Menyehatkan Perusahaan
Perkembangan teknologi membuat perusahaan telekomunikasi mesti bergerak cepat agar tidak tertinggal. Perubahan paling nyata, berupa penggunaan layanan suara dan pesan layanan singkat yang anjlok, mesti dihadapi dengan layanan data yang mumpuni.
Bagi PT Indosat Tbk, kerugian bersih Rp 2,4 triliun pada 2018 membuat perusahaan bergegas. Bukannya menahan diri, pemegang saham utama, Qatar Telecom, melalui Oooredoo Asia Pte Ltd, justru mengucurkan belanja modal 2 miliar dollar AS untuk 3 tahun. Indosat Ooredoo menambah jaringan untuk menyediakan layanan data.
Selain kinerja, hal yang kerap kali mengemuka adalah perlu atau tidak Pemerintah RI membeli kembali sahamnya. Saat ini, saham Indosat Ooredoo -yang masuk dalam daftar indeks Kompas100- ini dimiliki Ooredoo Asia Pte Ltd (65 persen), Pemerintah RI (14,29 persen), dan masyarakat (20,71 persen).
Berikut perbincangan Kompas dengan Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo, Chris Kanter, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Chris diangkat sebagai Presiden Direktur dan CEO dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 17 Oktober 2018. Sebelumnya, ia menjabat komisaris Indosat Ooredoo sejak 2010.
Berapa pangsa pasar Indosat di industri telekomunikasi Indonesia?
Indosat, lewat Satelindo, boleh dibilang sebagai penanda dan pelopor. Semua yang berbau pengembangan teknologi biasanya dikerjakan Indosat, misalnya anjungan tunai mandiri. Dalam perkembangannya, industri tumbuh. Dalam perjalanan, perusahaan naik-turun, ada kesalahan yang disebabkan kesalahan industri. Operator banting-bantingan harga. Investasi dalam 3 tahun ditekan. Keputusan itu salah. Sebab, pengembangan teknologi adalah keharusan di industri telekomunikasi. Sebagai perusahaan terbuka di bursa saham, harapan pemegang saham besar, tapi belanja modal untuk teknologi tidak cukup. Yang dilakukan, distributor dikasih diskon. Akibatnya, kami dalam posisi rugi.
Pada akhir 2017, kami tahu pada 2018 kinerja industri akan turun. Kami mengambil keputusan berani, membersihkan (nomor-nomor yang tidak aktif). Mesti direset dan dihapus dalam jumlah besar. Akibatnya, kami tahu betul akan anjlok. Keputusan kami, lebih baik reset dari awal supaya selanjutnya tinggal landas. Secara kebetulan, pemerintah mengeluarkan keputusan registrasi nomor telepon seluler prabayar dengan batasan tiga nomor. Dengan pembatasan itu, otomatis yang kami lakukan berbuah karena kami sudah membersihkan nomor-nomor prabayar. Dampak dari registrasi itu kecil bagi kami.
Pada 2018 rugi. Tapi rugi itu dasarnya setengah dari anggaran. Kenapa? Karena dalam 5 bulan terakhir, mulai akhir September 2018 sampai dengan Maret 2019, pertumbuhan Indosat konstan. Sampai dengan akhir tahun lalu, tumbuh 11 persen secara bulanan. Pertumbuhan berjalan terus dalam dua bulan terakhir. Menurut saya, kami sudah di jalur yang benar.
Kalau investasi tidak ada, Indosat akan terkapar terus. Tanpa investasi jaringan, Indosat akan keluar dari bisnis. Tahun ini Indosat belanja modal Rp 9 triliun-an. Yang 88 persen di antaranya untuk membangun jaringan dengan masif. Hal ini langsung terlihat. Citra Indosat kuat, mungkin karena yang pertama. Sebanyak 1 juta pengguna Facebook pindah ke Indosat pada Februari saja. Ini angka dari Facebook.
Target tahun ini?
Tahun ini kami akan menambah base transceiver station (BTS) 4G di lokasi baru. Belanja modal yang disediakan 2 miliar dollar AS dalam tiga tahun. Target bukan hanya pangsa pasar. Sebab, hampir semua orang memiliki beberapa nomor. Sebanyak 58 juta pelanggan Indosat adalah pelanggan aktif karena sudah kami bersihkan semua. Pada Februari kami memutus 1,2 juta nomor. Dampaknya, pendapatan malah naik. Kami akan menjaga agar begini terus. Namun, mesti dengan target menambah jaringan. Saat ini, hampir semua menggunakan data. Suara di semua operator turun signifikan. Perubahan terjadi cepat. Operator lain ada yang sudah berencana, ada yang mesti berubah karena penurunannya dahsyat. Data sudah jadi kebutuhan semua orang. Kalau dulu hanya di pusat kota, sekarang bahkan di kampung-kampung.
Telekomunikasi adalah industri padat modal...
