapkan lebih terjaga bila ketergantungan mata uang dollar Amerika Serikat dalam perdagangan bilateral dapat dikurangi.
Bank Indonesia (BI) menjadi inisator dalam penyusunan panduan ini bersama tiga bank sentral lain di Asia Tenggara yakni Bank Negara Malaysia, Bangko Sentral ng Pilipinas, dan Bank of Thailand.
Direktur Departemen Internasional BI, Wahyu Pratomo, mengatakan penyusunan panduan perdagangan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) disepakati dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral seluruh ASEAN di Chiang Rai, Thailand, awal April lalu.
Menurut Wahyu, LCS bisa memberi pilihan bagi pelaku usaha agar tidak selalu menggunakan mata uang AS dalam melakukan transaksi perdagangan. Hal ini tentu dapat lebih menjaga stabilitas ekonomi domestik bila terjadi gejolak nilai tukar di pasar keuangan.
Local Currency Settlement (LCS) bisa memberi pilihan bagi pelaku usaha agar tidak selalu menggunakan mata uang AS dalam melakukan transaksi perdagangan
“LCS ditujukan untuk memberikan alternatif penggunaan mata uang selain dollar AS. Harapannya jika ada gonjang-ganjing arus modal keluar, aktivitas ekonomi di kawasan ASEAN tidak terganggu,” ujarnya di Jakarta, Selasa (9/4/2019).
Sebelumnya, pada 2016, Bank Indonesia telah menjalin dua kesepakatan dengan Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand untuk mendorong penyelesaian transaksi perdagangan bilateral dengan mata uang lokal masing-masing negara.
Wahyu mengakui total nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand dengan menggunakan mata uang lokal belum signifikan. Namun, pertumbuhan nilai perdagangan menggunakan LCS meningkat pesat.
Dia menuturkan, perdagangan Indonesia dan Malaysia yang menggunakan mata uang lokal pada 2018 setara dengan 130 juta dolar AS. Adapun untuk triwulan I-2019, nilai LCS antara Indonesia dan Malaysia sudah setara dengan 50 juta dolar AS.
Sementara itu, perdagangan Indonesia dengan Thailand dengan penggunaan mata uang lokal sepanjang triwulan I-2019, mencapai 13 juta dollar AS, meningkat dibandingkan triwulan I-2018 sebesar 7 juta dollar AS.
Deputi Direktur Departemen Internasional BI Haris Munandar mengatakan panduan ini sudah jadi prioritas antara bank sentral di ASEAN. Diharapkan rancangannya dapat selesai akhir tahun dan disepakati 10 negara ASEAN
“Targetnya dapat disahkan pada Pertemuan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan ASEAN pada April 2020 di Filipina,” ujarnya.
Haris berharap kerangka kerja sama yang saat ini baru diimplementasikan antara empat negara yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina mendorong penggunaan mata uang lokal lebih luas lagi dalam masyarakat ekonomi ASEAN.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, mengatakan bila LCS diperluas maka pelaku usaha akan mendapatkan lebih banyak opsi dalam memilih mata uang untuk penyesuaian transaksi.
“Hal ini bisa memberi banyak opsi bagi eksportir dan importir di regional Asia Tenggara sehingga mengurangi risiko nilai tukar, terutama di tengah kondisi pasar keuangan global saat ini yang masih bergejolak,” ujarnya.