JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan induk BUMN di bidang industri pertahanan akan dibentuk. Dengan keberadaan perusahaan induk ini, BUMN di sektor industri pertahanan diharapkan memiliki modal dan penguasaan teknologi yang semakin baik. Dengan modal dan teknologi yang kian tinggi, BUMN bisa bersaing secara global dan menguasai pasar.
Menteri BUMN Rini Soemarno menyampaikan hal itu di sela-sela jalan santai dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke-36 PT Pindad (Persero) dan HUT Ke-21 Kementerian BUMN di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/4/2019). Dalam kesempatan itu, Rini meresmikan monumen panser Anoa.
”Tujuan pembentukan perusahaan induk di sektor industri pertahanan, perusahaan BUMN harus bisa bersaing secara global. Permodalan dan teknologi bisa terus ditingkatkan,” kata Rini.
Menurut Rini, saat ini BUMN di bidang industri pertahanan sudah bisa membuat alat utama sistem persenjataan yang diakui negara-negara lain. Ia mencontohkan tank Anoa, senjata, dan kapal selam.
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal Tatang Sulaiman mengungkapkan, senjata-senjata yang dibuat Pindad sudah sering digunakan dalam kompetisi menembak tingkat dunia. Dengan menggunakan senjata buatan Pindad, prajurit TNI juga kerap kali menjadi juara umum dalam kejuaraan menembak di dunia.
Dengan kehadiran industri pertahanan yang terus dikembangkan, lanjut Tatang, prajurit dan masyarakat pun bisa bangga terhadap industri persenjataan, terutama yang dikembangkan PT Pindad dan perusahaan lain.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menambahkan, perusahaan induk di bidang pertahanan ditargetkan bisa terbentuk pada 2019. Perusahaan induk itu direncanakan mencakup PT Pindad, PT PAL, PT LEN Industri, PT Dahana, PT Industri Telekomunikasi Indonesia, dan PT Industri Nuklir Indonesia, dengan induk perusahaan PT Dirgantara Indonesia.
Fajar menambahkan, perusahaan di dalam induk perusahaan industri pertahanan dapat bersinergi dalam mengembangkan bisnis, kualitas sumber daya manusia, dan teknologi. Dengan demikian, produk-produk yang dihasilkan menjadi lebih efisien dan berkualitas sesuai dengan tuntutan dan perkembangan kebutuhan pasar.
Sementara itu, di Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (7/4), Rini Soemarno menjelaskan, total laba perusahaan BUMN pada 2018 menembus Rp 200 triliun. Laba itu meningkat dari 2014 yang sebesar Rp 143 triliun.
Kenaikan laba dari 154 perusahaan BUMN dalam empat tahun terakhir, tambah Rini, tak mungkin terwujud tanpa kerja keras dan sinergi. BUMN saling membantu dan menyelamatkan sehingga perusahaan yang rugi bisa dibangkitkan. Adapun laba dan skala perusahaan yang untung kian meningkat. (FER/BRO)