Indosat diuntungkan karena kebetulan pemegang sahamnya Ooredoo, yang uangnya banyak. Selain itu, Ooredoo ingin menjadi pemain dunia yang ingin mengalahkan T-Mobile dan Vodafone, ingin menguasai pasar. Logikanya, lagi merugi kok malah menempatkan belanja modal. Ooredoo adalah pemain dunia. Pelanggan Indosat sekitar 56 persen dari pelanggan Ooredoo di dunia.
Bagaimana dengan pembelian kembali saham Indosat oleh pemerintah?
Isu ini naik lagi di tahun politik. Saya sudah menghadap Presiden Joko Widodo, menggambarkan situasi Indosat. Poinnya, Ooredoo sebagai pemegang saham. Satu, uangnya banyak. Dua, ingin menjadi operator dunia. Tiga, pelanggan Indosat sekitar 56 persen dari pelanggan Ooredoo di dunia. Jadi, kalau mau jadi operator dunia, sangat tidak masuk akal untuk menjual setengah dari basis pelanggan. Mestinya malah nambah. Barangkali, masih bisa jadi pilihan kalau penawarannya bagus, kalau mau beli dengan harga premium. Nilai sahamnya 2,5 miliar dollar AS, pada Desember 2018 nilainya sepertiga dari saat dibeli Ooredoo. Pemegang saham yang uangnya banyak, kalau beli (pada harga) 10 tapi akan dibeli balik (dengan harga) 3, tentu tidak mau.
Saya sampaikan, kalau diiming-imingi dibeli dengan harga 6, mungkin ada peluang. Tapi, di mata publik, kenapa barang harga 3 dibeli senilai 6? Akan dianggap merugikan negara. Pasti jalan itu tidak mungkin diambil. Presiden memahami. Saat itu Presiden bilang, kalau mengeluarkan uang dalam jumlah besar agar Ooredoo mau, mending (uangnya) digunakan untuk membangun infrastruktur. Jadi ini sesuatu yang lebih ke arah pertanggungjawaban.
Setiap tahun isu pembelian kembali saham Indosat muncul. Dari sisi bisnis menguntungkan atau tidak?
Sama sekali tidak, karena dana begitu besar. Kalau mau, dana lebih baik dipompa ke Telkomsel. Signifikansi (pembelian kembali) apa? Kalau dari sisi prioritas, kepentingan negara, kami bukan yang paling besar. Yang paling besar Telkomsel, yang kendalinya dari pemerintah. Kami juga tetap dalam kendali pemerintah. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan kalau menyangkut keamanan negara.
Pemerintah giat membentuk perusahaan induk. Layakkah direalisasikan di industri telekomunikasi?
Kalau bicara industri telekomunikasi, jumlah operator yang ada terlalu banyak. Yang terjadi, banting-bantingan harga. Di Indonesia, idealnya 3 operator cukup. Tapi, ini proses dari dulu. Kalau dilihat peta bisnisya, terlalu banyak. Hampir semua perusahaan terbatas dalam ekspansi jaringan. Dalam 3 tahun, ekspansi Indosat pelan sekali. Hal ini juga dialami operator lain. Harga kita terlalu tipis. Marjin paling rendah ada di Indonesia.
Bagaimana cara menyehatkan? Bisa saja pemerintah membuat harga batas bawah. Kalau pemerintah bikin harga batas bawah, jumlah telepon seluler aktif sekitar 358 juta ponsel atau nyaris 1,5 kali jumlah penduduk. Ponsel sudah jadi kebutuhan.
Cara terbaik adalah konsolidasi. Gampangnya, seperti bank. Semua menghasilkan laba, tidak ada banting-bantingan suku bunga. Semua sehat. Pemerintah tidak mungkin menutup perusahaan. Kalau konsolidasi, segmen setiap perusahaan akan berbeda dan saling menjaga karena sama-sama memerlukan ekspansi. Semua saling membutuhkan.
Untuk menambah jaringan dengan kecepatan, teknologi yang tepat dan belanja yang cukup karena sehat. Jalan keluar konsolidasi sebenarnya terbaik.
Soal Indosat, nomor satu, mau saya benahi dulu. Indosat mesti sehat dulu. Kalau tidak, nanti Indosat yang dicaplok. Saya akan melakukan merger dan akuisisi, tapi kalau Indosat menjadi bagian yang kecil, itu bukan yang diinginkan pemegang saham. Konsolidasi tidak bisa dipaksa karena murni keputusan korporasi. Pemerintah perlu membuat parameter untuk merger. Kalau parameter jelas, proses konsolidasi akan lebih mudah. Misalnya, saya menawar perusahaan X, dengan asumsi sepktrum segini dan pelanggan segini. Tahu-tahu spektrum tidak bisa dibawa. Orang bisa tidak mau berunding karena (aturan) tidak pasti.
Industri telekomunikasi berbeda dengan properti. Kalau di properti, merger, lokasi A ditambah lokasi B. Tapi di industri telekomunikasi tidak demikian. Banyak pelanggan yang tumpang tindih, misalnya pelanggan yang punya 2 kartu, bukan 30 juta ditambah 50 juta jadi 80 juta pelanggan. Kalau digabungkan, bisa jadi 60 juta pelanggan.
Indosat punya keinginan mengakuisisi. Perlu waktu berapa lama untuk sehat?
Saya targetnya pada tahun ke-3 mesti tumbuh sehat. Kalau konsolidasi, pasti imbang. Otomatis akan positif, tidak ada lagi dominasi satu perusahaan yang akan memunculkan hambatan. Sementara, kalau kita bicara teknologi, pada akhir Juni 2019, 4G sudah beres. Akan tetapi, sudah ada yang baru lagi ke 5G. Dari sisi teknologi, keungulan 5G banyak. Akan tetapi, dari sisi menara, perlu banyak.
Kalau harus banting-bantingan harga, dari mana modal untuk mengembangkan infrastruktur? Industri mesti sehat. Telekomunikasi menyangkut kebutuhan orang banyak. Sekarang semua serba dalam jaringan, serba data. Jadi, tidak bisa tidak, mesti jadi keputusan komersial murni. Regulator mesti ramah bisnis. Ketentuan ekspansi mesti kondusif. Pemerintah tidak bisa mengatur harga karena akan ribut.
Sektor informasi dan komunikasi tumbuh 7,04 persen pada 2018. Apakah pertumbuhan ini realistis?
Pertumbuhan ini realistis. Dikombinasikan dengan teman-teman di internet untuk segala (IoT), pertumbuh n mereka sangat signifikan. Kalau dilihat dari sisi kesehatan bisnis, harus dilihat keluarannya. Sehat dan bagus karena investor yang percaya akan level berikutnya, masuk. Level berikutnya macam-macam, ada yang berdiri sendiri atau data maksimalisasi, dengan pertumbuhan signifikan
Telekomunikasi berperan besar. Berita-berita yang tidak jelas membuat konsumen terganggu. Sebetulnya, seberapa besar tanggung jawab industri?
Industri telekomunikasi diatur regulasi. Agregat data sangat masif. Sebaliknya, yang namanya data, kenapa bisa begitu? Karena semua terkoneksi. Hal ini mesti diatur. Saya lebih cenderung ke arah penegakan ketentuan pemerintah. Semua operator mesti menyaring. Kami lakukan sepanjang teknologi memungkinkan. Namun, tidak mungkin dilakukan operator, mestinya oleh regulator.
Jadi, soal perlindungan konsumen?
Harus diaplikasikan karena teknologi makin canggih, maka aturan juga diperbarui. Indosat punya direktur inovasi dan regulatori karena inovasi dan teknologi bisa melompat. Siapa yang terpikir seperti saat ini. Siapa yang bisa membayangkan Airbnb jadi sebesar ini, Uber menguasai angkutan tapi tidak punya mobil, Amazon yang tadinya cuma punya satu toko tapi dengan teknologi jadi pusat perbelanjaan terbesar di dunia. Ini namanya kekuatan teknologi.
Anak-anak muda masuk dunia kerja. Bagaimana Indosat menyesuaikan diri dengan hal ini?
Kalau kita ingat IM3 sekitar 18 tahun lalu, Indosat mendefinisikan anak-anak muda ini segmen yang perlu digali. Dulu ada matrix, mentari, dan lain-lain, kami menciptakan IM3 untuk segmen anak muda. Sekarang sudah tidak lagi segmen anak muda, tetapi IM3 tetap jadi merek terkuat di Indosat. Jadi, meskipun sudah kadaluarsa dari konsep pencitraan, seharusnya diganti, tetapi tidak kami ganti karena sangat kuat. Sekarang kurang disentuh. Di Indosat ada sepertiga anak milenial. Kami membuat kegiatan khusus milenial, misalnya kopi pagi sebulan sekali dengan milenial.
Saya mendapat dukungan pemegang saham. Saya ekstra merekrut talenta milenial yang memang mesti kami bangun. Kami akan menambah anak-anak yang akan ditumbuhkan sebagai talenta. Kami mengalokasikan dana yang akan kami belanjakan ekstra. Teknologi tidak memungkinkan saya merekrut orang Indonesia saja karena teknologi bergerak cepat. Akan tetapi, mesti ada kader yang disiapkan untuk mengambil alih.
Setiap hari saya berpakaian kasual di sini, tidak mesti batik atau jas. Segmen ini bukan hanya untuk mengakomodasi konsumen, tapi juga kuat bagi kami. Anak-anak muda ini yang akan membawa kami ke tahapan berikutnya.
Apakah porsi anak muda di Indosat akan ditambah?
Sekarang ada 30 persen karyawan milenial. Kami sedang kerja keras membangun jaringan, jadi hati-hati dengan biaya operasional. Kalau sudah sehat, kami ingin menambah anak muda karena akan disiapkan sebagai generasi yang menggantikan. Kami dorong anak-anak muda karena struktur yang ada sering kali birokratis. Kesannya, kalau sudah senior tidak boleh diganggu-gugat.